Liputan6.com, Jayapura - Jumlah korban tewas tertembak saat warga menyerang polsek dan koramil Madi, Enarotali, Paniai, Senin 8 Desember, mencapai 5 orang.
Penyerangan dipicu oleh pemukulan oleh aparat keamanan terhadap warga pada Minggu 7 Desember malam, sekitar pukul 00.30 WIT.
Korban penembakan dimakamkan Rabu 10 Desember malam oleh keluarganya. Sebanyak 4 di antaranya dimakamkan tepat di depan tiang bendera di Lapangan Karel Gobay atau biasa disebut dengan Lapangan Soeharto. Sementara, satu orang lainnya dimakamkan di Kampung Ikebo.
Ketua Dewan Adat Paniai, John Gobay, mengatakan 4 korban penembakan dikuburkan dalam satu liang lahat dan di atas pusaranya dibangun tugu peringatan sebagai korban kekerasan aparat.
‘’Hari pemakaman keempat korban penembakan adalah tanggal 10 Desember bertepatan dengan Hari HAM Internasional dan pada tanggal itu juga akan diperingati sebagai hari kekerasan terhadap kemanusiaan di Paniai. Meskipun korban telah dimakamkan, bukan berarti kasus ini berhenti. Secara adat, keluarga korban menuntut ganti rugi per kepala Rp 1 M," ungkap John Gobay, Kamis (11/12/2014).
Dewan Adat Paniai juga meminta agar Komnas HAM dan Komisi HAM Internasional menginvestigasi kasus ini karena ada dugaan penembakan dilakukan terencana dan terkoordinir.
"Masyarakat kami dikepung dari seluruh penjuru oleh gabungan aparat Polri /TNI lalu melakukan penembakan di Lapangan Karel Gobay," tandas dia.
Dalam penguburan kemarin, keluarga korban dan masyarakat setempat menghendaki kehadiran Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan dan Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende untuk hadir menyaksikan langsung pemakaman korban.
“Bupati Kabupaten Paniai Hengky Kayame membantu keluarga korban sebesar Rp 100 juta untuk membeli babi yang akan dipotong saat pemakaman. Dalam adat kami, saat akan dikubur dilakukan pemotongan babi untuk dimakan saat upacara pemakaman itu. Jenasah korban juga harus dikuburkan tidak lebih dari 3 hari," ungkap salah satu pengurus Dewan Adat Paniai Fransiskus Magay.
Kapolda Papua Irjen Pol Yotje Mende mengatakan pihaknya baru mengidentifikasi 4 warga sipil yang tewas, yakni atas nama Yulian Yeimo (16), Simon Degey (17), Alfius Gobay (17) dan Alfius Youw (17). Berdasarkan keterangan Dewan Adat, satu korban meninggal lain bernama Sadai Yeimo.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, ada pihak-pihak yang diduga memanfaatkan warga sebagai tameng untuk menyerang TNI-Polri.
"Kebetulan pas kemarin rapat di Menko Polhukam, di sana itu ada semacam taktik bebek namanya. Taktik bebek itu, rakyat dikedepankan dan dari belakang ada tembakan," ungkap Gatot. (Mvi/Yus)