Permainan Unik Tradisional Saat Libur Sekolah di Palu

Serangga yang memiliki nama latin Gryllus Imilis Sia Ferax itu adalah hewan yang dikenal karena suaranya yang nyaring saat malam hari.

oleh Dio Pratama diperbarui 16 Feb 2015, 07:09 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2015, 07:09 WIB
Parmainan Unik Tradisional Saat Libur Sekolah di Palu
Seorang bocah memperlihatkan jangkrik aduannya di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (15/2/2015). (Liputan6.com/Dio Pratama)

Liputan6.com, Palu - Beginilah kegiatan mengisi waktu libur sekolah bagi sekelompok anak-anak yang berada di Jalan Tolambu, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

Seperti pantauan Liputan6.com, Minggu (15/2/2015), mereka berbondong-bondong berkumpul di salah satu teras rumah warga yang kosong, dengan membawa sebuah kaleng bekas yang berisi jangkrik. Rupanya mereka hendak mengadu jangkrik.

Serangga yang memiliki nama latin Gryllus Imilis Sia Ferax itu adalah hewan yang dikenal karena suaranya yang nyaring apabila mendekati waktu malam hari.

Hewan yang menyukai tempat-tempat lembab ini, ternyata juga cukup mudah untuk diadu dengan sejenisnya. Jangkrik-jangkrik ini ditempatkan di suatu wadah yang terbuat dari potongan-potongan bambu. Kemudian 2 jangkrik saling dihadapkan.

Penilaian untuk menentukan pemenang, jika ada jangkrik yang bertahan dan tidak lari dari ring, itulah yang dinyatakan sebagai pemenang.

"Saya dengan teman-temanku lebih memilih bermain jangkrik di hari libur," kata salah satu anak yang gemar mengadu jangkrik, Awal.

Bocah berumur 12 tahun itu mengatakan, mengadu jangkrik tidak kalah serunya dengan permainan modern. "Mengadu jangkrik begini asyik. Kalau dibandingkan dengan permainan lain, mengadu jangkrik tidak ada duanya," ujar anak yang masih duduk di bangku kelas 6 SD itu.

Jangkrik aduan yang digunakan bocah-bocah ini diperoleh dari pengusaha burung, yang menampung jangkrik-jangkrik tersebut untuk dijadikan makanan burung.

Sementara salah seorang pengusaha burung yang juga pengepul jangkrik Bakkareng mengatakan, jangkrik-jangkrik untuk makanan burung itu bukan habis karena kebutuhan burung-burungnya, melainkan karena pesanan bocah-bocah yang ingin mengadu jangkrik.

"Kalau hari Minggu begini, jangkrik saya banyak masuk, dan cepat juga habis karena pesanan anak-anak," ujar pria berumur 43 tahun.

Menurut Bakkareng, membludaknya pesanan jangkrik dari bocah-bocah di sekitar tempat tinggalnya di Palu itu, terjadi 3 pekan terakhir. "Rata-rata anak-anak sekitar rumah sini saja yang memesannya. Katanya untuk diadu," pungkas Bakkareng. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya