Pakar: Teroris di Indonesia Kini Tak Bisa Bergerak Bebas

Namun, pakar psikologi dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan upaya pencegahan masih harus ditingkatkan.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 05 Jul 2015, 10:07 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2015, 10:07 WIB
Aksi Jaga Jakarta di Bunderan HI
Aksi 'Jaga Jakarta' yang didominasi oleh kaum muda ini mengajak warga Jakarta untuk bersama-sama menolak radikalisme dan terorisme, Jakarta, Minggu (23/11/2014). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Upaya pencegahan terhadap terorisme dan radikalisme lainnya masih perlu dilakukan. Walaupun, sejauh ini peran pemerintah dalam menekan dan mencegah bertumbuhnya paham radikalisme sudah cukup efektif.

Pakar psikologi dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan anggota kelompok teroris dan radikal tengah tidak bisa bergerak.

“Apa yang dilakukan BNPT dan Densus 88 sudah cukup efektif, meski harus terus ditingkatkan. Saat ini, dari kacamata saya, para pengikut paham radikalisme dan terorisme itu tidak bisa bebas bergerak. Aparat semakin melakukan pembekuan dan memantau gerakan mereka secara intensif,” kata Hamdi di Jakarta, Sabtu 4 Juli 2015.

Dia menegaskan upaya pencegahan masih harus ditingkatkan. Hal tersebut masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah yang belum terselesaikan.

"Artinya, pekerjaan kontra radikalisme akan berlangsung panjang. Ibarat tumbuhan, kita tidak boleh membiarkan lahan mereka menjadi subur,” jelas Hamdi.

Menurut dia, paham terorisme dan radikalisme dapat masuk dari segi mana saja. Karena itu, pemerintah harus menggandeng seluruh lapisan.

"Tidak hanya mencegah agar orang tidak mengikuti ajaran mereka, tetapi juga menyadarkan orang-orang yang pernah mengikuti ajaran itu. Kalau orang-orang ini tidak disadarkan, bisa saja mereka akan kembali mencari teman dan menyebarkan ajaran radikalisme tersebut,” ucap Hamdi. (Bob/Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya