Liputan6.com, Jakarta - Persepsi Selat Malaka sebagai perairan berbahaya dari tindak kejahatan, membuat Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL tergerak melakukan penindakan.
Terbaru, Koarmabar menangkap 2 perompak yang beraksi selat yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura.
Penindakan itu dilakukan karena Koarmabar sangat serius memerangi segala bentuk kejahatan di laut. Baik perompak maupun pembajakan yang terjadi di Selat Malaka.
"Hasilnya terbukti, kawasan Selat Malaka tidak seseram yang dipersepsikan. Tindakan tegas dan tuntas kita lakukan mampu memberi efek getar dan akhirnya menekan seminimal mungkin tindak kejahatan laut. Hasilnya, persepsi itu sudah tidak ada lagi," ujar Panglima Armada Republik Indonesia Kawasan Barat (Pangarmabar) Ahmad Taufiqurrohman, Jakarta, Jumat (23/10/2015).
Taufiq pun coba membandingkan Selat Malaka dengan perairan di Somalia, terutama ketika Taufiq diperintah presiden untuk membebaskan Kapal Sinar Kudus yang dibajak di Somalia.
"Waktu saya masuk (perairan Somalia) sana jelas sekali banyak kapal yang ditahan. Ada 28 kapal. 500 lebih orang disandera," ucap Taufiq.
Kondisi ini berbeda di Selat Malaka. Sejauh ini pihaknya tidak atau belum menemukan ada kapal yang dibajak dan awak kapal ditahan perompak. Yang sangat sering terjadi di Selat Malaka adalah para pencuri barang-barang, bukan pembajak kapal.
"Apakah di Selat Malaka seperti itu? Tidak. Ada kapal yang ditahan dan minta tebusan? Tidak. Jadi tidak seperti yang dibayangkan orang seperti di Somalia. Tidak ada grup penyerang yang membajak dan menyandera kapal. Hanya pencurian-pencurian kecil. Mereka naik ke atas kapal, mengambil barang, lalu turun lagi dari kapal," ujar dia.
"Jadi belum pernah terjadi di Selat Malaka ada grup penyerang pakai senjata api, membajaknya, menyandera, minta tebusan. Beda dengan di Somalia," pungkas Taufiq. (Ron/Mut)