Anggota DPD: Diduga Ada Bisnis Perang Global di Balik Isu ISIS

Karena itu, tak ada salahnya jika stakeholder di Indonesia melakukan penyelidikan dugaan tersebut. ‎

oleh Taufiqurrohman diperbarui 22 Mar 2015, 15:45 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2015, 15:45 WIB
Aksi Menolak ISIS di Bundaran HI
Sejumlah mahasiswa dengan memakai busana dan aksesoris unik menggelar aksi menolak ISIS, Bundaran HI, Jakarta, Minggu (8/3/2015). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Iqbal Parewangi menduga, ada bisnis perang global dalam isu radikalisasi organisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Di mana, warga negara Indonesia (WNI) diduga banyak yang bergabung dengan ISIS.

"Ini ada beberapa pendekatan, adanya ISIS bisa juga (diduga) bisnis perang secara global. Setelah Perang Dunia (I dan II). Karena tidak ada lawan yang jelas, jadi (ISIS) imajiner tapi juga nyata ada di lapangan," kata Iqbal‎ ‎dalam Talkshow Bincang Senator bersama Liputan6.com bertema 'ISIS dan Upaya Deradikalisme', di Brewerkz Restaurant & Bar, Senayan City, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/3/2015).

Karena itu, lanjut Iqbal, tak ada salahnya jika stakeholder atau pemangku kepentingan terkait di Indonesia melakukan penyelidikan dugaan tersebut. ‎"Tak ada salahnya kita menyelidiki, apa ini bisnis perang? Perang itu kan bisnis yang besar, konteks bisnis perang ini kan bisnis senjata," ujar dia.

‎Meskipun begitu, pemerintah diminta tetap harus mewaspadai terhadap gerakan ISIS di Indonesia. Namun tidak perlu terlalu berlebihan dalam menanggapinya.

"‎ISIS menjadi bisnis perang besar dalam dunia global. Kenapa kita di Indonesia sangat berlebihan, lebay ada yang menyebutnya paranoid. Tapi terkait dengan ISIS kita lebih cermat lah menanggapinya, jangan berlebihan," ucap Iqbal.

Iqbal mengatakan, radikalisasi apa pun bentuknya adalah sebuah bentuk respons di mana salah satu pihak merasa disudutkan atau diperlakukan tidak adil. Sedangkan radikalisasi ISIS, respons sekelompok orang di Timur Tengah yang tidak terima Islam selalu ditekan dunia internasional.

"Radikalisme adalah bentuk respons. Kalau kita melihat ISIS, itu respons tekanan dunia secara global terhadap umat Islam. Sedangkan kalau isu ISIS yang dibawa ke Indonesia, ada yang menilai salah satu upaya pengalihan isu Indonesia yang sedang carut-marut. Pola-pola ISIS juga di Indonesia yang ikut menjebak dari radikalisasi yang alasannya juga tidak jelas," tandas senator dareah pemilihan Sulawesi Selatan tersebut. (Ali/Ans)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya