Muhammadiyah: Pemerintah Harus Beri Kebebasan Perbedaan Iduladha

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, perbedaan Hari Raya Iduladha ini murni ijtihad yang dilakukan pengurus.

oleh Yanuar H diperbarui 19 Sep 2015, 12:32 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2015, 12:32 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Yogyakarta - Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Iduladha 1436 Hijriah jatuh pada 23 September 2015. Penetapan tersebut berbeda dengan pemerintah yang mengumumkan Hari Raya Iduladha jatuh pada Kamis 24 September 2015.

Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, keputusan 23 September berdasarkan hasil perhitungan hakiki wujudul hilal menunjukkan ijtimak jelang Zulhijah 1436 H terjadi pada hari Minggu Kliwon, 13 September 2015 pukul 13.43.35 WIB.

Selain itu, pada saat matahari terbenam pada Minggu 13 September 2015, di sebagian wilayah barat Indonesia, hilal sudah wujud dan di sebagian wilayah timur Indonesia belum wujud. Dengan demikian, garis batas wujudul hilal melewati wilayah Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi 2 bagian.

"Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan tanggal 1 Zulhijah 1436 H jatuh pada hari Senin Legi, 14 September 2015 M. Hari Arafah (9 Zulhijah 1436 H) jatuh pada hari Selasa Wage, 22 September 2015 M. Iduladha (10 Zulhijah 1436 H) jatuh pada hari Rabu Kliwon, 23 September 2015 Masehi," ujar Yunahar dalam konferensi persnya di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Jumat 18 September 2015.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, perbedaan Hari Raya Iduladha ini murni ijtihad yang dilakukan pengurus bersama. Perbedaan ini merupakan hal yang harus dimaklumi termasuk pemerintah untuk memberikan kebebasan merayakan Iduladha kepada Muhammadiyah.

"Pemerintah harus memberikan kebebasan ataupun kelompok lain yang merayakan Iduladha yang berbeda," jelas dia.

Haedar menyatakan, perbedaan penentuan hari raya Iduladha dan hari besar lainnya dan berakibat perdebatan sengit tidak perlu dibesarkan. Hal ini harus dilihat sebagai dinamika dari umat Islam.

"Masyarakat tidak cukup melihat adanya perayaan yang berbeda, namun juga harus menyentuh bahwa ada perbedaan metode penghitungan yang selama ini dijalankan," kata Haedar.

Haedar mengatakan, menyikapi perbedaan penentuan hari raya besar seperti Iduladha ini PP Muhammadiyah mendorong umat Islam di dunia mencari titik temu penyatuan kelender hijriah. Muhammadiyah memfasilitasi untuk menentukan kalender hijriah.

"Umat Islam di dunia perlu mencari titik temu kalender Islam global. Ini supaya ada ketetapan bersama menjadi kalender hijriah global, semua hal yang menjadi perbedaan akan menjadi penyatuan," tandas Haedar. (Mvi/Ron)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya