Dinas Pariwisata NTB: Lombok Aman dari Erupsi Anak Rinjani

Wisatawan yang ingin ke Lombok diminta tidak usah mendengar informasi berlebihan terkait letusan Gunung Barujari.

oleh Hans Bahanan diperbarui 12 Nov 2015, 18:44 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2015, 18:44 WIB
Pantai Sengigi Pulau Lombok
Sejumlah wisatawan menikmati keindahan sunset di Pantai Sengigi, NTB (13/10/2015). Pulau Lombok terpilih sebagai pemenang dalam ajang internasional World’s Best Halal Travel Summit di Abu Dhabi, Uni Emirate Arab (UEA).(Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Mataram - Sejak Gunung Barujari yang merupakan anak Gunung Rinjani meletus dan menyemburkan abu vulkanik hingga menutupi langit Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), beberapa bandara yang wilayahnya dekat dengan gunung tersebut mengalami buka tutup.

Seperti Bandara Ngurah Rai di Bali, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, dan Bandara International Lombok (BIL). Bandara Lombok terpaksa ditutup selama 8 hari sejak 4 November karena abu vulkanik letusan Gunung Barujari berbahaya bagi penerbangan.

Akibat penutupan bandara tersebut, hotel dan destinasi wisata favorit di Pulau Lombok sepi dari pengunjung. Banyak tamu yang membatalkan kunjungannya akibat tidak adanya pesawat yang beroperasi.

Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Reza Bovier memperkirakan, tingkat hunian 27 hotel di kota Mataram menurun hingga 80 persen akibat penutupan bandara ini.

"Sekitar 5.000 orang membatalkan rencana menginap di seluruh hotel di Kota Mataram saja. Belum lagi ditambah di hotel lainnya di Pulau Lombok ini," ujar Reza di sela acara pembentukan crisis center di Dinas Pariwisata NTB, Kamis (12/11/2015).

Reza menambahkan, penurunan tingkat hunian dan kunjungan wisatawan ke Lombok ini ternyata tidak hanya disebabkan penutupan bandara saja. Namun beredar informasi yang mengatakan bahwa efek letusan Gunung Barujari sangat berbahaya bagi wisatawan.


Perajin menenun kain songket menggunakan peralatan tradisional di sentral kerajinan songket Patuh, Desa Sukarara, Lombok Tengah, Selasa (13/10). Desa Sukarara menjadi salah satu penghasil kain tenun khas suku Sasak, Lombok. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Padahal, sambung dia, efek letusan Barujari tidak berbahaya bagi wisatawan sebab jauh dari lokasi. Bahkan warga yang berada di lereng letusan Barujari masih bertahan dan enggan meninggalkan tempatnya karena letusan tersebut sudah dianggap biasa dan sering terjadi.

"Informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa Lombok tidak aman bagi wisatawan akibat erupsi Barujari ini juga menjadi penyebab turunnya tingkat hunian dan kunjungan wisatawan. Padahal kenyataannya biasa-biasa saja," kata dia.

Para pelaku wisata seperti Asosiasi Pariwisata (Asita) NTB mengakui, informasi dari media sosial yang digembar-gemborkan seperti gambar letusan dan aliran lava tersebut sangat berpengaruh terhadap turunnya angka kunjungan wisatawan.

"Ini akibat banyak informasi dari media sosial yang berlebihan seperti gambar letusan Gunung Barujari yang keluar lahar dan dikhawatirkan merembet ke mana-mana. Padahal sebenarnya tidak begitu, Gunung Barujari jauh dari kawasan wisata," ujar Sellywati, anggota Asita NTB.

Untuk meluruskan informasi miring tersebut, Selly mengaku telah menginformasikan kepada seluruh Asita dan travel agent yang ada di Indonesia untuk tidak takut datang ke Lombok karena Lombok sangat aman bagi wisatawan.

"Kami sudah menginformasikan melalui email ke semua travel agent di luar daerah bahwa erupsi Barujari masih aman bagi wisatawan," tutur Selly.

Kepala dinas pariwisata NTB Lalu Faozal mengimbau, wisatawan baik lokal maupun asing agar tidak terpengaruh dengan informasi berlebihan yang beredar tentang dampak letusan Barujari sehingga menimbulkan rasa takut jika datang ke Lombok.

"Kami minta wisatawan atau siapa pun yang ingin ke Lombok tidak usah mendengar informasi yang berlebihan. Lombok aman dan sangat aman bagi wisatawan," kata Faozal. (Mvi/Mut)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya