Liputan6.com, Jakarta - Pagi itu jarum jam menunjukkan pukul 07.00 WIB. Tak seperti biasanya, rumah kopilot pesawat Hercules C-130 Letda Pnb Dian Sukma Pasaribu mendadak ramai dan diselimuti duka.
Rumah beralamat di Jalan RW Mongosidi, Perumahan Kalidoni Indah Permai, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Sumatera Selatan itu dipadati para prajurit TNI AU, keluarga, kerabat, hingga rekan sejawat.
Para prajurit berseragam loreng hijau itu siap mengantarkan jenazah rekannya, Letda Pnb Dian ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Pukul 08.00 WIB, upacara penyerahan jenazah pun digelar. Peti jenazah itu diantarkan ke Masjid Akbar Palembang, yang berada tak jauh dari rumah duka.
Tanpa menunda waktu, salat jenazah pun dilakukan. Peti jenazah dan rombongan prajurit TNI AU beserta keluarga, langsung bertolak ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kandang Kawat Palembang.
Sekitar pukul 09.15 WIB, rombongan mobil pengantar jenazah pun tiba di TPU Kandang Kawat. Peti jenazah langsung dibopong ke arah liang kubur yang sudah disiapkan. Sebelum dimakamkan, prajurit TNI AU melakukan upacara pemakaman ala militer.
Salvo pun berdesis di langit TPU Kandang Kawat, sebagai penghormatan terakhir kepada Letda Pnb Dian. Isak tangis keluarga dan para pelayat pun pecah, mengiringi penurunan jenazah ke dalam liang kubur. Terlebih ketika azan dikumandangkan.
Kekasih sang kopilot Hercules, Putri Inka Mutiara, tetap setia hadir dan mendampingi ibunda Dian, Nani, yang terlihat syok dan terkulai lemas.
Putri memang terlihat lebih tegar dari calon mertuanya itu, sejak malam kedatangan sang kekasihnya pada Rabu malam kemarin. Putri tetap setia berada di samping Nani menangisi anak kesayangannya di samping peti jenazah.
Putri terus merangkul dan menenangkan Nani. Kendati, air matanya tetap mengalir deras. Akhirnya, Nani pun jatuh pingsan. Putri yang berprofesi sebagai polwan ini turut membantu membopong ibu 3 anak itu ke dalam kamar.
Rencana duduk di pelaminan pun sirna. Tunangan Putri dengan Letda Pnb Dian sejak 28 Desember 2012 kini menjadi kenangan pahit yang tidak mudah dilupakan.
Â
Duka lara juga mewarnai keluarga saat kedatangan jenazah Pilot Hercules C-130 Kapten Penerbang Sandy Permana. Jenazah tiba di Lanumad Ahmad yani Semarang Kamis pagi sekitar pukul 07.00 WIB dari persemayaman di Malang, Jawa Timur.
Pilot Hercules C-130 yang mengalami kecelakaan itu langsung dibawa ke rumah duka di Jalan Tulus Harapan B 13 A, Sendangmulyo, Semarang.
"Sandy, Sandy," teriak kakak Sandy menghambur menuju peti jenazah yang baru saja tiba, Kamis 2 Juni 2015.
Fitriana Hapsari istri sang pilot pun langsung bersimpuh dan memeluk peti jenazah suaminya. Ia terus meratapi kepergian suaminya. Dua putrinya yang digendong kerabatnya pun turut menangis. Seakan mengerti kematian ayahnya. Â
Suasana haru pun pekat di ruang tamu rumah duka yang merupakan tempat tinggal mertua Sandy. Sang paman, Sriyono mengaku dekat dengan Sandy sangat terpukul dengan meninggalnya keponakannya.
"Dia itu anak yang soleh, ke mana dia pergi selalu pamit. Kemarin saat pendidikan 6 bulan, kebetulan kena sakit, saya bawa ke Pak Haji di Cipinang. Sehari sebelum puasa dia ke Kemanggisan, rumah saya untuk mengucapkan terimakasih. Dia bilang juara umum," kata Sriyono sambil mengusap air matanya.
Tak lama jenazah pun dibawa ke masjid untuk disalatkan, dan selanjutnya diantarkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal di Jalan Pahlawan Semarang. Prosesi kemudian berlanjut dengan upacara persemayaman secara militer.
"Kapten Penerbang Sandi meninggal saat bertugas melaksanakan misi, bukan penerbangan latihan. Beliau layak dimakamkan di taman makam pahlawan," kata Komandan Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, Kolonel Penerbang Haris Haryanto.
Mengulang Kenangan Kelam
Berpulangnya Letnan Dua Perbekalan Agus Sriyadi akibat kecelakaan pesawat Hercules C-130 milik TNI Angkatan Udara di Medan Sumatera Utara, ternyata mengembalikan kenangan kelam bagi sang istri, Serma Eka.
Pada 1991, sang ayah juga tewas dalam kecelakaan pesawat Hercules di Condet, Jakarta Timur. Namun Eka berusaha tegar saat prosesi pemakaman suaminya. Mulutnya tertutup, tak banyak bicara. Pengalaman yang dialami suaminya saat ini semakin menambah kepedihan hidupnya.
"Usia saya masih 5 tahun. Bapak meninggal dalam kecelakaan pesawat Hercules 5 Oktober 1991 di Condet," ucap Eka terbata-bata.
Sang suami pun dimakamkan 1 kompleks dengan sang ayah di TMP Bahagia Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. Usai pemakaman suaminya, Eka dan keluarga pun menyempatkan diri berziarah ke pusara ayahnya, Suyoko Darmo Hardjo.
Eka terus berdoa dan meneteskan air mata di depan makam ayahanda. Dia juga terus memegangi kedua putranya, Raka dan Rafa.
Duka mendalam juga dirasakan Pelda Suhrizal Lubis. Suami Atiah Rustiati dan bapak dari Arika Ustian Lubis, Melita Dwi Anggraini Lubis dan Zulfansyah kini masih terlihat shock, dan tak banyak bicara.
Anggota TNI yang bertugas di Kosek 3 Medan, Jalan Padang Golf ini selalu meneteskan air mata, sembari memanggil nama-nama orang yang dicintainya setelah mereka pergi untuk selama-lamanya.
Jenazah istri dan 2 anaknya dikebumikan pukul 17.00 WIB di Tempat Pemakaman Umum, kawasan Jalan Kelambir V, Kecamatan Helvetia, Medan. Mereka dikubur berdekatan. Para sahabat dan kerabat serta keluarganya membanjiri pemakaman.
Sedangkan 1 jenazah putra bungsunya Zulfansyah, bocah laki-laki berusia 7 tahun itu belum ada kabar hingga kini.
Takdir sudah digariskan Sang Pencipta. Rencana akan berkumpul saat Lebaran 2015 di Tanjung Pinang, sekaligus memperingati 100 hari wafat ayah kandung sang istri pun sirna.
Menggantikan Tugas Teman
Korban kecelakaan Hercules lainnya Lettu Tek Rahmad Samdany asal Lhokseumawe. Siapa sangka menggantikan tugas temannya akan berakhir tragis. Namun Rahmad yang dikenal baik itu gugur sebagai pahlawan saat hendak menjalankan tugasnya sebagai prajurit.
"Hari kejadian itu sebenarnya dia enggak piket. Rahmad menggantikan tugas rekannya yang tidak bisa ikut terbang," ujar Riski Julianda, sahabat dekat Rahmad.
Lettu Tek Rahmad dikenal sebagai sosok taat beribadah dan pintar. Bagi para sahabatnya, Rahmad juga merupakan sosok guru yang selalu mengingatkan sahabatnya untuk selalu berbuat baik. Dia mengerti dan paham ilmu tauhid.
"Rahmad sosok pintar dan dari keluarga taat agama, paham agama. Kami berkawan dekat itu 4 orang. Rahmad adalah orang yang selalu mengingatkan kami untuk berbuat baik," tutur Riski mengenang Rahmad di Banda Aceh, Rabu 1 Juli 2015.
Rahmad menghabiskan masa kecil di Kota Petro Dolar. Ia bersama orangtuanya tinggal di Kompleks PT Arun NGL, Batuphat Barat, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Aceh.
Ayah Rahmad, Anwar Hasyi, merupakan guru agama di Yayasan Pendidikan Arun. Setamat SMA, Rahmad melanjutkan pendidikan di Sekolah Angkatan Udara pada 2009 dan lulus menjadi teknisi.
Riski mengaku berpisah dengan Rahmad setelah tamat SMA. Riski sendiri diterima sebagai mahasiswa IPDN pada 2006. Sedangkan Rahmad menjadi mahasiswa jurusan teknik penerbangan.
Lettu Rahmad meninggalkan istri dan seorang anak yang masih berusia 1 tahun. Istri dan anak Rahmad saat ini tinggal di Bandung, Jawa Barat. Sehari sebelum kejadian nahas itu terjadi, Rahmad sempat menghubungi keluarganya.
Kegetiran juga dirasakan keluarga Sersan Dua Ainul Abidin yang menjadi korban bersama istrinya, Tri Astuti serta 2 anaknya, Rizki Putri Ramadani dan M Arif Wicaksono, saat jenazah mereka tiba di Pekanbaru pada Kamis siang.
"Kalau anak dan istri Serda Ainul Abidin belum teridentifikasi. Masih dalam proses di RSUP H Adam Malik Medan," ujar Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kapten Sus Rizwar, di posko informasi Hercules, Kamis 2 Juli 2015.
Begitu juga keluarga pegawai honorer TNI AU dari Skuadron 31 Halim Perdanakusuma, Arifin Suwarno (45). Selain Arifin, ada pula jenazah 2 putrinya juga menjadi korban pesawat nahas ini. Keduanya, yakni Rusti Aristanti (12) dan Nur Halimah (9).
Pelda Arie Budi WÂ di RT 1/RW 4 Mangliawan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur juga merasakan duka yang sama. Anggota TNI AU yang berdinas di Lanud Ranai Kabupaten Natuna Kepulauan Riau itu kehilangan istri dan 3 anaknya dalam kecelakaan pesawat buatan Amerika berpenumpang 122 orang itu.
Pelda Arie harus merelakan kepergian sang istri, Armiyanti, dan 3 anaknya, Leonaldo (13), Revaldo (9), Gavin Messi Liano (6). Bahkan, Armianti tengah mengandung 6 bulan saat peristiwa ini terjadi.
Semoga duka lara bagi keluarga korban pesawat Hercules segera terobati. Selamat jalan....semoga arwah para korban dapat beristriahat dengan tenang di sisi-Nya. (Rmn/Ado)