Liputan6.com, Lumajang - Kebakaran hutan di Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang, Jawa Timur, hingga Minggu malam belum berhasil dipadamkan oleh tim gabungan.
"Hingga kini sejumlah titik api masih belum padam, namun petugas gabungan terus bergerak untuk memadamkan kebakaran di Gunung Semeru itu," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari yang turun langsung memantau pemadaman kebakaran hutan Semeru di Lumajang, Minggu (25/10/2015) malam.
Baca Juga
Menurut dia, sejumlah titik api meluas di 7 titik yang belum bisa dipadamkan tersebar di Blok Watu Rejeng, Landengan Dowo, Ranu Regula, dan Bantengan.
Advertisement
"Berbagai jenis vegetasi yang terbakar meliputi tanaman endemis di kawasan tersebut di antaranya akasia, dekuren, mentigi, tutup, anyer, dan kerinyu," tutur Ayu.
Bahkan habitat elang Jawa, macan tutul, dan lutung Jawa yang berada di kawasan gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut juga ikut terbakar.
"Di lokasi kebakaran hutan Semeru terdapat habitat Lutung Jawa, Elang Jawa, dan Macan Tutul, namun hingga kini petugas tidak menemukan bangkai satwa liar yang dilindungi itu. Kemungkinan sejumlah satwa itu sudah menyelamatkan diri," papar Ayu.
Sudah 5 Hari
Kebakaran di lereng gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl itu diprediksi semakin meluas karena tercatat kebakaran sudah berlangsung selama 5 hari sejak Selasa 20 Oktober hingga Minggu malam belum berhasil dipadamkan.
"Jumlah personel yang memadamkan api di Semeru juga bertambah dari 40 orang kini lebih dari 60 orang dari berbagai instansi dan sukarelawan, serta masyarakat peduli api (MPA) binaan TNBTS.
Ayu menjelaskan kawasan jalur pendakian Semeru sudah steril dari para pendaki karena seluruh pendaki sudah dievakuasi turun melalui jalur Ayek-Ayek, sehingga petugas kini fokus untuk memadamkan sejumlah titik api.
Sementara Komandan Rayon Militer Senduro, Kapten Infantri Abdul Muntholib, mengatakan petugas di lapangan kesulitan memadamkan api karena titik api berada pada kemiringan mencapai 70 derajat.
"Dengan kondisi medan yang cukup sulit, kami harus berhati-hati untuk memadamkan api, agar tidak menjadi korban dalam upaya pemadaman kobaran api Gunung Semeru," tutur Senduro.
Banyaknya tanaman yang mengering akibat musim kemarau, peralatan yang digunakan seadanya, embusan angin yang cukup kencang, dan medan yang sulit dijangkau menjadi kendala bagi tim untuk memadamkan sejumlah titik api yang masih menyala. (Ant/Ado/Bob)