Jam Belajar SD-SMP di Pontianak Bakal Dipadatkan Jadi 5 Hari?

Pemberlakuan sekolah 5 hari ini dalam rangka memberikan waktu istirahat dan bermain yang lebih leluasa bagi anak-anak.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 29 Jul 2015, 07:07 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 07:07 WIB
20150727-Hari-Pertama-Masuk-Sekolah-Jakarta7
Seorang siswa menguap menahan kantuk sebelum upacara di SD Pasar Baru 05, Jakarta, Senin (27/7/2015). Usai libur panjang Idul Fitri para siswa kembali beraktivitas mengikuti pelajaran di sekolah untuk tahun ajaran 2015-2016. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Pontianak - Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, Kalimantan Barat, berencana menerapkan jam belajar siswa selama 5 hari kerja bagi sekolah negeri. Pemadatan jam belajar itu segera dilakukan setelah kajian rampung.

Walikota Pontianak Sutarmidji mengatakan, pemangkasan hari belajar siswa yang semula 6 hari menjadi 5 hari akan diterapkan dari tingkat SD hingga SMP.

"Dalam waktu dekat ini yang akan diterapkan SD dan SMP dulu. Sabtu tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah tersebut. Saya berharap ada kajian-kajian yang komprehensif terkait kebijakan itu," kata dia, di Pontianak, Selasa 28 Juli 2015.

Menurut dia, kegiatan belajar akan berlangsung sejak Senin hingga Jumat. Namun, sekolah 5 hari tidak mengurangi jumlah jam pelajaran selama sepekan karena akan ada penambahan jam belajar untuk hari-hari tersebut.

Pemberlakuan sekolah 5 hari ini dalam rangka memberikan waktu istirahat dan bermain yang lebih leluasa bagi anak-anak.

"Waktu sehari libur yakni Minggu untuk refreshing bagi anak-anak tidak cukup untuk mengembalikan dan memulihkan kebugaran mereka dalam menerima materi pelajaran," ungkap Midji.

Oleh karena itu, dia berharap Dinas Pendidikan Kota Pontianak segera mengkaji penambahan jam belajar dalam 5 hari masuk sekolah.

"Saya tidak mau menunggu terlalu lama supaya ini bisa terealisasi dalam waktu secepatnya," katanya.

Selain itu, Sutarmidji menegaskan, kegiatan masa orientasi siswa (MOS) di sekolah-sekolah sudah selesai dan tidak boleh ada lagi kegiatan tersebut. Artinya, orientasi untuk pengenalan lingkungan sekolah itu dinilainya sudah cukup. Kegiatan belajar sudah berjalan normal tanpa ada lagi kegiatan MOS atau sejenisnya.

"Kalau memang mau, anak-anak bisa diarahkan untuk menanami pohon di lingkungan sekolah atau buat taman. Itu semuanya di dalam pengawasan dan koordinasi guru, saya ingatkan ini kepada para kepala sekolah," jelas dia.

Walikota juga meminta sekolah-sekolah menguji kemampuan siswa muslim dalam membaca Al Quran sebagai bekal siswa untuk memfilter hal-hal negatif. "Pemahaman-pemahaman terhadap agama ke depannya juga penting untuk mereka supaya punya kepribadian yang baik," harap Midji. (Bob/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya