Liputan6.com, Yogyakarta - Nama Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo memang tidak sepopuler Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini, apalagi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Namun, prestasi bupati yang berlatar belakang sebagai dokter ini patut ditiru. Demi mengangkat kesejahteraan warganya, ia memelopori gerakan Bela dan Beli Produk Kulon Progo sejak 2012 lalu.
Gerakan itu bertujuan untuk menguasai pasar lokal dengan produk-produk lokal yang ada di Kabupaten Kulon Progo dan memproduksi kebutuhan Kulon Progo dengan potensi lokal pula.
Baca Juga
Ide gerakan tercetus saat ia mempelajari tingkat kemiskinan warga Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tingkat kemiskinan di wilayah itu mencapai 24,6% pada 2011.
Meski miskin, warga nyatanya harus membeli air dari luar daerah. Padahal, Hasto beranggapan air merupakan kebutuhan esensial yang semestinya bisa diproduksi sendiri.
Di bawah gerakan yang diluncurkannya, ia memerintahkan PDAM setempat untuk menyalurkan air sekaligus memproduksi air kemasan sendiri. Kapasitas awal produksi air kemasan yang berlabel Airku itu hanya 200 ribu kemasan per bulan. Kini, jumlah produksinya mencapai 1 juta per bulan.
"Ironi sekali lho. Masa mau minum saja beli dari asing? Malu sekali, sudah miskin minum air putih dikasihkan sama orang asing. Uang kita kasihkan ke orang asing. Saya sedih banget. Kenapa tidak bisa bikin sendiri," ucap Hasto.
Gerakan kemandirian itu tidak berhenti sampai di produksi air. Ia memperluas jangkauan dengan menyasar batik. Selama ini, pembatik di Kulon Progo yang berjumlah 80 ribu mengandalkan batik yang dipasok dari luar daerah.
Hasto kemudian menggelar lomba batik tingkat nasional untuk mendapatkan batik khas Kulon Progo. Hasilnya didapat motif batik Gebleg Renteng yang terpilih sebagai batik khas daerah itu.
Motif itu berhasil menarik pesanan bagi pembatik setempat. Jumlah order yang sebelumnya hanya sekitar 2 ribu yar per bulan, sekarang mencapai 40 ribu yar atau sekitar 36.576 meter per bulan.
"Sekarang ada pembatik yang bangun showroom-nya Rp 1,5 miliar. Mereka sekarang terangkat ekonominya," ujar Hasto.
Masih dalam rentetan Bela dan Beli Produk Kulonprogo, ia juga mengembangkan usaha genteng dan batu bata lokal. Hasto mewajibkan setiap pemborong bangunan di Kulon Progo harus mengambil material dari Kulon Progo.
Akhirnya, seluruh batu bata dan genteng yang awalnya diambil dari Sleman dan Kebumen mulai dipenuhi oleh warga Kulon Progo sendiri. Hasto mengklain upayanya itu bisa menurunkan angka kemiskinan di daerahnya hingga 4%.
"Kalau tobong (pabrik) batu bata ada di Selo. Jadi, sekarang kalau saya bilang bela Kulon Progo, masyarakat jawabnya beli Kulo Progo," ujar dia bangga.
Advertisement
Swasembada Pangan
Swasembada Pangan
Sebagai negara agraris, Indonesia justru mengimpor beras dari negeri tetangga. Sebuah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ingin mengembalikan swasembada pangan.
Kabupaten itu adalah Kulon Progo. Sudah 2 tahun ini, pemerintah kabupaten tersebut melakukan swasembada pangan.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan program ini tercetus dari banyaknya keluhan masyarakat tentang kualitas beras untuk rumah tangga miskin (raskin).
"Raskin menyakitkan ya karena beras banyak impor. Karena first out-nya, maka beras apek. Lama di gudang. Kenapa ya panen beras sendiri cukup kok. Kita MoU dengan Bulog agar stok beras dapat kita penuhi sendiri tanpa ambil beras dari impor itu. Sudah tahun kedua ini," ujar Hasto.
Menurut dia, kebutuhan raskin di Kulon Progo mencapai 7 ribu ton. Sementara hasil panen di Kulon Progo mencapai 125 ribu ton. Jumlah yang sangat berlebih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga miskin di Kulon Progo.
Namun, kebutuhan itu, tidak semerta-merta terpenuhi seluruhnya. Sebab, pemkab pun tergantung kepada gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kulon Progo.
Contohnya, pada tahun kedua ini, Gapoktan Kulon Progo baru bisa memenuhi 4 ribu ton raskin.
"Tahun ini sudah capai 4 ribu ton. Tahun mendatang saya target sudah 7 ribu ton. Setelah ini saya juga akan minta kepada Bulog agar raskin di Kota Yogyakarta dan Gunungkidul dapat disuplai dari kita," tukas Hasto.
Advertisement