Jakarta Banjir, Siapa yang Jadi Kambing Hitam?

Ahok geram lantaran pipa penyedor air untuk kawasan Istana dan Balaikota tak berfungsi karena listrik mati.

oleh Ahmad Romadoni Putu Merta Surya PutraAudrey Santoso diperbarui 10 Feb 2015, 00:10 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2015, 00:10 WIB
Jakarta Banjir
Banjir di Bundaran Indosat, Jakarta. (twitter.com/@SoundRhythm)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan deras dengan curah dan intensitas tinggi menjadi momok bagi warga Jakarta. Sebab hal ini selalu membuat Ibukota banjir dengan dampak yang bercabang, termasuk kemacetan. Seperti yang terjadi pada hari Senin 9 Februari 2015 kemarin.

Hujan deras mengguyur sejak dini hari hingga pagi menjelang siang membuat sejumlah kawasan Ibukota terendam air. Tak terkecuali kawasan Jantung Ibukota yang menjadi pusat bisnis dan pemerintahan Indonesia.

Air menggenangi jalan protokol terutama Jalan MH Thamrin di kawasan Bundaran Hotel Indonesia. Juga Jalan Medan Merdeka yang mencakup Bundaran Patung kuda, Monas, Kantor Gubernur Balaikota DKI Jakarta dan Istana Kepresidenan yang menjadi kantor presiden.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pada Senin pagi, ada 49 titik banjir di jalan Jakarta, yaitu 22 titik di Jakarta Pusat, 18 di Jakarta Barat, 4 di Jakarta Timur, 2 di Jakarta Selatan, dan 3 di Jakarta Utara. Tinggi genangan bervariasi antara 10-80 cm.

"Daerah yang terendam banjir paling tinggi ada di Jalan Batu Ceper Raya 60-80 cm. Di Jalan Thamrin dan Jalan Medan Merdeka Barat, ungkap dia, masih tergenang banjir 10-50 cm," jelas Sutopo dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta.

Titik banjir kemudian bertambah hingga Senin siang. Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pukul 16.00 WIB, ada 93 titik genangan di Jakarta.

"Banjir tersebar di 35 titik di Jakarta Pusat, 28 titik di Jakarta Barat, 17 titik di Jakarta Utara, 8 titik di Jakarta Timur, dan 5 titik di Jakarta Selatan. Tinggi banjir bervariasi antara 10-80 centimeter. Dampaknya kemacetan parah terjadi di banyak tempat. Beberapa lokasi sudah berangsur surut," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Sutopo menjelaskan, banyaknya banjir di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara ini sesuai konsentrasi sebaran hujan yang berada di Jakarta bagian utara. "Hujan sangat lebat terjadi di Kemayoran (177 mm per hari)," kata dia.

"Jika dibandingkan dengan hujan pada banjir Jakarta 2013 dan 2014 lalu, curah hujan hari ini lebih rendah. Buruknya drainase perkotaan dan kurangnya kawasan resapan air, menyebabkan pasokan air permukaan melimpah, sehingga drainase tidak mampu mengatuskan limpasan permukaan," sambung dia.

Menurut Sutopo, banjir di Jakarta kali ini disebabkan oleh buruknya drainase, lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.

"(Pemerintah sudah melakukan) banyak perbaikan, tetapi curah hujan yang tinggi menyebabkan aliran air di permukaan akibat banyak bangunan dan kurangnya resapan air. Air hujan langsung masuk ke drainase yang tidak mampu mengalirkan. Jadi banjir kali ini disebabkan buruknya drainase, bukan karena sungai meluap. Karena sungai-sungai ini kini masih siaga tiga, masih mampu menampung, tetapi ada penyumbatan drainase, sehingga menimbulkan banjir," jelas dia.

Sutopo pun mengimbau agar masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung yang akan terkena banjir lebih waspada. Di antaranya adalah Kampung Pulo, Gang Arus, dan Pengadegan.

"Di Kali Krukut wilayah yang terkena banjir adalah Pondok Raya, Pasar Mampang, Pulau Raya, Jati Padang, Cipete Selatan, Pondok Labu, Benhil, dan RS Mintoharjo. Di bantaran Kali Pesanggarahan adalah Cirendeu Indah, Sepolwan, Deplu, IKPN, Ulujami, Perdatam, Tanah Kusir, Cipulir, Cidodol, Kedoya, Perum Kelapa Dua, Pos Pengumben," pungkas Sutopo.

Hashtag atau tanda pagar #JakartaBanjir menjadi tren sosial Twitter di Indonesia. Hal itu lantaran begitu banyak warga yang melaporkan banjir, genangan beserta dampaknya, termasuk macet, di media sosial.

Koordinator Media Sosial Peta Jakarta, Fitria Sudirman mengatakan, laporan banjir terbanyak di Twitter berada di daerah Tanjung Priok dengan 191 tweet, Kemayoran 172 tweet, dan Kelapa Gading 173 tweet.

Dijelaskan, Dalam 24 jam terakhir hingga Senin siang pukul 14.00 WIB total laporan banjir hampir lebih dari 4.000 tweet, terdiri dari yang terkonfirmasi dan tidak terkonfirmasi. "Kalau dilihat dari potensi jumlah orang yang melihat tweet kita, hari ini tertinggi," kata Fitria, seperti dimuat BBC Indonesia.

Saran dan Keluh Kesah

Banyak saran yang dilontarkan pengamat untuk mengatasi banjir Ibukota. Menurut pengamat tata kota Nirwono Joga, ada 5 hal yang harus pemerintah lakukan agar ibukota bebas banjir.

Pertama, rehabilitasi total seluruh jaringan saluran air mikro, meso, makro, dengan diameter lebih besar, terhubung dengan baik, bebas sampah, limbah.

Kedua, normalisasi 13 sungai utama dan sub sungai, diperlebar, dikeruk lebih dalam, bebas sampah, serta merelokasi warga ke rusunawa.

Ketiga, revitalisasi 44 waduk dan 14 situ di Jakarta. Atau 204 waduk dan situ di Jabodetabek yang harus diperluas, dikeruk lebih dalam, warga relokasi ke rusunawa.

Keempat, memperluas ruang terbuka hijau dari 9,8% menjadi 30% dengan membangun jalur hijau di tepi rel kereta, bawah sutet, kolong jembatan layang, atau membangun taman-taman baru.

Kelima, melakukan audit bangunan dan lingkungan terutama di pusat kota, di mana 90% kavling bangunan di kawasan segitiga emas lahannya semua diperkeras sehingga tidak memiliki 30% daerah resapan air di setiap kavling. Semua air hujan dibuang ke saluran air dan jalan raya di depannya.

Komentar, saran dan kritik juga dilontarkan oleh para warga melalui media sosial. Seperti yang diungkapkan Ema Jessica kepada BBC Indonesia.

"Bukan pemerintah saja yang harus mencari solusi agar banjir tidak lagi melanda. Tetapi kesadaran warga. Buanglah sampah pada tempatnya. DENDALAH ORANG YANG MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN. Agar mereka jera dan tahu arti kebersihan, kesehatan, keselamatan, keindahan, dan kenyamanan."

Seorang pengguna Twitter, @_Hatubi mengatakan, "#JakartaBanjir adalah masalah klasik, nikmatin saja, buat trowongan yang besar sepanjang jalan, buat nampung air."

Sementara itu, menurut @MHSyahrir, "Itu kabar yang diulang-ulang saja, jika ada berita bahwa di Jakarta tidak banjir dan tidak macet, justru kita anggap sebagai berita "Fitnah"."

Langkah Ahok>>>


Langkah Ahok

Jakarta Banjir (Lagi)
Ahok geram lantaran pipa penyedor air untuk kawasan Istana dan Balaikota tak berfungsi karena listrik mati.


Langkah Ahok

Ahok dari jauh-jauh hari menegaskan bahwa pihaknya tengah bekerja keras untuk mengatasi bencana yang menjadi langganan tiap tahun ini. Menyiapkan pipa penyedor air dan pengerukan sungai menjadi langkah utama yang dilakukan Ahok. Dia pun menjamin bahwa banjir tak akan berlangsung lama.

"Kita udah siap kok. Banjir juga nggak akan lama. Kecuali sabotase ya," ujar Ahok, 2 Februari lalu. "Genangan baru sebetulnya hampir nggak ada. Kurangnya udah lebih banyak."

Mantan Bupati Belitung Timur itu mengatakan, sistem pompa penyedot air sudah siap meski belum sepenuhnya sempurna. Akan tetapi dia mengaku belum bisa menjamin apakah kawasan selatan aman dari banjir, sebab masih banyak rumah kumuh di bantaran sungai kawasan Selatan yang belum dibebaskan. Ahok juga mengaku 9 waduk baru yang tengah dibangun pihaknya hingga kini belum rampung.

"Tapi yang selatan, karena volume sungainya semua nggak cukup, pasti meluap. Yang repot selatan sebetulnya, karena selatan sungainya rata-rata ditutupi rumah-rumah mewah sampai kumuh. Yang harusnya lebar sungai 20 meter, 12 meter, tinggal 3-4 meter ya masalah. Nah itu kita akan terus usahakan bongkar. Tidak ada pilihan."

Selain itu, Pak Gubernur sebelumnya juga memastikan kawasan Istana Presiden Indonesia dan Balaikota Gubernur Jakarta tak akan banjir, sebab pihaknya telah melakukan pembenahan. Namun faktanya, banjir tetap terjadi.

Terkait hal itu, Ahok mengatakan hal tersebut terjadi lantaran PLN mematikan listrik di kawasan yang tergenang dan terancam tergenang banjir. Sehingga pompa penyedor air tak bisa difungsikan karena tak ada tenaga listrik.

Ahok menceritakan, saat dirinya berangkat menuju Istana Negara dia kaget dengan kondisi ketinggian air di Waduk Pluit. Air kala itu begitu tinggi tidak seperti hari-hari biasanya dengan curah hujan serupa.

Setelah sampai di Balaikota Jakarta, dia meminta seseorang untuk memeriksa apa yang terjadi pada Waduk Pluit. Mendegar laporan dari orang itu Ahok pun kaget.

"Kenapa naik terus, sejak pukul 07.00 WIB PLN matikan lampu di situ. Pompa nggak bisa jalan. Kalau pompa nggak jalan hujan terus ya naik dong air. Pertanyaannya kenapa PLN matikan lampu. Alasannya takut kesetrum, orang saya tanya udah banjir belum di situ," ujar Ahok geram di Balaikota, Jakarta, Senin 9 Februari.

Ahok sudah heran sejak dalam perjalanan. Awalnya, dia bingung dengan kondisi Waduk Pluit yang airnya cukup tinggi. Setelah melihat kawasan Sawah Besar di Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk kering, termasuk Istana Negara.

Memasuki siang hari, dirinya masih berpikir seluruh pompa di Waduk Pluit bekerja. Ternyata memasuki siang Istana justru terendam. Dari 12 pompa hanya 2 yang berfungsi karena listrik mati.

"Sekarang Waduk Pluit kenapa 12 pompa besar kenapa airnya begitu tinggi. Hujan berapa besar kayak kemarin dengan 12 pompa, ada nggak Waduk Pluit naik. Logika saya, saya mau tanya, matiin listrik di Waduk Pluit belum banjir kok. Buat apa. Kalau mati, genset kita hanya bisa 2 pompa. Ya kalau 2 pompa ya tenggelam dong," tutur Ahok.

Mendengar hal itu, Ahok langsung ke menghubungi General Manager PLN. Dia ingin tahu alasan utama PLN justru mematikan listrik saat hujan besar padahal kondisi sedang tidak banjir.

"Pokoknya yang saya pingin tahu kenapa listrik di Waduk Pluit dimatikan. Waduk Pluit ini vital ini, bisa sampai sini (Istana-Balaikota). Saya sudah Whats App GM nya (PLN) saya protes kenapa musti pompa dimatiin. Belum ada jawaban paling jawabannya sama takut kesetrum," jelas dia.

Untuk mengantisipasi hal itu terjadi, Ahok mengaku akan memasang genset agar tetap bisa beroperasi meski listrik PLN tidak mengalir. Dia juga sudah meminta Sekda DKI Jakarta untuk menulis surat kepada PLN guna menjadikan Waduk Pluit sebagai salah satu bagian vital milik PLN.

"Karena kalau itu jebol, PLTU Anda kan disitu. Kalau itu terendam shut down juga. Jawa-Bali lho itu nggak main-main. Memang musti begitu," ucap Ahok.

"Jadi Istana banjir saat ini karena listrik di Waduk Pluit mati. Kenapa mati? Tanya sama PLN," tegas Ahok.

Saat ini, Ahok mengaku listrik sudah kembali menyala sehingga pompa sudah kembali berfungsi. Sehingga jalan di Istana berangsur surut. "Sekarang sudah 9 pompa jalan. Ini sudah turun kan," tabah dia.

Puncak Hujan

Warga Jakarta harap bersiap dan waspada, sebab Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan akan kembali tinggi pada Kamis 12 Februari dan Sabtu 14 Februari 2015 mendatang.

"Yang kita lihat bakal tinggi lagi seperti hari ini pada tanggal 12 dan 14 Februari," ujar Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrim BMKG, Kukuh Ribudiyanto kepada Liputan6.com.

Dijelaskan dia, puncak hujan pada awal tahun ini terjadi pada akhir Januari dan awal Februari. Dan hujan dengan intensitas ringan dan sedang diprediksi bakal mengguyur Jabodetabek pada esok hari dan seterusnya.

"Dari klimatologi pada Januari dan Februari. 10 hari terakhir Januari dan sekitar 10 hari pertama di Februari," papar Kukuh.

Dia menambahkan, musim hujan tahun diprediksi akan berakhir pada April 2015 mendatang. Sedangkan musim pancaroba, yakni peralihan dari musim hujan dan kemarau akan terjadi pada Maret.

"Curah hujan tahun ini tidak setinggi tahun lalu. Tahun ini sekitar 170 mm dan tahun lalu 190 mm. Jadi masih lebih lebat tahun lalu," tandas Kukuh. (Riz/Ans)


Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya