Ketua PBNU: Santri Bukan Cuma yang di Pesantren

Hari Santri harus disambut dengan perubahan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 22 Okt 2015, 12:47 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2015, 12:47 WIB
20150806-Said Aqil Siraj Terpilih Kembali Jadi Ketua Umum PBNU-Jombang
Rois Am PBNU terpilih, KH Ma'ruf Amin (kiri), Ketua PBNU terpilih, KH Said Aqil Siradj (tengah) dan Ketua Panitia Daerah Muktamar NU ke-33 Saifullah Yusuf saat penutupan Muktamar NU di Jombang, Jawa Timur, Kamis (6/8/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyambut Kirab Resolusi Jihad NU serta menyambut Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober 2015. Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengaku tidak mempermasalahkan kehadiran mereka yang menolak adanya Hari Santri ini.

"Soal yang belum menerima (Hari Santri) ya wajar saja. Biarin saja. Lihat saja Pak Jokowi, Ibu Mega, bahkan Pak Hidayat Nurwahid juga mendukung," ujar Said Aqil di Tugu Proklamasi, Jakarta, Kamis (22/10/2015).

Dia menegaskan, definisi santri bukan hanya yang di pesantren, seperti yang dipersepsikan selama ini.

"Definisi santri bukan hanya yang di pesantren. Santri orang yang beriman kepada Allah, yang mempunyai akhlak yang kuat, bersikap mulia, itu santri," tegas Said.

Said juga mengingatkan makna jihad dewasa ini. Saat zaman merebut kemerdekaan, jihad dilakukan dengan melawan para penjajah, sedangkan sekarang adalah melakukan perubahan.

"Hari Santri kita sambut dengan semangat melakukan perubahan. Pasalnya, jihad sekarang bukanlah hanya jihad fisik, tapi bagaimana melakukan yang baik untuk NKRI," pungkas Said.

Presiden Jokowi dijadwalkan akan menghadiri deklarasi Hari Santri di Masjid Istiqlal, Jakarta. Pendeklarasian tersebut adalah bagian dari janji kampanye Jokowi dan Jusuf Kalla pada pemilihan presiden lalu.

Hari Santri ditetapkan untuk menghormati perjuangan kelompok santri yang tak lepas dari upaya meraih kemerdekaan Republik Indonesia. Perjuangan ketika itu tak hanya dengan mengangkat bambu runcing, tetapi juga melalui perjuangan tokoh-tokoh Islam seperti Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan, dan HOS Cokroaminoto.

Pendeklarasian ini didukung penuh ormas NU yang memiliki jaringan kuat di kalangan santri. Namun, ada pula yang melayangkan protes, di antaranya Muhammadiyah. Menurut Muhammadiyah, penetapan Hari Santri justru akan menciptakan sekat di antara bangsa Indonesia. (Mvi/Ndy)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya