Liputan6.com, Jakarta - Istri pengamat politik Yudi Latif, Linda Natalia Rahma, meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di Tol JORR Jakarta.
Dalam pesan singkatnya, Yudi menulis, "...Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Telah wafat istri saya tercinta, Linda Natalia Rahma, sekitar pukul 2 dini hari karena kecelakaan. Kami yg berduka cita, Yudi Latif sekeluarga. Alamat duka, Jl. Bunga Lily No. 18, Rt 002/001, Veteran, Bintaro, Jaksel."
Yudi mengungkapkan wasiat sang istri sebelum meninggal. Informasi itu pun menjadi kabar terpupler sepanjang Senin 25 Mei 2015.
Selain itu, ada kabar lainnya yang tak kalah menarik. Di antaranya kemarahan Ahok akan memuncak saat disinggung bahwa dirinya bukan asli Indonesia. Nah, informasi sebenarnya.
Berikut 5 berita terpopuler yang dihimpun Liputan6.com, Selasa (26/5/2015):
1. Wasiat Istri Yudi Latif Sebelum Meninggal
Tidak ada yang menyangka jika Senin dini hari, 25 Mei 2015 sekitar pukul 02.00 WIB menjadi petaka bagi keluarga pengamat politik Yudi Latif. Rasa sedih dan duka tak bisa ditutupi lagi saat Yudi mendengar kabar sang istri tercinta, Linda Natalia Rahma, harus pergi selama-lamanya.
Meski perasaanya sangat terpukul, Yudi bersedia berbagi cerita kenangan sosok istrinya. Sebelum meninggal, almarhumah sempat bercanda, walau pun dia tak menyadari itu adalah pesan terakhir sang istri.
"Kalau tak salah 2 minggu lalu istri saya sempat bertanya kalau meninggal mau dimakamkan di mana? Saya jawab nggak tahu, tapi dia (istri) menjawab dan mau dimakamkan di Tasik, samping almarhum bapaknya," kenang Yudi di kediamannya, Jakarta.
Selengkapnya.
2. Ahok Marah Besar Disebut Bukan Indonesia Asli
Nada bicara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meninggi saat menyingung banyak orang yang tidak suka dengannya. Terlebih, dia disebut-sebut bukan Indonesia asli.
Hal itu diungkapkan saat dirinya memberikan sambutan pada pembukaan 'Konsultasi Publik dalam Penyusunan Rancangan Kerja Pemerintah Daerah di Balai Agung, Balaikota, Jakarta, Senin (25/5/2015).
Ahok mengatakan, banyak orang yang menilai dirinya tidak pantas menjadi gubernur karena berbagai alasan. Terutama, soal agama, suku, dan ras.
"Kamu siapa sih sok ngatur kita, kalau yang rasis apalagi. Emang ini negeri lu. Saya sudah sering dengar itu. Banyak yang tidak ingin saya jadi gubernur. Karena, suku, agama, ras saya tidak cocok. Seolah olah negeri ini bukan punya saya," ujar Ahok.
Selengkapnya.
3. Kisah Darwati, PRT yang Jadi Sarjana Cum Laude
Sejak kecil, Darwati, warga desa Gunungan RT 2 RW 1 Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, ingin menjadi sarjana. Keinginannya itu didasari karena masih sangat sedikit warga kampungnya yang bergelar sarjana.
Selepas SMP Darwati melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 5 Todanan Blora. Ia masuk SMK karena disodori informasi bahwa jenjang pendidikan menengah ini dapat langsung bekerja.
Lulus SMA, Darwati sempat bingung karena orangtuanya yang miskin tak sanggup membiayai kuliah. Ia bekerja menjadi PRT di rumah seorang dokter. Di sela-sela kesibukannya bekerja, dia menyisihkan waktu untuk kuliah hingga akhirnya lulus menyabet prestasi Cum Laude.
Bagaimana kisahnya? Ikuti di sini.
4. 139 Kuburan Massal Para Imigran Ditemukan
Di tengah krisis pengungsi Bangladesh dan Rohingya yang ditemukan terkatung-katung di tengah laut, hal mengejutkan ditemukan di Malaysia.
Di perbatasan Negeri Jiran dengan Thailand, ditemukan sejumlah kuburan massal dan apa yang diduga sebagai kamp perdagangan manusia. Dikhawatirkan, kuburan tersebut berisi jasad-jasad imigran Bangladesh atau Rohingya yang berasal dari Myanmar, yang menjadi korban perdagangan manusia.
Setidaknya ada 100 jasad yang ditemukan di sekitar kamp yang digunakan pelaku perdagangan manusia untuk menahan para imigran dan pengungsi.
Selengkapnya.
5. ISIS Bantai 262 Warga Kota Kuno Palmyra
Kelompok teroris ISIS terus menebar terornya. Pasca-merebut kota tua Palmyra mereka melalukan pembantaian besar-besar di sana.
Menurut Kelompok Pemantau HAM Suriah sebanyak 262 warga kota itu dieksekusi ISIS. Aksi kejam tersebut dilakukan dalam waktu dua pekan.
"Setidaknya 13 orang korban (ISIS) adalah anak-anak," sebut pernyataan resmi kelompok pemantau HAM Suriah, seperti dikutip dari CNN, Senin (25/5/2015).
Mereka menambahkan, 150 orang yang dihukum mati ISIS merupakan tentara Suriah. Sementara sisanya dituding adalah mata-mata atau simpatisan pemerintah.
Selengkapnya. (Ali)