Liputan6.com, Jakarta - Letkol Penerbang (Pnb) Firman Dwi Cahyono selamat setelah jet tempur F-16 milik TNI Angkatan Udara (AU) yang dipilotinya meledak dan terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Bagaimana kah sosok Firman dan jam terbangnya selama di TNI AU?
Dikutip dari situs taruna-nusantara-mgl.sch.id, Kamis (16/4/2015), sejak kecil Firman memang bercita-cita sebagai pilot. Bahkan ia menjadi lulusan terbaik di SMA Taruna Nusantara, Magelang.
Maskapai Garuda Indonesia juga memberikan kesempatan beasiswa padanya untuk ikut sekolah penerbang. Tawaran tersebut diberikan kepada 9 siswa terbaik SMA Taruna Nusantara untuk di sekolahkan pilot di New Zealand.
"Tapi waktu itu ibu saya melarang jadi pilot. Karena saat itu lagi ada kasus pesawat jatuh," kenang Firman, buah hati pasangan Soegiyono dan Siti Solicah asal Sidoarjo Jatim itu.
Walau dibesarkan dari keluarga TNI Angkatan Laut (AL), namun hati kecilnya tetap ingin menjadi pilot di jajaran TNI AU. Meski sudah dilarang sang ibunda, Firman tetap menuruti kata hatinya.
Advertisement
Dia lalu ikut seleksi AKABRI dan lulus di TNI AU. "Belakangan ibunda saya merestui kalau saya menjadi pilot di TNI AU," ujar Firman.
Ayah dari M Yudistira A.P., M Bima A.P. dan Annisa Ayu A.P. tersebut, merupakan alumnus Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1996. Di tahun itu pula, karir suami dari Deasy S.M.S.S., di TNI Angkatan Udara bermula.
Ketika lulus Sekolah Penerbang angkatan 56 tahun 1998, Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono yang lahir di Surabaya tahun 1974 itu, langsung menjadi penerbang tempur di Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. Ia kemudian diangkat menjadi perwira menengah TNI AU dan penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki callsign ‘Foxhound’.
Firman pun dipercaya menjadi Komandan Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi yang juga merupakan markas pesawat buru sergap andalan TNI AU F-16. Ia adalah Komandan pertama Skadron Udara 16 yang mengoperasikan pesawat F-16 C/D.
Perwira jebolan postgraduate program atau S2 dari University of New South Wales Australia tahun 2011 ini, sejak 3 Desember 2014 menjabat sebagai Komandan Skadron Udara 16 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Saat itu dilantik oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tanggal 20 Agustus 2014, dilansir dari situs tni-au.mil.id, dia berhasil mencatatkan rekor meraih 2.000 jam terbang mengudara dengan pesawat jet tempur F-16.
Dipercaya sebagai Komandan Skadron Udara 16, kini Firman mempunyai cita-cita luhur memberikan yang terbaik yang bisa dilakukannya untuk negara dan keluarganya. Mengingat personel Skadron Udara 16 berasal dari berbagai Lanud, Firman terus melakukan upaya komunikasi yang terbaik buat personelnya.
"Personel kita ini memiliki latar belakang yang berbeda dan dari kesatuan Lanud yang berbeda. Tugas utama saya adalah menentukan ritme kerja dari semua personil baik anggota dan perwira," kata lulusan SMP Negeri 16 Surabaya tahun 1990 itu.
Pilot jet tempur Letkol Penerbang (Pnb) Firman dinyatakan selamat ketika Jet tempur F-16 milik TNI Angkatan Udara (AU) meledak dan terbakar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pagi ini pukul 08.20 WIB. "Pilot berhasil keluar sebelum api besar dan selamat," kata Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanjo saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta.
Sang pilot saat ini memang sedang menjalani perawatan pascakecelakaan. Tapi, Hadi tidak menyebut lokasi rumah sakit tempat Firman dirawat.
Hadi mengatakan, petugas berhasil memadamkan api yang membakar bagian mesin pesawat. Petugas kini sedang berusaha mengevakuasi pesawat ke hanggar. (Tnt/Mut)