Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 3 Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni Ketua Ketua DPD PAN Sumba Tengah, Ketua DPD Nagakeo, dan Ketua DPD Sabu Raujua diisukan dipecat lantaran mendukung calon ketua umum Zulkifli Hasan, jelang Kongres PAN.
Tim sukses calon ketua umum Hatta Rajasa, Didik Supriyanto mengatakan, tidak ada pengurus yang dipecat lantaran hal tersebut.
"Tidak ada satupun pengurus yang diancam ataupun di Plt-kan karena mendukung Zulkifli Hasan," ujar Didi saat dihubungi, Selasa 10 Februari 2015 malam.
Menurutnya, sejak Januari 2015, Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sudah mengeluarkan surat edaran untuk melarang ada pergantian jelang kongres.
"Hatta Rajasa sebagai ketum sejak bulan Januari 2015 yang lalu juga telah mengeluarkan surat edaran yang melarang adanya pengurus yang di Plt-kan menjelang kongres IV ini,"jelas dia.
Ketua DPP PAN itu malah mengatakan, bagi pihak yang mendukung Hatta akan di diganti. "Malah sebaliknya ada laporan dari daerah yang mendukung Hatta diancam di Plt-kan," tandas dia.
Kongres Proses Kompetisi Persaudaraan
Baca Juga
Ketua DPW PAN NTT Eurico Guterres mengaku penggantian mereka dengan Pelaksana Tugas (Plt) bukan karena mereka mendukung calon ketua umum Zulkifli Hasan.
Ketua DPP PAN, Viva Yoga juga tidak yakin, jika Eurico bertindak melanggar peraturan partai hanya karena persoalan kongres.
Advertisement
"PAN adalah partai yang lahir dari rahim reformasi. PAN harus tetap menjaga agar sikap dan tindakannya sesuai dengan prinsip demokrasi. Sosok Eurico Guterres sebagai ketua DPW PAN NTT adalah pejuang integrasi NKRI. Saya tidak yakin jika Eurico Guterres bertindak melanggar peraturan partai hanya karena persoalan kongres," ujar Viva melalui pesan tertulisnya, Rabu (11/2/2015) dini hari.
Selain itu, menurutnya, perbedaan pilihan politik adalah suatu keniscayaan. Bagian dari kebhinekaan dalam berdemokrasi. "Saya meragukan jika ada perbedaan pilihan politik, lalu ada ancaman, intimidasi, atau Plt. PAN mendasarkan diri pada akhlak politik yang demokratis dan humanis," jelas dia.
Selain itu, Viva juga mengatakan, proses kongres adalah kompetisi persaudaraan yang penuh kekeluargaan.
"Kongres adalah proses kompetisi persaudaraan, penuh kekeluargaan. Tidak boleh ada black campaign (seperti pemecatan)," pungkas Viva Yoga. (Mvi)