Kisah Pilu Warga yang Selamat dari Longsor Banjarnegara

Seorang wanita yang tengah hamil 7 bulan mengaku melihat jelas terjadinya bencana longsor di Banjarnegara. Bagaimana kisah pilunya?

oleh Liputan6 diperbarui 13 Des 2014, 22:42 WIB
Diterbitkan 13 Des 2014, 22:42 WIB
Tanah longsor Banjarnegara.
Proses evakuasi korban longsor di Banjarnegara. (Liputan6.com/Idhad Zakaria)

Liputan6.com, Banjarnegara - Longsor yang melanda Dusun Jemblung, Banjarnegara, Jawa Tengah, menelan banyak korban jiwa. Hal ini menyisakan kisah pilu warga yang keluarganya menjadi korban bencana longsor tersebut.

Salah satunya Khotimah. Wanita yang tengah hamil tujuh bulan ini mengaku melihat jelas terjadinya bencana longsor yang menimbun puluhan rumah di Dusun Jemblung RT 05 RW 01, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, pada Jumat 12 Desember 2014 sekitar pukul 17.30 WIB.

Dia menuturkan, saat terjadi longsor, dirinya sedang menjemur pakaian di belakang rumah. Sedangkan suaminya, Juan (25) dan anaknya, Dafa (8) sedang berada di rumah mertua.

"Saya melihat ada longsor dari atas bukit. Saya segera masuk rumah dan menarik keponakan saya, Wawan (11), dan membawanya lari keluar rumah," ujar Khotimah di Banjarnegara, Sabtu (13/12/2014).

Sesampainya di luar rumah, ia dan keponakannya terseret material longsor hingga akhirnya berhenti beberapa puluh meter dari rumah. Saat itu, ia dalam kondisi badan tertimbun tanah hingga leher.

"Saya melihat suami dan mertua saya tergulung material longsoran. Sedangkan Dafa tidak terlihat. Saya berharap mereka bisa ditemukan meskipun telah meninggal dunia," ucap Khotimah.

"Saya pasrah atas musibah ini. Hanya saja, saya berharap jenazah korban khususnya suami dan anak saya dapat ditemukan," imbuh Khotimah.

Warga lainnya, Sanis mengaku kehilangan adiknya, Ramel (25). Saat itu sang adik hendak ke rumah Khotimah.

"Dia rencananya mau mengajak Khotimah yang sedang hamil untuk mengungsi ke Dusun Tekik karena gerakan tanah terus terjadi. Namun ternyata, Ramel turut menjadi korban dan sampai sekarang belum ditemukan," kata Sanis.

Ia mengharapkan jenazah Ramel maupun korban-korban meninggal lainnya dapat segera ditemukan.

Harapan senada juga disampaikan Klimah (40). Dia meminta pemerintah untuk memberi solusi  bagi warga yang rumahnya terancam longsor.

"Kami berharap dapat direlokasi tetapi yang paling kami harapkan saat ini adalah jenazah para korban longsor dapat ditemukan," kata Klimah.

Sementara suami Klimah, Trimanto (53) mengatakan, rekahan tanah pertama kali terlihat di Dusun Gondang yang berada di timur Dusun Tekik. "Akan tetapi yang longsor, justru Dusun Jemblung," imbuh dia.

Salah seorang guru Sekolah Dasar Negeri Karangkobar 2, Sri Nurindah mengungkapkan salah satu siswa kelas 6 SD, Indar, turut menjadi korban bencana longsor dan belum ditemukan. Padahal, kata dia, Indar merupakan murid andalan lantaran berprestasi pada bidang seni tari.

"Ibunda Indar, Ruliyah, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sedangkan ayahnya, Slamet Tunut, selamat meskipun kakinya patah. Sementara Indar belum ditemukan," tutur Sri.

Menurut dia, ada 4 siswa SDN Karangkobar 1 dan siswa SDN Sampang juga dilaporkan hilang saat bencana longsor itu terjadi. Bahkan, salah seorang guru SDN Pasuruan 2, Sukamto, ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

"Kalau yang sekolah di SMP atau MTs, kami belum tahu berapa jumlahnya. Yang jelas, banyak anak dari Dusun Jemblung yang bersekolah di Karangkobar," ucap Sri. (Ant/Ali/Ans)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya