Liputan6.com, Jakarta - Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non aktif, Bambang Widjojanto menggugat UU KPK terkait ketentuan pemberhentian sementara pimpinan lembaga antikorupsi itu ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Bambang sebagai pemohon menggugat Pasal 32 ayat (1) huruf c dan ayat (2) UU KPK yang menyatakan pimpinan KPK berhenti atau dapat diberhentikan jika menjadi terdakwa akibat melakukan tindak pidana kejahatan.
Terkait hal itu, pengamat hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar mengatakan, Pasal 32 ayat 1 huruf c dan ayat 2 UU KPK, dipandang bisa menjadi melemahkan komisi antirasuah. Bahkan menurut pegiat anti korupsi itu, UU tersebut bisa menjadi celah untuk melawan KPK.
“Pasal 32 ayat 2 memang memilki dua wajah. Di mana menjaga marwah KPK, tetapi ada juga penafsiran lain yang bisa dijadikan celah untuk melawan KPK,” ujar Zainal di dalam persidangan MK, Jakarta, Selasa (23/6/2015).
Karena menurut Zainal, jika Pasal 32 itu tidak diberi syarat dan ketentuan khusus bagi pidananya, maka dalam momentum khusus, KPK bisa kembali dilemahkan, di mana ini menjadi potensi perlawanan balik bagi koruptor.
“Dalam kondisi hukum yang tidak normal, potensi perlawanan balik koruptor sangat rawan bahkan bisa dilakukan perlawanan secara terbuka," pungkas Zainal.
Bambang sebagai pemohon menilai bahwa Pasal 32 ayat (1) huruf c UU KPK telah melanggar amanat dari Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 terkait dengan asas praduga tak bersalah.
Pemohon juga berpendapat bahwa Pasal 32 ayat (1) huruf c UU KPK tidak menyebutkan secara rinci tindak pidana seperti apa serta waktu terjadinya tindak pidana yang dapat membuat pimpinan KPK diberhentikan. (Ein)
Pasal 32 UU KPK Dinilai Buka Celah Perlawanan Balik Koruptor
Bambang Widjojanto menggugat UU KPK terkait ketentuan pemberhentian sementara pimpinan lembaga antikorupsi itu ke MK.
diperbarui 23 Jun 2015, 15:36 WIBDiterbitkan 23 Jun 2015, 15:36 WIB
Suasana sidang Uji Materi UU KPK dengan pemohon Wakil Ketua KPK non Aktif KPK Bambang Widjojanto di Mahkamah Kontitusi, Jakarta, Selasa (23/6/2015). Sidang menghadirkan dua saksi ahli guna menguji materi UU No.30 Tahun 2002. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Fungsi Tulang: Peran Vital Rangka dalam Tubuh Manusia
Mekar Investama Teknologi Perluas Pendanaan Modal Kerja, Sasar Segmen Ini
Hati-Hati! Gaya Jahiliyah dalam Resepsi Pernikahan Zaman Sekarang Diungkap Buya Yahya
5 Respons Komnas HAM, Parpol hingga Menteri Usai Penembakan WNI Pekerja Migran Indonesia di Malaysia
Kereta Ambarawa Love Express Lagi Diskon Setengah Harga, Bagaimana Cara Pesannya?
Urutan Nonton Serial Korea Bad Guys, Genre Aksi Kriminal yang Akan Diadaptasi Jadi Vidio Original Series
Fokus Pagi : Unjuk Rasa Evaluasi 100 Hari Kinerja Pemerintahan Berujung Ricuh di Jakarta
Pelantikan Kepala Daerah Mundur, Pramono: Kapanpun Dilantik Saya Siap
Saksikan Sinetron Luka Cinta Episode Jumat 31 Januari Pukul 21.30 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya
10 Eye Cream Terbaik untuk Hilangkan Mata Panda, Wajah Tampak Lebih Segar
Terlanjur Utang di Pinjol untuk Konsumtif? Ini Cara Mengatasinya
Guru Ngaji di Tangerang Sudah Cabuli 20 Murid Laki-laki Sejak 2017 hingga 2024