Ahok: Banyak Tukang Debat Soal Normalisasi Ciliwung

Padahal, orang yang suka debat tersebut tidak memiliki pengalaman cukup.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 13 Okt 2015, 18:47 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2015, 18:47 WIB
20150829-Ciliwung Bakal Disulap Jadi Kawasan Wisata Air-Jakarta
Ciliwung Bakal Disulap Jadi Kawasan Wisata Air (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar menormalisasi Sungai Ciliwung. Namun, ini mendapat tentangan dari sejumlah warga karena mereka harus angkat kaki dari rumahnya yang berada di bantaran kali itu.

Gubernur DKI Jakarta ‎Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai normalisasi Sungai Ciliwung harusnya disambut baik oleh warga ibukota, bukan malah dikritik. Sebab, normalisasi merupakan salah satu cara mencegah banjir.

"Kita ini banyak tukang protes, tukang debat, tapi pengalamannya tidak sampai. Cuma kritik, tapi saya tanya kamu apa dong, itu yang saya bilang di kampung saya belagu. Kalau bodoh itu harusnya nurut, kalau pinter ya ngajar," kata Ahok, di Balaikota Jakarta, Selasa (13/10/2015).

Hal itu disampaikan saat Ahok memberikan sambutan dalam acara C40 Connection Delta Cities Network Workshop. Acara ini untuk bertukar pikiran mengenai cara mengatasi banjir dan kenaikan permukaan laut.‎ Adapun kota yang ikut serta adalah New York, New Orleans, London, Rotterdam, Copenhagen, Venice, Tokyo, Hong Kong, Bangkok, Singapura, dan Melbourne.

Perwakilan dari kota-kota tersebut, lanjut Ahok, sudah memiliki pengalaman mengatasi banjir ratusan tahun‎, tidak seperti para tukang kritik yang disebutnya. Hasil dari acara ini, tinggal diadopsi oleh Jakarta.

"Jadi kita undang orang pinter ini ngajar, kita harus nurut karena pengalaman negaranya ratusan tahun dan coba kita terapkan di kita demi kesejahteraan rakyat Jakarta‎," tegas Ahok.

Pada sambutannya, mantan Bupati Belitung Timur itu juga menyindir pembiaran reklamasi yang terjadi di Kampung Pulo selama 30 tahun terakhir. Lebar sungai yang harusnya sekitar 30 meter terus berkurang tiap tahunnya hingga menjadi 5 meter.

"Lihat saja peta Belanda dari 30 meter jadi 5 meter. Artinya dia reklamasi tapi kok enggak ada yang protes. Tapi sudah 30 tahun, iya, karena itu pembiaran 30 tahun uruk-uruk, disewain, dijual," ujar dia.

"Bangunan bersejarah kami hancurkan enggak? Enggak kan. Yang kami selamatkan itu Kampung Pulo, yang dibongkar itu hasil reklamasi Sungai Ciliwung," tandas Ahok. (Bob/Ali)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya