Kemenristek Dikti Bentuk Konsorsium Tanggulangi Bencana Asap

Konsorsium ini akan melibatkan sejumlah kalangan, diantaranya ahli dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN), pakar hukum, dan kementerian terkait.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 05 Nov 2015, 17:35 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2015, 17:35 WIB
20151022-Bahas RKAKL 2016, Komisi VII Panggil Menristek Dikti-Jakarta
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir mengikuti rapat kerja (raker) dengan Komisi VII DPR RI, di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (22/10). Rapat itu membahas Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga (RKAKL) 2016. (Liputan6/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta- Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek Dikti) berencana membentuk sebuah konsorsium sebagai langkah menanggulangi masalah kebakaran lahan dan hutan.

Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi, M Nasir mengatakan konsorsium ini akan melibatkan sejumlah kalangan, diantaranya ahli dari perguruan tinggi negeri, pakar hukum, dan kementerian terkait lainnya.

"Mulai dari perguruan tinggi di daerah bencana sampai perguruan tinggi yang tidak berada di daerah bencana," kata Nasir saat memberikan keterangan persnya di kantor Badan Pengkajian Penerapan Teknologi, Jakarta, Kamis (5/11/2015).

Selama ini, sejumlah perguruan tinggi negeri kerap melakukan penelitian dan pendalaman terkait penyebab dan penanganan masalah kebakaran hutan. Tetapi, lantaran tidak ada wadah yang menaungi pencegahan dan penanganan kebakaran hutan yang dilakukan selama ini tidak berbuah signifikan.

Untuk itu, dengan dibentuknya sebuah konsorsium, lanjut Nasir, diharapkan dapat menjadi wadah bagi peneliti dan ahli dalam menangani masalah kebakaran hutan dan lahan.

Nantinya, dalam konsorsium itu pihaknya akan melakukan pembagian lingkup kinerja. Di mana, ada ahli-ahli khusus dari perguruan tinggi yang menangani masalah kebakaran hutan. Semisal bagaimana penanganan kesehatan bagi korban asap.

"Semua perguruan tinggi yang punya potensi kita kluster. Mana yang akan menangani masalah kesehatan, siapa yang akan menangani masalah gambutnya, dan bagaimana cara menyelesaikannya. Kalau sampai terjadi kebakaran, bagaimana cara meminimalisir kebakaran itu. Selama ini tidak terlihat dilakukan, mereka (perguruan tinggi) melakukan sendiri-sendiri," tutur Nasir.

Baca Juga

Kemudian, sambung Nasir, konsorsium ini juga akan memfokuskan pada penanganan dan pemulihan kesehatan masyarakat yang terkena dampak kabut asap.

"Lingkungannya juga harus kita perbaiki. Kemudian reboisasi yang kita lakukan agar di kemudian hari tahan terhadap kebakaran dan bisa menahan air dan nilai produksinya tinggi," tambah dia.

Nasir menargetkan, pembentukan konsorsium ini akan selesai pada Desember 2015 mendatang. Sehingga pada saat musim kemarau tahun depan sudah diambil langkah-langkah strategis untuk menanggulangi masalah kebakaran hutan dan lahan.

"Konsorsiumnya harus segera selesai pada Desember. Dan langkah-langkah pada Januari dan Febuari apa yang harus dilakukan (eksekusi). Harus mengantisipasi kebakaran pada tahun berikutnya. Kita harus waspada kebakaran lagi," pungkas Nasir. (Ron/Mut)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya