Konflik Laut China Selatan, Luhut Larang TNI Latihan di Natuna

Sengekat Laut China Selatan sangat berbahaya, sehingga TNI harus hindari kegiatan senjata di wilayah itu.

oleh Oscar Ferri diperbarui 12 Nov 2015, 16:22 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 16:22 WIB
Laut China Selatan
Cina melakukan reklamasi di pulau karang Fiery Cross di Laut Cina Selatan. (BBC)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar TNI tidak menggelar latihan di sekitar perairan Pulau Natuna. Hal itu terkait dengan memanasnya konflik Tiongkok dengan sejumlah negara di Laut China Selatan lantaran sikap Indonesia dalam konflik itu tidak memihak ke manapun.

"Sikap kita jelas, tidak berpihak ke mana-mana. Jangan gelar latihan di situ," kata Luhut di Ecovention Ecopark, Ancol, Jakarta Utara, Kamis (12/11/2015).

Luhut menegaskan, dari awal sikap Indonesia tidak berpihak ke negara manapun yang berkonflik di Laut China Selatan. Menurut dia, ketimbang harus angkat senjata, akan lebih baik konflik di sana diselesaikan dengan cara-cara diplomasi.

"Sengketa Laut China Selatan ini berbahaya, trapesium Pulau Natuna. Kita tidak menggelar kekuatan di sana. Dialog solusi yang bagus, ke depan langkah-langkah yang elok," kata Luhut.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Ade Supandi mengatakan, pihaknya mengirimkan 7 kapal KRI ke wilayah perairan Natuna guna menjalani patroli laut. Menurut Ade, pengerahan 7 kapal KRI tak terkait konflik Laut China Selatan.
‎

Ade menjelaskan, patroli itu merupakan operasi rutin yang dilakukan TNI. Patroli itu lebih kepada pengamanan perbatasan laut dan penegakan hukum dari tindak kejahatan di laut.

"Kita kan dalam 365 hari kegiatan patroli. Itu pengamanan perbatasan, ZTE. Dan juga kegiatan patroli yang berkenaan dengan keadilan di laut, baik di Laut Natuna, Sulawesi, maupun Samudera Hindia. Termasuk yang sudah tergelar berkaitan dengan kerjasama bersama tetangga, patroli koordinasi," kata Ade Supandi di Mabes Angkatan Laut, Cilangkap, Jakarta, Jumat 6 November 2015 kemarin.

Sebagai informasi, situasi di Laut China Selatan belakangan semakin panas. Ketegangan di Laut China Selatan memanas seiring kapal perang Amerika Serikat yang melakukan patroli di Laut China Selatan. Di satu sisi Tiongkok mamasukkan sebagian wilayah Natuna ke dalam peta wilayahnya.

Meski belum berpengaruh terhadap hubungan Jakarta-Beijing, namun sikap keras diperlihatkan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang menolak ajakan Menteri Pertahanan Tiongkok Chang Wanquan untuk menggelar latihan bersama di Laut China Selatan.

Gatot beralasan, semua negara harus menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas militer di kawasan perairan Natuna, meski itu hanya dalam skala latihan. (Nil/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya