70 Tahun Merdeka, Mari Menjadi Indonesia

Mantan Rektor Universitas Paramadina ini mengajak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda sekarang untuk menjadi Indonesia.

oleh Oscar Ferri diperbarui 14 Agu 2015, 06:31 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2015, 06:31 WIB
Mendikbud Anies Baswedan Pimpin Upacara Hardiknas
Mendikbud, Anies Baswedan berpidato saat upacara Hari Pendidikan Nasional di Kemendikbud, Jakarta, Sabtu (2/5/2015). Anies meminta Hardiknas dijadikan momentum merefleksikan gagasan tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari lagi, Indonesia akan merayakan kemerdekaannya sebagai sebuah negara yang berdaulat. Tahun ini, perayaan kemerdekaan genap ke-70 tahun. Usia yang terbilang sudah tua. Tapi, apakah rasa nasionalisme sudah benar-benar bersemayam di sanubari seluruh warga negara Indonesia? Apakah para generasi muda benar-benar telah menjadi Indonesia?

Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengatakan, Indonesia sebagai sebuah negara dibangun melalui imajinasi yang diekspresikan lewat pemikiran. Dan nasionalisme di mata Anies, tidak tumbuh karena garis darah orang tua-orang tua yang dulu menjadi pejuang kemerdekaan Indonesia.

"Nasionalisme tumbuh bukan karena garis darah. Bukan karena dia seorang Bugis maka di Indonesia, ‎bukan karena Minang di Indonesia, tapi karena dia terdidik maka dia menjadi Indonesia‎. Dan Indonesia itu tumbuh lewat pendidikan, lewat pemikiran," kata Anies saat berkunjung ke Kantor Liputan6.com, Jakarta, Kamis (13/8/2015).

Cucu pejuang kemerdekaan, tokoh pers dan anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Abdurrahman Baswedan itu menjelaskan, setidaknya ada 4 janji kemerdekaan buah proklamasi 70 tahun silam. Keempat janji mendasar itu adalah melindungi, mensejahterahkan, mencerdaskan, dan menjadi bagian dari dunia.

Karena itu, mantan Rektor Universitas Paramadina ini mengajak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda sekarang untuk menjadi Indonesia. Generasi muda diminta untuk tak melupakan sejarah, namun juga sekaligus harus mencetak sejarah.

"Kita perlu belajar sejarah. Tapi yang tidak kalah penting bagi generasi sekarang adalah membuat sejarah. Jadi kita harus membuat sejarah di zaman ini yang nanti menjadi catatan generasi ke depan, menengok apa yang kita kerjakan di tahun 2.000-an ini," ucap Anies.

Rumah Sejarah

Setali tiga uang, Sejarawan JJ Rizal pada kesempatan yang sama juga menuturkan, intelektualitas menjadi penting dalam merealisasikan janji kemerdekaan. ‎Bagi Rizal, momen 70 tahun Indonesia merdeka harus menjadi momen untuk pulang ke rumah sejarah. Kembali belajar tentang sejarah. Sejarah tentang Sukarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan mereka-mereka yang menjadikan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan sebagai suatu negara.

‎"Saya pikir momen 70 tahun adalah momen pulang ke rumah sejarah dan menemui mereka yang membuat Indonesia, yang memproses Indonesia, yang menjadi orang-orang utama Indonesia. Pulang ke rumah sejarah untuk bercermin, sekaligus refleksi, untuk kemudian mengadakan regenerasi ‎di masa sekarang," ujar lulusan Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) ini.

Mengapa demikian, Rizal menambahkan, karena Sukarno dan kawan-kawan memulai aktifitas membangun bangsa dan negera Indonesia dari usia belia. Usia muda. Generasi mereka kala muda itu menjadi generasi pioner dalam membangun Indonesia.

"Hatta umur 26 tahun sudah memimpin perhimpunan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda. Begitu juga dengan Bung Karno dan lain-lain. Artinya, generasi mereka itu generasi pioner yang memulai dari usia yang sangat belia, sangat muda," kata Rizal.

Karena itu, kembali ke rumah sejarah menjadi penting, untuk mengenali tokoh-tokoh bapak bangsa tersebut. Bahkan, berpegang dan memahami sejarah bisa menjadi obat atas penyakit Indonesia saat ini, yakni degradasi nilai, ide, dan moral. (Sun/Ali)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya