Kisruh TNI-Polisi, Jatuh Ketiban Tangga

Diduga lantaran salah paham, keributan pun terjadi antara polisi dan anggota POM TNI AL, hingga memicu dugaan pemukulan kepada polisi.

oleh TaufiqurrohmanPutu Merta Surya Putra diperbarui 09 Feb 2015, 04:00 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2015, 04:00 WIB
Ilustrasi Penganiayaan
Ilustrasi Penganiayaan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Malam itu, tepatnya Sabtu 6 Februari 2015 sejumlah polisi tengah menggelar kegiatan di sebuah ruangan di Bengkel Cafe di kawasan SCBD, Jakarta Selatan. Namun tiba-tiba datang sekitar 30 anggota POM TNI AL yang hendak melakukan operasi penegakan dan penertiban tempat hiburan malam.

Diduga lantaran salah paham, keributan pun terjadi antara polisi dan anggota POM TNI AL, hingga memicu dugaan pemukulan kepada polisi. Dugaan pemukulan itu dipicu beberapa alasan, yang masing-masing pihak punya alasan berbeda.

Pihak polisi menyatakan, pemukulan bermula lantaran dugaan penuduhan adanya narkoba. Namun karena adanya kesalahpahaman, perselisihan pun memuncak hingga terjadi dugaan pemukulan.

"Mayor Tugi dari POM AL dan bicara dengan kami, sehingga masalah sudah dianggap selesai. Tapi selang beberapa menit masuk seseorang yang belakangan diketahui sebagai Kolonel Nazali, justru kedatangan Kolonel ini memicu suasana sehingga membuat brutal anggota POM AL‎. Mereka menuduh Kompol Budi membuang narkoba ke toilet, lalu melakukan pemukulan," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto dalam keterangan tertulisnya Minggu 8 Februari.

Sementara pihak TNI AL menyebutkan alasan dugaan pemukulan akibat adanya perlawanan dan tidak bersedia mengeluarkan identitas, serta menodongkan senjata api dari polisi.

Bahkan, saat anggota POM TNI AL meminta melakukan tes urine polisi menolak. Ada dugaan para polisi menggunakan narkoba pada saat razia gabungan TNI tersebut. Pada keesokan harinya, pihak kepolisian mendatangi POM AL meminta anggotanya dibebaskan dan meminta bukti-bukti foto dihilangkan.

"Pagi hari Dir PMJ Polda datang ke Pupomal untuk menjemput orang (polisi) tersebut. Dan minta foto-foto yang ada dihapus, dan dilakukan perdamaian dengan tidak saling menuntut. Demikian kejadiannya," tandas Simorangkir," ujar Kadispen TNI AL Laksamana TNI Manahan Simorangkir kepada Liputan6.com.

Bahkan pihak Polda Metro Jaya menyatakan, selain mendapat dugaan pemukulan, 2 perwira polisi yang berinisial TA dari Jatanras Reskrimum Polda Metro Jaya dan KP NH dari Polri, juga mengalami perampasan harta benda dan senjata api. Harta benda itu diduga cincin emas dan tas.

Pihak TNI pun berjanji akan mendalami kasus ini. Jika memang benar ada anggota POM TNI AL yang terbukti bersalah, tidak akan segan-segan menindak tegas dengan memberikan sanksi. (2172748) "Kami siap memberikan sanksi kepada anggota kami jika memang benar melakukan kesalahan," ujar Kapuspen TNI Mayjen TNI M Fuad Basya.

Jangan Diadu Domba

Perselisihan antara anggota TNI dan polisi memang kerap terjadi. Beberapa bulan lalu juga terjadi di Batam, Kepulauan Riau. Baku tembak antara personel Brimob Polda Kepulauan Riau dan TNI dari Batalyon Infanteri 134 Tuah Sakti terjadi hingga Rabu 19 November 2014 malam.

Bentrokan TNI-Brimob ini diduga dipicu saling ejek sehingga terjadi bentrokan yang meluas. Usai peristiwa tersebut, terjadi penembakan terhadap Markas Brimob Polda Kepri yang dilakukan orang tidak dikenal pada sore harinya. Akibat bentrokan ini, seorang anggota TNI tewas.

Bantrokan TNI-Brimob juga sebelumnya terjadi di Papua. Anggota Brimob Kelapa Dua yang tergabung dalam Satgas Matoa bentrok dengan anggota TNI 756/Wamena di daerah Pirime, Kabupaten Lanny Jaya. Satu orang terkena tembakan dibagian kaki akibat bentrok ini, yakni Komandan Pos TNI 756/Wamena Letnan Ali.

Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, bentrokan antara anggota TNI dan Polri karena buruknya hubungan psikologis antara kedua institusi aparatur keamanan tersebut.

Neta menilai, ada tiga pemicu yang menyebabkan bentrokan TNI-Polri di Batam. Pertama, tidak terkendalinya aksi backing membacking (menyokong), baik dalam bisnis legal maupun ilegal, yang dilakukan oknum-oknum kedua institusi.

Kemudian yang kedua, masih membaranya dendam kesumat antar oknum kedua institusi pasca bentrokan 21 Sep 2014 yang menyebabkan 4 anggota Batalion 134 Tuah Sakti tertembak.

"Ketiga, penggunaan seragam loreng militer pada anggota Brimob, yang dinilai sebagai wujud arogansi Polri. Penggunaan seragam loreng pada Brimob telah membuat lapisan bawah TNI tersinggung hingga gampang terpicu emosinya jika berhadapan dengan anggota Brimob," ujar Neta.

Atas dugaan pemukulan anggota POM TNI AL kepada 2 polisi, Fuad mengimbau kepada semua pihak agar tidak melakukan provokasi dan mengeluarkan keterangan-keterangan yang tidak sesuai fakta.

"Jangan memberikan kabar-kabar yang macam-macam dan tidak benar. Jadi kan itu sudah selesai saat atasan dari kesatuan anggota polisi datang ke markas TNI AL," kata Fuad.

Fuad menuturkan, pihak TNI secara keseluruhan tidak ada masalah dengan Polri meskipun beberapa waktu yang lalu sempat terjadi gesekan di beberapa daerah. Ia menegaskan, TNI mendukung penuh institusi Polri.

"Kita dukung, TNI sangat mendukung Polri‎. Janganlah terus diadu setelah dengan KPK sekarang sama TNI. Saya harap semuanya tidak memberikan keterangan yang tidak bertanggungjawab," tegas dia.

Fuad menjelaskan, kejadian tersebut karena kurangnya kompromi antara pihak TNI dan Polri yang melakukan razia penegakan ketertiban atau Gaktib, hingga menimbulkan kesalahpahaman.

"Jadi kita sweeping anggota yang main (di tempat hiburan) yang memang selalu kita adakan berapa waktu sekali, di situ juga ada anggota polisi. Intinya kita kurang kompromistis," tandas Fuad.

'Sudah jatuh ketiban tangga', semoga peribahasa Jawa itu tidak dialami institusi Polri saat ini. Kisruh yang baru-baru ini dihadapi Polri dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), juga semoga saja segera tuntas. Karena masalah negeri ini tidak melulu KPK, atau bentrokan Polri-TNI. (Rmn/Ali)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya