Menag Lukman Temui Tokoh Agama Intensifkan Dialog di Aceh Singkil

Lukman berharap, semua pihak dapat mengambil hikmah dari kejadian pembakaran rumah ibadah di Aceh Singkil.

oleh Anri Syaiful diperbarui 27 Okt 2015, 08:51 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2015, 08:51 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
Sambutan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Pada Acara Silaturahmi Kerukunan Umat Beragama dengan Pemuka Agama Se Kabupaten Aceh Singkil (foto: Pusat Informasi dan Humas Kemenag)

Liputan6.com, Aceh Singkil - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Senin 26 Oktober 2015. Didampingi Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Bupati Aceh Singkil Syafriadi, Menag bertemu sejumlah  tokoh dari majelis-majelis agama untuk mendialogkan persoalan kerukunan antarumat beragama di daerah tersebut.

Lukman mengingatkan para pemuka agama, Indonesia adalah negara yang majemuk yang dirangkai dalam Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun beragam, tapi hakikatnya satu dan setajam apa pun perbedaan, masyarakat Indonesia diikat dengan persaudaraan.

Dia mengatakan, sejak dulu kultur masyarakat Indonesia, baik Aceh, Batak, Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Papua, Maluku, dan lainnya selalu ingin menghindari konflik.

"Kita adalah bangsa yang senantiasa berupaya menjaga dan memelihara harmoni," ujar Menag dalam keterangan tertulis dari Kementerian Agama, yang diterima pada Selasa (27/10/2015).

Karena itu, dia menyayangkan terjadinya pembakaran gereja di Aceh Singkil pada Selasa 13 Oktober 2015 oleh kelompok orang yang tak puas dengan kesepakatan pemerintah dan masyarakat terkait penertiban bangunan gereja tak berizin. Akibat pembakaran tersebut, ribuan warga mengungsi.

Lukman berharap, semua pihak dapat mengambil hikmah dari kejadian itu dan dapat mencari solusi bersama. Pemerintah pusat, akan mendukung upaya tersebut dengan mengedepankan dialog. Sebab, dialog dapat menjadi sarana untuk saling mengungkapkan keinginan dan jalan mencapai kesepakatan demi kepentingan bersama.

Dia juga mengingatkan semua pihak agar menghindari konflik. Sebab, konflik bukan saja berpotensi memecah belah bangsa Indonesia, daya rusaknya akan terasa hingga generasi mendatang.

"Kita semua tentu tidak ingin dicatat sejarah bahwa pada masa kita hidup telah terjadi konflik akibat gagal merawat keberagaman dan persaudaraan," tandas Lukman Hakim. (Mvi/Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya