Kisah Kapolri Hoegeng Jalani Hidup Sederhana

Setelah pensiun dari kepolisian, Hoegeng tidak punya rumah dan mobil pribadi.

oleh Yus Ariyanto diperbarui 01 Feb 2015, 17:20 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2015, 17:20 WIB
mantan Kapolri Hoegeng Iman Santoso

Liputan6.com, Jakarta - Heboh soal pencalonan Kapolri menarik ingatan pada sosok Hoegeng Iman Santoso. Sampai hari ini, Hoegeng selalu disebut-sebut sebagai kapolri ideal sepanjang sejarah RI. Terutama, terkait integritas pribadinya.

Lihat, setelah pensiun dari kepolisian, Hoegeng tidak punya rumah pribadi. Hanya ada rumah dinas di Jalan Muhammad Yamin, Jakarta. Bahkan, ia tak memiliki mobil pribadi.

Menyaksikan keadaan itu Kapolri pengganti, Mohammad Hasan, berinisiatif mengalihkan rumah tersebut menjadi atas nama Hoegeng.

Terkait mobil, sejumlah kapolda rupanya iba. Mereka lalu saweran dan membelikan mobil Holden Kingswood. "Itu satu-satunya mobil setelah Bapak pensiun," kata Aditya S Hoegeng dalam tulisannya, Saya Bangga Menjadi Anak Pak Hoegeng.

Aditya bercerita, suatu saat datang  2 unit sepeda motor Lambretta ke rumah saat sang ayah masih menjadi Kapolri. Seorang pengusaha otomotif yang mengirim. Jatah buat pejabat. Aditya senang luar biasa karena sudah lama ingin memiliki sepeda motor.

Tapi anak kedua Hoegeng itu mesti menelan mimpinya. Ketika tiba di rumah, Hoegeng langsung bertanya asal-muasal sepeda motor itu.

Setelah jelas, ia memerintahkan ajudan untuk mengembalikan. "Saya sempat kecewa tapi kami bisa memahami sikap Bapak," kata Aditya.

Larang Istri Ikut Kunjungan Kerja

Cerita lain menyangkut kunjungan kerja. Suatu saat Hoegeng hendak berkunjung ke Belanda. Lazim belaka pejabat membawa keluarga. Istrinya, Merry, pun berniat ikut karena punya kerabat di sana.

"Namun, Bapak melarang karena tak ingin ada orang lain yang mempergunjingkannya," ungkap Aditya.

Sikap anti-mainstream Hoegeng juga terlihat dalam urusan main golf. "Saya bukan anti-golf. Tapi, harga stik golf sangat mahal dan saya tidak punya uang. Saya juga tidak mau meminta-minta," katanya kepada majalah TEMPO.

Pria kelahiran Pekalongan itu akhirnya dicopot dari jabatan Kapolri pada 2 Oktober 1971. Tak ada penjelasan resmi mengapa dia dilengserkan dari jabatan yang diemban sejak 15 Mei 1968 tersebut.

Hasil penelusuran peneliti George Junus Aditjondro, Hoegeng dicopot lantaran sikap kerasnya memberantas penyelundupan mobil mewah yang dilakukan pengusaha Robby Tjahjadi. Padahal, Robby dikenal dekat dengan keluarga Presiden Soeharto.

Hubungan dengan Soeharto kian memburuk setelah Hoegeng terlibat Petisi 50, kelompok para senior yang mengkritisi pemerintah.

Konon, jika Soeharto datang ke sebuah acara, secara khusus ia meminta tuan rumah agar Hoegeng (dan tokoh Petisi 50 lain) tak usah datang.

Pada 14 Juli 2004, Hoegeng wafat di usia 82 tahun. Kejujuran dan kesederhanaan dia tetap dikenang sampai hari ini. (Yus)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya