Panglima TNI: Turunkan Pasukan Bersenjata di Ambalat Buang Energi

Jenderal Moeldoko menyatakan, Indonesia tetap berpikiran dingin dalam menyikapi aksi negara tetangga yang masuk wilayah RI tanpa izin.

oleh Audrey Santoso diperbarui 17 Jun 2015, 07:05 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2015, 07:05 WIB
TNI Gelar Apel Kesiapan Pasukan Jelang KAA
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengecek kesiapan prajurit saat apel gelar pasukan pengamanan KAA di kawasan Monas, Jakarta, Rabu (15/4/2015). KAA ke-60 akan berlangsung pada 18-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan, Indonesia tetap berpikiran dingin dalam menyikapi aksi negara tetangga yang masuk wilayah RI tanpa izin. Langkah itu efektif dilakukan melalui komunikasi politik kedua negara.

"Itu semua kita kelola tanpa pendekatan kekerasan, kita kelola dengan konteks politik yang lebih santun yaitu protes diplomatik," ujar Moeldoko di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa 16 Juni 2015.

Moeldoko mengungkapkan langkah ini sudah diterapkan kepada Panglima Angkata Bersenjata Diraja Malaysia saat membahas kasus perebutan Pulau Ambalat. Ia menyebut kedua negara sepakat menghentikan ketegangan dalam memperebutkan pulau tersebut.

"Saya sering berkomunikasi dengan Panglima Angkata Bersenjata Diraja Malaysia untuk sepakat tentang Ambalat. Sehingga kita (TNI) tidak perlu lagi turunkan pasukan bersenjata. Kita masing-masing memahami tidak ada yang perlu diperebutkan di sana. Cuma buang energi saja," jelas Moeldoko.

Namun begitu, Moeldoko menegaskan agar Indonesia melayangkan nota protes kepada negara-negara yang masuk wilayah teritorial Indonesia tanpa izin. Pihaknya memiliki data pelanggaran tersebut.

"Itu selalu ada, saya selalu menyampaikan kita kepada Menlu melalui Menko Polhukam supaya Menlu melakukan protes diplomatik. Itu semuanya ada data pelanggaran-pelanggarannya. Pelanggaran udara, pelanggaran lintasan laut," ucap Moeldoko.

Selama Januari hingga Mei 2015, tim Operasi Gabungan 'TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU)' Perisai Sakti 2015 melaporkan 9 kejadian pesawat asing masuk ke wilayah udara Indonesia. (Ali/Mvi)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya