Ketua DPR Setya Novanto Curhat ke Beberapa Pimpinan Media

Ia membantah mencatut nama Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Bos PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin.

oleh Sugeng Triono diperbarui 23 Nov 2015, 22:22 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2015, 22:22 WIB
Jelang Dilantik, Jokowi Rapat Dengan Ketua MPR, DPR dan DPD
Presiden Joko Widodo dan Setya Novanto (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR RI Setya Novanto mendatangi Wisma Nusantara untuk menghadiri diskusi dengan forum pemimpin redaksi (pemred). Ia pun mengakui kunjungannya kali ini untuk menjelaskan kepada para pemimpin redaksi media massa terkait masalah yang membelitnya.

Di hadapan pemimpin redaksi tersebut, Setya Novanto yang didampingi politisi Partai Golkar Nurul Arifin juga membantah telah mencatut nama Presiden Joko Widodo saat bertemu dengan Bos PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin.

"Saya sampaikan 2 hal. Saya tidak pernah mencatut nama Presiden. Kedua, saya nggak pernah minta saham. Saham sekarang itu susah. Saya tahu persis," ujar Setya Novanto usai bertemu dengan para pimpinan redaksi, Senin (23/11/2015).

Terkait namanya yang sudah dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), mantan Bendahara Umum Partai Golkar ini menyebutnya hal tersebut merupakan perlakuan yang tidak adil.

"Saya merasa tidak bersalah, saya merasa dizalimi, saya merasa diperlakukan tidak adil, tahu-tahu sudah ada penyadapan. Saya juga heran apa yang jadi salah saya," kata dia.


Berikut transkrip pembicaraan tersebut:

Sn: Waktu Pak Luhut di Solo...Pak Luhut lagi disibukkan habis Jumat itu. Kalau bisa tuntas, minggu depan sudah bisa diharapkan. Itu yang sekarang sudah bekerja.

Ms: Coba ditinjau lagi fisibilities-nya pak. Kalau nggak salah Freeport itu off-taker.

R: Saran saya jangan off-taker dulu, kalau off-taker itu akan.....

Ms: Keterkaitan off taker itu darimana pak?

R:..... (suara tidak jelas)

Ms: Bapak juga nanti baru bisa bangun setelah kita kasih purchasing garanty lho Pak. Purcashing garanty-nya dari kita lho pak.

R: PLTA-nya

Ms: Artinya patungan? Artinya investasi patungan ? 49-51 persen. Investasi patungan, off taker kita juga? Double dong pak? modalnya dari kita, off takernya dari kita juga.

R: Kalau off taker itu.....

Oke deh Kalau Freeport ngga usah ikut

Ms: Ini yang Pak R pernah sampaikan ke Dharmawangsa itu?

R:....(tidak jelas)

Ms: Oh kalau komitmen, Freeport selalu komitmen. Untuk smelter, Desember kita akan taruh 700 ribu dollar. Tanpa kepastian lho pak. Karena kalau kita ngga tahu, kita ngga komit. Sorry 700 juta dollar.

Sn: Presiden Jokowi itu dia sudah setuju di sana di Gresik tapi pada pada ujung-ujungnya di Papua. Waktu saya ngadep itu, saya langsung tahu ceritanya ini waktu rapat itu terjadi sama Darmo...Presiden itu ada yang mohon maaf ya, ada yang dipikirkan ke depan, ada tiga....(kurang jelas)

Tapi kalau itu pengalaman-pengalaman kita, pengalaman-pengalaman presiden itu, rata-rata 99 persen gol semua.

Ada keputusan-keputusan lain yang digarap, bermain kita

Makanya itu, Reza tahu Darmo, dimainkan habis-habisan, selain belok.

Ms: Delobies...

Repot kalau meleset komitmen...30 persen. 9,36 yang pegang BUMN.

Sn: Kalau ngga salah, Pak Luhut itu bicara dengan Jimbob. Pak Luhut itu sudah ada yang mau diomong.

 

 

Ini transkrip yang diduga obrolan Setya Novanto catut nama Jokowi soal Freeport. (Liputan6.com/Taufiqurrahman)

 

Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Sudirman Said pada Senin 16 November 2015, melaporkan Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Laporan itu terkait dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK), yang diduga untuk membahas perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.

Namun politikus Partai Golkar yang akrab disapa Setnov ini membantah tudingan miring tersebut. Menurut dia, sebagai pimpinan DPR dirinya sangat menjaga etika. Dia juga mengaku tidak pernah bertemu Sudirman Said. (Gen/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya