Fenomena THR Bikin Korupsi Meningkat Saat Ramadan?

Fenomena THR dianggap sebagai salah faktor mendorong praktik korupsi. Benarkah?

oleh Silvanus Alvin diperbarui 28 Jun 2015, 21:31 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2015, 21:31 WIB
Ilustrasi Korupsi
Ilustrasi Korupsi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum merayakan Lebaran, masyarakat biasanya mendapat tunjangan hari raya (THR). Fenomena tersebut pun dianggap sebagai salah faktor mendorong praktik korupsi.

"Kita belum lihat di fenomena Ramadan kalau korupsi berkurang, ternyata korupsi makin ramai. Beberapa kasus terjadi saat Ramadan, seperti THR di kasus Sutan Bhatoegana," ucap Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, dalam diskusi bertema Puasa Korupsi, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Minggu (28/6/2015).

"Di akhir bulan, politisi dan birokrat berlomba-lomba dapat THR. Kita berpesan supaya menahan diri dan jadikan sebagai bulan pelatihan, dan tetap rawat nilai-nilai kejujuran itu. Jangan sampai setelah dan saat Ramadan melakukan praktik serupa," tambah dia.

Sementara putri Presiden ke-4 RI mendiang Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid menyampaikan ‎fenomena tersebut lahir karena sikap rakyat yang permisif dan adanya budaya paternalistik. Rakyat mengharapkan seorang tokoh untuk mem‎enuhi kebutuhan mereka, tanpa peduli uang yang dipakai halal atau haram.

‎"Sikap rakyat yang permisif, budaya kita paternalistik. Jadi ketua umum, banyak proposal-proposal. Kalau gaji pas-pasan gimana? Rakyat cuma peduli dapat sumbangan," tutur Yenny.

Aktivis NU ini berharap Ramadan tahun ini bisa mencerahkan para koruptor agar tidak melakukan praktik tercela tersebut. "Percuma salahkan sistem atau elite kalau kita masih permisif. Dalam rangka Ramadan, jangan cuma baju baru, tapi hati baru agar tetap antikorupsi demi kejayaan bangsa," tandas Yenny Wahid. (Ans/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya