Gantung Diri di Gunungkidul, Mitos Pulung Gantung Masih Bertahan

Mayoritas warga Gunungkidul bunuh diri dengan gantung diri. Pulung gantung penyebabnya?

oleh Yanuar H diperbarui 07 Des 2015, 20:50 WIB
Diterbitkan 07 Des 2015, 20:50 WIB
Gantung Diri
(Foto: Digital Journal)

Liputan6.com, Yogyakarta - Warga Gunungkidul, Yogyakarta, akrab dengan mitos pulung gantung. Bagi yang percaya dengan mitos ini, jatuhnya pulung gantung bisa memicu tindakan bunuh diri. Angka bunuh diri di kabupaten yang daerah geografisnya berupa pegunungan ini memang tinggi.

Cerita yang berkembang di masyarakat menyebutkan, pulung gantung berwujud sebuah cahaya misterius berwarna merah dari atas langit dan jatuh ke sebuah rumah. Dari rumah yang kejatuhan pulung gantung itu, dipercaya akan ada salah satu penghuninya yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Dari penelusuran Liputan6.com, mitos itu masih dipercaya sebagian masyarakat Gunungkidul. Dukuh Kayubimo, Desa Kemadang, Tanjungsari, Sutino menyatakan, pulung gantung pernah mengenai rumah salah satu anak buahnya.

"Saya pernah diberitahu warga, dan kebetulan dia meninggalnya juga bunuh diri," kata dia di Gunungkidul, Sabtu, 5 Desember 2015 lalu.


Beberapa bulan lalu, kata dia, sebagian warganya ketakutan dengan seringnya penampakan bola api di sekitar langit dusunnya. Akibatnya, suasana di dusunnya mencekam. Warga lalu menggelar ronda dan memukul kentongan untuk mengusir sesuatu yang diangggap sebagai pulung gantung itu.

Kebetulan, ada warganya meninggal bunuh diri pada 23 Oktober lalu yang ditengarai karena pulung gantung. Ia pun bersama warganya menggelar doa bersama selama 40 hari setelah ada yang meninggal karena bunuh diri itu.

Tidak hanya itu, warga juga melakukan ruwatan dengan menggelar pertunjukan wayang pada siang hari. Pagelaran wayang siang hari ini dilakukan pada pertengahan bulan November lalu.

"Dalang yang dipilih pun harus dalang yang memang pilihan dan biasa melaksanakan ruwatan. Dalangnya Ki Simun dari Ngleri, Kecamatan Playen. Setelah itu warga akhirnya tenang, saat ini sebagian besar warga sudah tidak takut," ucap Sutino.

Sutino menambahkan, jika menemukan kasus dugaan adanya pulung gantung maka warga akan segera menggali tanah tepat di bawah jenazah yang meninggal. Jika memang karena pulung gantung, akan ditemukan tiga bongkahan bola tanah yang masih basah.

"Kalau bola tanah tersebut tidak segera diambil, dipercaya akan menular ke warga lainnya," ujar Sutino.

Mayoritas Gantung Diri

Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto mengatakan, sebagian besar masyarakat Gunungkidul memang masih percaya dengan pulung gantung. Warga percaya jika pulung gantung benar adanya.

Bahkan jika ditemukan warga yang meninggal dengan cara bunuh diri saat itu mengarah ke timur, warga percaya selanjutnya akan terjadi di sebelah timur dari lokasi tersebut. "Fenomena ini sudah dipercaya masyarakat Gunungkidul turun temurun," kata Supriyanto.

Supriyanto menambahkan, jika fenomena bunuh diri di Gunungkidul tidak hanya karena faktor ekonomi. Tapi karena kepercayaan warga dengan pulung gantung. Kepercayaan ini memang tidak bisa dijelaskan secara agama maupun ilmu pengetahuan.

Karena kepercayaan inilah warga menggelar tolak bala dengan menggelar wayang di siang hari. "Pernah di daerah saya ada penyakit dan beberapa orang meninggal dunia, dan warga sepakat untuk melakukan ruwatan. Kebetulan setelah itu tidak ada yang sakit," ucap dia.

Dari data Kepolisian Resort Gunungkidul, dalam tiga tahun terakhir angka kasus bunuh diri naik turun. Tahun 2012 tercatat ada 40 orang meninggal dunia karena bunuh diri. Pada 2013 terdapat 29 kasus bunuh diri, dan pada 2014 ada 19 orang bunuh diri.

Sementara pada 2015 hingga November ini, sudah ada 27 orang bunuh diri. Mayoritas warga yang bunuh diri memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya