Jokowi: Saya Biasa Ditekan-tekan

Presiden Jokowi mengaku telah terbiasa dengan tekanan dari berbagai pihak terkait kebijakan-kebijakan yang dipilihnya.

oleh Yanuar H diperbarui 11 Feb 2015, 11:16 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2015, 11:16 WIB
Jokowi Kumpulkan Bupati se-Sulawesi dan Papua di Istana Bogor
Presiden Joko Widodo memberikan pengarahan pada rapat koordinasi dengan bupati se-Sulawesi dan Papua di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (29/1/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku telah terbiasa dengan tekanan dari berbagai pihak terkait kebijakan-kebijakan yang dipilihnya. Salah satunya terkait keputusan menolak grasi atau pengampunan terhadap terpidana mati kasus narkotika.

"Grasi yang masuk ke meja saya ada 64. Saya tandatangani semua tapi ditolak. Tapi yang memutuskan hukuman mati bukan bukan presiden. Presiden hanya tidak mengampuni," ungkap Jokowi saat menutup Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Hotel Ina Garuda, Yogyakarta, Rabu (11/2/2015).

Ia menjelaskan, alasan hukuman mati dilakukan karena hukum positif di Indonesia itu masih memberlakukan. Selain itu, sebanyak 18 ribu jiwa dalam setahun meninggal karena narkoba.

"Jadi kita tidak bisa terus-teruskan walaupun tekanan desakan dari luar sangat banyak sekali. Karena saya biasa ditekan-tekan, saya anggap ya biasa," tegas Jokowi.

"Bisa dibayangkan, sudah dihukum mati, sudah dipenjara, masih mengendalikan bisnis narkobanya dari dalam," imbuh Jokowi.

Presiden Jokowi menutup Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Hotel Ina Garuda, Yogyakarta. Jokowi tiba di Ballroom Hotel Ina Garuda pukul 10.00 mengenakan batik hijau dan peci hitam. Dia langsung menyalami peserta kongres dari pintu masuk hingga sampai ke tempat duduk.

Jokowi hadir di KUII ditemani Mensesneg Pratikno, Ketua MUI Din Syamsudin, Gubernur DIY Sultan HB X. Tampak hadir juga Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya