Tukang Kebun Bung Karno Kini Jadi Pemulung

Meski menyandang status veteran perang, mantan tukang kebun Bung Karno ini harus mengais sampah demi menghidupi keluarganya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 10 Nov 2015, 20:07 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2015, 20:07 WIB
Veteran Perang
Arsilan, veteran perang yang kini menjadi pemulung

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah-tengah kehadiran Wakil Presiden Jusuf Kalla dan pejabat lainnya dalam perayaan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, hari ini, Selasa (10/11/2015), terdapat satu sosok yang tidak dikenal orang.

Adalah Arsilan (92), seorang veteran perang kemerdekaan yang turut hadir di upacara tersebut. Pria yang pernah ikut pertempuran sekitar tahun 1940-an di wilayah Tangerang, Banten, ini bercerita tentang hidupnya.

Meski menyandang status veteran, Arsilan yang hadir mengenakan pakaian dinas upacara TNI AD berwarna hijau muda pucat itu bukan anggota pasukan khusus. Dia hanya laskar pejuang tanpa pangkat yang kini mengaku belum pernah mendapat uang kesejahteran.

"Saya berjuang lillahi ta'ala untuk kemerdekaan negara. Saya berjuang tidak minta gaji. Saya bukan orang kuli, kalau orang kuli minta gaji," kata Arsilan saat ditemui di TMP Kalibata.

Meski mengaku tak pernah digaji, Arsilan tetap membutuhkan uang. Namun, hingga kini pemerintah tidak pernah memberikan bantuan kepadanya. Dia pun harus mengais sampah demi menghidupi keluarganya.

"Sekarang saya pemulung, saya buta huruf juga. Tapi tidak pernah menerima (bantuan) dari negara. Enggak dapat pensiun," tutur dia.


Hidup dengan Bung Karno

Arsilan kemudian menceritakan kisah hidupnya saat bersama dengan Presiden RI Pertama, Sukarno. Dia mengaku, usai pertempuran di Banten, ia memperoleh pekerjaan dari Bung Karno sebagai tukang kebun. Di sanalah ia mendapat uang untuk hidupnya.

"Saya ditarik sebagai tukang kebunnya Bung Karno. Jadi saya dikasih uang pribadi oleh keluarga Sukarno," ujar dia.

Namun, setelah Bung Karno wafat, ia pun terakhir kali mendapat bantuan dari keluarga Sukarno pada 2003.

"Terakhir saya dikasih uang pertamanya Rp 5 juta. Terus ada yang patungan, seorangnya kasih Rp 350 ribu," kata dia.

Tinggal di Bawah Pohon

Tinggal di Bawah Pohon

Setelah tak lagi bekerja di keluarga Sukarno, kini pria yang sudah berusia 92 tahun itu harus hidup di bawah pohon di dekat Tugu Proklamasi.

"Iya saya tinggal di emper pohon di daerah sana (dekat Tugu Proklamasi)," ujar dia.

Dia pun berharap pemerintah bisa memberikan bantuan yang cukup, mengingat Indonesia kini berkembang dengan cepat.

"Yang penting sama-sama makmur atau tidak. Dia paceklik, kita juga paceklik," kata dia.

Namun, ada sebuah kejadian lucu usai memperingati Hari Pahlawan di Tugu Proklamasi. Arsilan mencegat Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu untuk foto bersama. Menhan pun berhenti dan memenuhi permintaan lelaki sepuh tersebut.

"Bapak, mohon izin berfoto sebentar," kata Arsilan kepada Ryamizard.

Meski demikian dia menegaskan bahwa dirinya benar-benar tidak mengetahui siapa orang yang dia cegat untuk foto bersama.

‎"Saya ini orang buta huruf, jadi saya tidak tahu orang tadi itu siapa. Saya tadi minta izin saja untuk berfoto sekadar buat kenang-kenangan di Taman Makam Pahlawan ini," ujar Arsilan. (Nil/Mut)**

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya