Dugaan Manifes Palsu, 2 Karyawan Trigana Diperiksa Polisi

Ada 10 penumpang yang tak masuk dalam manifes, namun ikut dalam pesawat tersebut.

oleh Katharina Janur diperbarui 25 Agu 2015, 15:45 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2015, 15:45 WIB
Ilustrasi Pesawat Trigana Air
Ilustrasi Pesawat Trigana Air

Liputan6.com, Jayapura - Dua karyawan Trigana Air service wilayah Papua diperiksa penyidik Polda Papua. Keduanya diperiksa terkait kasus dugaan manifes palsu pesawat jenis ATR-42 dengan nomor lambung PK-YRN yang jatuh di Oksibil, Pegunungan Bintang, 16 Agustus lalu.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Rudolf Patrige mengatakan, ada 10 penumpang yang tak masuk dalam manifes, namun ikut dalam pesawat tersebut. Saat ini, keduanya masih diperiksa penyidik Polda Papua.

"Tidak menutup kemungkinan akan ada lagi karyawan Trigana lainnya yang kita periksa. Pascakejadian tanggal 16 Agustus, Polda Papua langsung menyelidiki daftar manifes pada keesokan harinya," ucap Rudolf di Jayapura, Selasa (25/8/2015).

Informasi yang diterima Liputan6.com, para karyawan Trigana ini diduga membeli tiket menggunakan banyak KTP. Lalu, karyawan itu menjual kembali tiket dengan harga 2 kali lipat.

"Tiket normal Trigana, tujuan Jayapura-Osibil, biasa dijual dengan harga Rp 1.050.000. Namun, tiket selalu habis di counter Trigana, maka kami biasa membeli di luar counter atau bisa dikatakan calolah. Harga yang ditawarkannya pun bervariasi mulai Rp 1.500.000 hingga Rp 2 juta untuk bisa naik ke Oksbil. Begitu juga dengan arah sebaliknya," kata Nana, salah satu pegawai di Oksibil.

Sebelumnya, Direktur Operasional PT Trigana Air Benny Sumaryanto menyebutkan, ada sekitar 3-4 orang karyawan Trigana yang terindikasi melakukan pemalsuan manifes penumpang. Karyawan ini terancam akan dipecat dari pekerjaannya.

"Penyelidikan secara internal telah kami lakukan, karyawan yang melakukan pemalsuan manifes ini sehari-harinya bertugas di ground landing dan staf Trigana sendiri. Dalam penyelidikan internal, memang ditemukan ada oknum yang menggunakan KTP-nya untuk membeli tiket yang nantinya digunakan oleh calon penumpang lain. KTP-KTP asli tapi palsu itulah dipakai oknum ini untuk menjual tiket, sehingga manifes dan penumpang yang terbang berbeda," jelas Benny.

Dia mengklaim, ada 10 nama yang tidak sesuai dengan daftar manifes. Nama-nama tersebut juga pernah dirilis oleh Polda Papua. Di antaranya Yohanis Kiabra diganti Nelson Wayam, Yunus Setamanggi diganti Yana Uropka, Ardono Hikmad diganti oleh Yance Wapdanon, Yundriadi diganti Kayus Kipka, Susilo diganti Terianus Salawala, Piter diganti oleh Eli Uropmabin, Surya diganti Timius Dupui, Marusaha Sitorus diganti Obhet Turukna, Petrus Tekege diganti John Gasper. (Bob/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya