Duka Lara Keluarga Simpatisan ISIS

Kepala BIN menyatakan, ada 2 motif WNI bergabung dengan ISIS yaitu keyakinan untuk berjihad dan ekonomi.

oleh Luqman RimadiSilvanus AlvinOscar FerriPutu Merta Surya Putra diperbarui 18 Mar 2015, 00:08 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2015, 00:08 WIB
Ilustrasi ISIS Iraq (8)
Ilustrasi ISIS Iraq

Liputan6.com, Jakarta - Mahfouz Firdaus nekat menenggak cairan serangga. Dia shock mengetahui putrinya ditangkap di Turki karena dicurigai akan bergabung dengan kelompok ISIS.

Istri dan keluarga Mahfouz Firdaus tiada henti melafalkan kalimat istighfar. Mereka tak menduga pria 47 tahun warga Rancakusumba, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ini sedemikian nekat mendengar Aisyahnaz Yasmin ditangkap.

Sedikitnya 11 kantong cairan infus telah dihabiskan untuk memulihkan kondisi Mahfouz. Dari hasil catatan Dinas Kependudukan Catatan Sipil Kabupaten Bandung diketahui, Yasmin merupakan kelahiran Lampung.

Kabar kepergian Usman Mustofa bersama istri dan anaknya ke Turki pun mengejutkan orangtuanya, Mustofa Mahdami. Warga Kampung Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah ini tak menyangka putra tunggalnya meninggalkan Indonesia tanpa pamit dan kini berada di Turki.

Padahal, sebagai orangtua, Mustofa sudah menyediakan rumah senilai Rp 2,8 miliar yang dilengkapi gerai pengiriman paket sebagai tempat usaha yang akan diwariskan ke anak tunggalnya itu.

Mustofa juga membantah kepergian Usman dan keluarganya ke Turki menggunakan uang hasil penjualan rumah miliknya tersebut, seperti yang disebut-sebut sebelumnya.

Sedih juga dirasakan Surati. Dia menangis sesenggukan.

Dia berharap, putrinya yang bernama Siti Lestari segera pulang. Mahasiswi semester akhir Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jawa Tengah itu dilaporkan hilang oleh keluarganya karena diduga bergabung ISIS setelah diajak kekasihnya.

"Kasihan mama. Kamu tuh ndak lahir dari batu, kamu lahir dari perutnya mama. Kenapa kamu pergi tanpa pamit," ucap sang ibu sambil terus menangis. 

Perhimpunan Pelajar Indonesia di Turki (PPI Turki) dengan tegas menyatakan, mereka tidak terlibat dengan kelompok radikal tersebut.

"Pemberitaan beberapa media di tanah air yang menerangkan bahwa para pelajar Indonesia di Turki terlibat dan atau membantu secara aktif maupun pasif warga Indonesia yang ingin bergabung bersama ISIS tidaklah benar," kata Ketua Umum PPI Turki M Rizky Noviyanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa 17 Maret 2015.

Rizky menjelaskan, para pelajar yang tergabung dalam PPI Turki merupakan generasi muda bangsa yang tengah mengejar ilmu, baik secara akademis dan non akademis. Kegiatan yang dilakukan juga termasuk dalam kegiatan positif.

Dia juga memastikan, PPI Turki menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945. PPI Turki juga dengan tegas tidak sepaham dan menolak ajaran ISIS

Motif Gabung ISIS

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengungkap 2 motif utama warga Indonesia bergabung ISIS. 2 motif tersebut yaitu karena keyakinan untuk berjihad dan ekonomi. 

"Te‎ntunya bagi mereka yang punya paham yang sama dalam mencapai tujuannya gabung dengan kelompok radikal. Tapi ada juga yang motifnya murni karena ekonomi," ujar Marciano di Istana Kepresidenan, Selasa 17 Maret 2015.

Marciano menyebut banyak WNI yang datang di kawasan objek vital milik ISIS karena tergiur upah besar. Mereka menjadi pembantu rumah tangga kehidupan dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Pol Saud Usman Nasution menyatakan, 16 WNI yang ditangkap pemerintah Turki saat hendak menyeberang ke Suriah, belum tentu akan bergabung dengan ISIS.

"Kita belum mengetahuinya. Tim belum bisa menginterogasi mereka. Jadi tim kita baru berdialog dengan petugas imigrasi Turki," ujar Saud di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.

Menurut Saud, 16 WNI tersebut tidak memiliki dokumen keimigrasian sehingga ditahan pihak berwenang. Kini mereka berada di tempat penampungan sementara. Mereka akan diupayakan untuk dipulangkan.

16 WNI tersebut terdiri dari 1 laki-laki dewasa, 4 perempuan, dan 11 anak-anak. "Bahkan, ada satu orang (perempuan) hamil. Ini harus kita perhatikan," tegas Saud.

Sampai saat ini, ucap Saud, pihaknya belum mengetahui persis bagaimana ke-16 WNI itu bisa sampai di Turki dan apa tujuan mereka. "Kita tidak boleh berandai-andai," tegas dia.

16 orang tersebut berbeda dengan 16 WNI yang diberitakan hilang sebelumnya yang hingga kini keberadaan mereka belum diketahui. Untuk warga Tanah Air yang hilang ini, Saud menyebut pihaknya juga meminta otoritas di Turki untuk melakukan pencarian.

Saud Usman Nasution juga mengungkapkan, Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Baasyir telah bergabung dengan kelompok militan ISIS sejak 2014. Hal itu berdasarkan pengakuan Baasyir kepadanya. 

"Sejak tahun 2014, Abu Bakar Baasyir sudah mengajak bergabung dengan ISIS. Jadi memang dia mengimbau untuk bergabung dan ini sedang kita kembangkan," ujar dia di Mabes Polri.

Dia mengungkapkan, apa yang dilakukan Baasyir selama ini baru sekedar imbauan untuk bergabung dengan kelompok garis keras itu. Namun, hal tersebut akan dikaji terlebih dahulu apakah hal tersebut telah masuk dalam kategori pelanggaran hukum.

Paspor Terancam Dicabut

Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan, sedang ada pembahasan pencabutan paspor terhadap WNI yang diduga bergabung dengan ISIS.

"Itu lagi dibicarakan di Polhukam, akan ada kebijakan bagaimana. Diteliti dulu, nanti imigrasi kita akan punya dasar untuk cabut paspor," ujar Yassona usai acara Laporan Tahunan 2014 Mahkamah Agung (MA) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa 17 Maret.

Yasonna mengatakan, pemerintah akan melakukan pencegahan dan penangkalan 16 WNI yang hilang di Turki. Terutama akan ditangkal masuk kembali ke Indonesia. Apalagi, nama-nama 16 WNI tersebut sudah diterima Kemenkumham.

Sementara itu, Wakapolri Komjen Pol Badrodin Haiti mengaku pihaknya tidak bisa menangkap orang yang dididuga telah bergabung dengan kelompok radikal ISIS. Sebab, hingga saat ini tidak ada instrumen hukum yang menjadi dasar penangkapan. Hal tersebut, membuat Kepolisian sulit mencegah perkembangan organisasi garis keras itu.

"Memang secara hukum kita tidak punya instrumen untuk bisa melakukan penegakan hukum terhadap pengikut ISIS yang belum melakukan pelanggaran hukum," jelas Badrodin di Mabes Polri.

Badrodin menyatakan, ada beberapa daerah yang diduga terdapat pengikut serta simpatisan ISIS. "Tidak hanya di Poso, ada juga Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan. Jadi bukan cuma di Poso," jelas dia.

Badrodin menjelaskan, ISIS masuk ke Indonesia sejak lama. Hal tersebut sudah disampaikan sejak era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

"Tidak, Polri bukan kecolongan, mereka sudah masuk lama di sini (Indonesia), bahkan era presiden sebelumnya (era SBY) sudah menginstruksikan untuk melarang perkembangannya," pungkas Wakapolri Badrodin Haiti. (Mvi)

 

 

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya