Liputan6.com, Jakarta - Een Sukaesih, sosok guru teladan yang banyak memberikan inspiratif bagi kehidupan banyak orang, kini telah tutup usia di umur yang ke-51 tahun pada Jumat 12 Desember 2014 lalu. Kini tinggal kenangan Een semasa hidupnya.
Salah satunya adalah detik-detik saat wanita kelahiran Sumedang 10 Agustus 1963 itu, memberi kuliah umum di kampus yang dulu pernah ia menimba ilmu, Kampus UPI Bandaung, yang sebelumnya bernama IKIP Bandung pertengahan 2013 lalu.
Kuliah umum Een begitu mengharukan. Para mahasiswa mendengarkan dengan khidmat. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka ada yang menangis terharu mendengar petuah-petuah dan kuliah perempuan paruh baya itu.
Salah satu kalimat yang cukup memberi kita inspirasi dan pelajaran penting adalah semangat Een yang bercita-cita ingin mencerdaskan anak bangsa. Modal itulah yang membuat pahlawan tanpa tanda jasa itu terus bersemangat mengajar, meski lebih dari separuh hidupnya menderita penyakit Rheumatoid arthritis atau lumpuh di sekujur tubuhnya.
"Cita-cita saya ingin mencerdaskan anak bangsa, itulah yang membuat saya bangkit," ujar Een saat memberikan kuliah umum.
Jelang Kepergian Een
Keluarga, kerabat, murid, sahabat, tetangga hingga masyarakat di Tanah Air turut mendoakan untuk kesembuhan Een. Namun Tuhan berkata lain, guru teladan ini akhirnya meninggal di usianya ke-51 tahun pada Jumat 12 Desember 2014 lalu.
Sebelum meninggal, Een sempat dirawat selama 4 hari di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang, Jawa Barat.
Ratusan warga anak didik dan keluarga berjalan kaki sekitar 1 kilometer mengantarkan jenazah Een Sukaesih ke tempat peristirahatannya yang terakhir di tempat pemakaman umum (TPU) Lio, Batu Karut, Cibeureum Wetan, Sumedang, Jawa Barat.
Lantunan doa terus mewarnai proses pemakaman sang guru penuh inspiratif dan teladan ini. Karangan bunga ucapan dukacita pun memenuhi halaman kediaman Een, di Dusun Batu Karut, RT 01 RW 05 Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat.
Di Tegal, Jawa Tengah, puluhan pelajar menggelar doa bersama untuk mendiang Een. Pengabdiannya bagi dunia pendidikan membuat para pelajar ini memanjatkan doa agar arwah almarhumah diterima di sisi Tuhan.
Semasa hidupnya, penyakit Rheumatoid Arthritis atau lumpuh di sekujur tubuh yang diderita Een, tak menghalangi pengabdiannya bagi dunia pendidikan. Wanita yang akrab disapa Wak Een ini terus mengajar di atas tempat tidurnya.
Een merupakan lulusan Sekolah Pendidikan Guru dan D3 IKIP Bandung --kini bernama UPI Bandung, Jurusan Bimbingan dan Konseling. Een tiba-tiba mengalami kelumpuhan tak lama menuntaskan kuliahnya, sehingga gagal menjadi guru seperti cita-citanya.
Tubuh Een lumpuh total. Hanya mata dan mulut saja yang bisa digerakkan. Meski menderita kelumpuhan, tak putus semangat untuk mengajar anak-anak yang datang ke rumahnya. Dari atas tempat tidurnya, Een mengajar anak-anak di lingkungan tempat dia tinggal.
Simpati masyarakat Indonesia pun terus berdatangan setelah ia meraih penghargaan Liputan 6 Awards, yang diwujudkan dengan pembangunan Rumah Pintar Al Barokah yang kini menjadi warisan almarhumah bagi dunia pendidikan. (Rmn/Ans)
Advertisement