Ketinggian Tower Turut Jadi Penyebab Kecelakaan Hercules?

Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengatakan, sejauh ini tak ada masalah komunikasi yang dialami pilot dengan ATC.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 02 Jul 2015, 21:45 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 21:45 WIB
Pesawat Hercules Jatuh di Medan
Saat belok kanan, pesawat itu jatuh dan menimpa Pertokoan Golden Vista di Jalam Jamin Ginting Medan.

Liputan6.com, Jakarta - Investigasi terhadap kecelakaan pesawat Hercules C 130 terus dilakukan. Terlalu dini memang untuk menyimpulkan penyebab jatuhnya pesawat milik TNI itu. Namun diyakini, lingkungan menjadi faktor penyebab.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengatakan, tingginya antena dan tower di sekitar Lanud Soewondo jadi penyebab pilot tidak bisa mengendalikan pesawat. Seharusnya kawasan lanud memang bebas dari antena tinggi dan tower.

"Idealnya pangkalan TNI, ring paling luar harus 5 kilometer. Tidak ada obstacle (gangguan) seperti itu," jelas Dwi di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Banyaknya antena seperti yang terjadi di Medan, menurut Dwi, cukup mengganggu penerbangan. Sehingga, pilot tidak bisa mengendalikan pesawat hingga jatuh di permukiman warga.

"Di Medan kira-kira 4 nauticalmile, itu 4 kilometer, enggak nyampai 5 (kilometer). Kalau kondisi normal enggak masalah," lanjut dia.

Sejauh ini, kata Dwi, tidak ada masalah komunikasi yang dialami pilot dengan ATC. Buktinya, sang pilot sempat meminta return to base (RTB) atau kembali ke Lanud Soewondo. Hanya saja, tampaknya antena jadi masalah penghalang pesawat.

"Aturan pembuat antena enggak, tapi dalam kontek penerbangan enggak boleh. Di Halim sini kan enggak ada (antena tinggi). Ini baru dugaan sementara, yang diduga oleh seseorang yang mempunyai pengalaman menerbang pesawat," tegas Dwi.

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor ekor A-1310 jatuh dengan posisi terbalik di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, Selasa 30 Juni kemarin sekitar pukul 11.50 WIB. Pesawat tersebut lepas landas dari Pangkalan Udara Suwondo, Medan, sekitar pukul 11.48 WIB.

Pesawat keluaran 1960-an itu hendak menuju Kepulauan Natuna untuk menjalankan misi Penerbangan Angkutan Udara Militer (PAUM), yakni pengiriman logistik.

Burung besi yang dipiloti Kapten Pnb Sandy Permana itu sempat menghubungi menara Air Traffic Control (ATC) 2 menit usai take off dan menginformasikan telah terjadi kerusakan.

Saat itu, pilot Hercules juga meminta return to base (RTB) atau kembali ke Lanud Suwondo. Belum sempat dibalas, ATC sudah kehilangan kontak. Pesawat kemudian diketahui jatuh di Jalan Jamin Ginting. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya