Cerita Habibie, 20 Tahun Cicil Rumah Pribadi di Patra Kuningan

Karena merasa kerasan tinggal di rumah tersebut, Habibie pun berkeinginan untuk mempermanenkan menjadi miliknya pribadi.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 25 Mei 2015, 03:43 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2015, 03:43 WIB
BJ Habibie
BJ Habibie (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Walau kerap bolak-balik Jerman-Indonesia, kediaman mantan Presiden BJ Habibie di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan mempunyai arti yang begitu besar. Rumah tersebut seperti surga baginya dan mendiang istri Hasri Ainun Habibie.

Sudah lebih dari 30 tahun Habibie tinggal dirumah tersebut. Ia pun mencoba mengenang bagaimana perjuangan dirinya untuk ‎dapat memiliki rumah yang saat ini ia namakan Wisma Habibie dan Ainun itu.

Habibie bercerita, awalnya bangunan tersebut merupakan milik Patra Jasa. Pada 1975, Habibie yang bekerja sebagai penasihat Dirut PT Pertamina Ibnu Sutowo mendapatkan fasilitas rumah tersebut.

"Saya itu mulainya tinggal di rumah yang nomor 1 dan 3 pas saya masuk ke pertamina. Saya dapat tahun 1975, Saat itu rumah ini disekitarnya masih kampung," ujar Habibie usai dikukuhkan sebagai pendiri Akademi Imu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di kediamannya, Minggu (24/5/2015).

Karena merasa kerasan tinggal di rumah tersebut, Habibie pun berkeinginan untuk mempermanenkan menjadi miliknya pribadi. Untuk mewujudkan itu, ia pun meminta Pertamina agar mau menjual rumah tersebut kepadanya.

Keinginan Habibie dikabulkan oleh Pertamina, ia pun membayar yang dilakukan dengan mencicil.

"Awalnya saya tidak mau, tapi Pak Emil (Emil Salim) bilang, ‎itu cepat-cepat kamu lunasi. Nanti kalau belum lunas dan bisa diusir ke tempat lain. Saya bilang enggak boleh, itu aturan. Nah pas saya jadi menteri, saya minta ke Pak Harto, saya ditawari rumah Bapaknya Prabowo, waktu itu menteri BUMN. Saya enggak mau, saya tetap tinggal di sini. Akhirnya dicicillah rumah ini," kata Habibie.

Habibie pun akhirnya menerima saran Emil Salim untuk mencicil rumah tersebut. Setelah 20 tahun, rumah yang dipenuhi ornamen budaya nusantara itu pun akhirnya lunas. "Setelah 20 tahun rumah ini akhirnya selesai angsurannya," kata Habibie.

Paling Suka Bagian Pendopo

Salah satu bangunan yang mempunyai arti cukup dalam bagi Habibie adalah pendopo yang menurutnya merupakan peninggalan dari sang istri, Hasri Ainun. Pendopo tersebut terlihat indah dan berdesain budaya nusantara. Sisi sudut bangunan tampak banyak dihiasi ukiran Jawa yang sangat artistik.

Habibie pun bercerita bagaimana awal mula bangunan Pendopo dengan ukiran berbahan kayu jati dan berbagai lukisan itu dibuat.

"‎Saat ICMI didirikan, saya menggelar salat tarawih berjamaah, saat itu belum ada pendopo, masih pakai tenda, dan saat sedang salat tenda itu  rubuh karena hujan deras. Saya malu sekali. Maka saya putuskan untuk buat pendopo," cerita Habibie.

Niat itu pun didukung oleh Ibu Ainun, ia langsung berperan sebagai konseptor pembangunan pendopo dan melakukan eksplorasi mencari bahan-bahan kayu berkualitas. Akhirnya dalam suatu kunjungan Ainun menemukan bahan kayu berkualitas.

"Bu Ainun temukan di Jatim, masih asli dari Kerajaan Majapahit. Dia panggil arsiteknya dari ITB, namanya Franky, dia orang Indonesia. Ditugaskan oleh saya untuk ubah dinding itu jadi Pendopo, sesuai konsep yang ditawarkan oleh Bu Ainun," kata mantan Presiden ke-3 RI itu.

Setelah beberapa bulan bangunan Pendopo itu pun akhirnya selesai. Saat ini pendopo itu kerap digunakan Habibie untuk menggelar acara keluarga, pengajian atau acara jamuan makan malam. (Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya