Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

6 Kasus Pembunuhan Sadis Sepanjang 2015

Dengan beragam latar belakang dan alasan, seseorang tega mengakhiri hidup orang lain. Bahkan, tak sedikit diilakukan dengan cara sadis.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 26 Des 2015, 09:04 WIB
Diterbitkan 26 Des 2015, 09:04 WIB
Ilustrasi Pembunuhan 2
Ilustrasi Pembunuhan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2015 diwarnai beragam peristiwa. Dari yang mengundang tawa bahagia hingga yang menguras air mata duka, semua muncul bergantian sepanjang tahun ini. 

Salah satu peristiwa yang juga mewarnai hiruk pikuk tahun 2015 adalah sejumlah pembunuhan yang terjadi di sejumlah daerah. 

Dengan beragam latar belakang dan alasan, seseorang tega mengakhiri hidup orang lain. Bahkan, tak sedikit pembunuhan dilakukan dengan cara sadis dan di luar batas nalar manusia.  

Berikut sejumlah pembunuhan sadis yang yang dirangkum Liputan6.com sepanjang 2015:  

1. Ibu Hamil dan 2 Anaknya Meregang Nyawa di Bintuni

 

Ilustrasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

25 Agustus 2015 menjadi hari petaka bagi Ferly Dian Sari. Bersama 2 anaknya, Kalistas Putri Natali (7 tahun) dan Andika Wirata (3 tahun), perempuan yang tengah hamil 4 bulan itu ditemukan meregang nyawa di rumahnya, di Distrik Sibena, Bintuni.

Ketiganya ditemukan tewas pada  27 Agustus atau 2 hari setelah peristiwa pembunuhan. Ferly dan 2 anaknya menderita luka bacokan benda tajam.

Ferly diduga sempat diperkosa. Jasad ketiganya diketahui setelah salah satu keluarga korban hendak menyalakan lampu di rumah korban, karena rumah terlihat gelap.

Kodam XVII/Cenderawasih mengklaim menahan Prada SJ, anggota Yonif 752/Vira Yuda Sakti, Sorong. Prada SJ diduga sebagai pelaku pembunuhan sadis ini.     

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian mengatakan, Prada SJ dilimpahkan ke Pomdam Cenderawasih di Jayapura untuk penyelidikan lanjutan.

2. Petaka Tambang Pasir Salim kancil

Pembunuhan Salim Kancil, warga ucapkan belasungkawa | Via: kaskus.co.id

Salim atau Salim Kancil. Warga Dusun Krajan 1 Rt 26 RW 10 Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian, Lumajang ini harus meregang nyawa secara tragis akibat dikeroyok sekelompok orang yang diduga pro-tambang.

Anggota Tim Investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya Fatkhul Khoir menyatakan, kematian Salim sangat tidak wajar. Diduga, Salim Kancil tewas setelah digergaji lehernya dan dianiaya 40 orang.

"Setelah mengeroyok Tosan, gerombolan ini menuju rumah Salim Kancil. Setiba di rumah, Salim Kancil langsung diseret dan diikat dengan seutas tali yang sudah disiapkan oleh gerombolan yang terdiri sekitar 40 orang itu," kata Fatkhul, Surabaya, Senin 28 September.

Selanjutnya, kata Fatkhul, Salim diduga diseret menuju Balai Desa Selok Awar-awar. Di balai desa, gerombolan ini diduga telah menyiapkan alat setrum untuk menyiksa Salim. Bahkan, seorang di antara mereka diduga menggorok leher Salim dengan sebilah gergaji.

Namun ajaibnya, hampir semua siksaan dengan benda tajam yang ditujukan ke tubuh Salim seolah tidak mempan.

"Melihat kenyataan Salim tidak bisa dilukai dengan benda tajam, dan keadaan balai desa yang masih ramai, gerombolan tersebut kemudian membawa Salim yang masih dalam keadaan terikat melewati jalan kampung menuju arah makam yang lebih sepi," beber dia.

Di tempat tersebut, pria kelahiran 22 April 1969 diduga dianiaya lagi. Kali ini gerombolan diduga menghantam kepala Salim dengan batu dan memukulinya hingga tewas.

Peristiwa ini bermula dari sikap para petani yang bergabung dalam Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar-awar menolak penambangan di Pantai Watu Pecak.

Petani kesal karena sebagian lahannya dijadikan jalan perlintasan truk pengangkut pasir. Mereka mengajukan pemberitahuan untuk menggelar unjuk rasa menolak penambangan. Namun unjuk rasa belum digelar, 2 petani yakni Salim dan Tosan menghilang.

Salim Kancil kemudian ditemukan di tepi jalan dalam kondisi tak bernyawa dengan banyak luka pada 26 September.

3. Wajah Dingin Heri Akhiri Hidup Ibu-Anak di Cakung

Tersangka pembunuhan ibu dan anak, Dayu Pri Ambarita dan Yuel Imanuel mengikuti rekonstruksi pembunuhan di Perumahan Aneka Elok, Cakung, Jakarta, Selasa (27/10). Mengenakan baju tahanan, Heri datang dengan pengawalan ketat. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Jasad Dayu dan anaknya, Yuel ditemukan dalam kondisi mengenaskan di rumahnya di Komplek Perumahan Aneka Elok, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, sekitar pukul 17.30 WIB, Kamis 8 Oktober.

Dayu mengalami luka di leher kiri, dagu sebelah kanan, punggung kiri, dada kanan, dan bawah ketiak kanan. Yuel, mengalami luka terbuka di leher.

Keduanya ditemukan Heno Pujo Leksono, yang tak lain adalah suami Dayu saat pulang kerja. Heno sempat curiga saat memasuki rumahnya, karena menemukan pintu pagar rumahnya tidak terkunci. Istri dan sang buah hati biasanya menyambut di teras rumah saat dia pulang kerja.

Polisi akhirnya menetapkan Heri Kurniawan sebagai pelaku pembunuhan sadis ini. Heri melakukan aksinya setelah 2 Hari lamanya ia memantau rumah korban.

Mantan warga binaan Lembaga Permsyarakatan (LP) Cipinang ini dilaporkan melipir ke dapur, mencari pisau, manakala niat jahatnya itu terbongkar pemilik rumah itu.

Heri dan Dayu bertabrakan mata, ibu dari Yoel itu langsung menyadari pria asing telah memasuki rumahnya tanpa izin. Dayu spontan berteriak meminta pertolongan warga sambil berlari ke arah kamar. Dia berusaha mengamankan diri bersama anaknya dengan mengunci di dalam kamar.

Nahas, langkah kaki Dayu dihentikan keberingasan Heri. Pria 39 tahun itu langsung menghunuskan pisau dan langsung menikam leher Dayu hingga terkulai lemas. Dengan sisa tenaga, Dayu mencoba melawan Heri untuk melindungi buah hatinya, Yoel, yang saat itu berada di kamar.

Biadab! Heri juga menebas leher Yoel yang menyadari pria itu telah menyakiti ibunya. Sebelum tewas, bocah 5 tahun itu sempat menyelamatkan ibunya. Dengan tubuh kecilnya, Yoel berlari ke arah Heri sambil berteriak, memohon agar Heri menghentikan perbuatan sadisnya dengan berurai air mata.

Yoel pun berteriak meminta pertolongan tetangga, sambil berusaha menarik tangan Heri yang memegang pisau dengan sekuat tenaga.

Satu hentakan saja, pelukan Yoel di tangan Heri terlepas. Namun bocah nahas itu masih memegangi kaki Heri dan berharap ada pengampunan dari pria berwajah dingin itu.

4. Nyawa Siswi SMP Benhil Meregang di Tangan Paman

 
Rizal saat rekontruksi pembunuhan siswi SMP Benhil (Achmad Sudarno/Liputan6.com)

Tak ada prasangka buruk di benak AAP (12 tahun), siswa SMP di Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta, ketika sang paman, Rizal alias Anwar, menerima ajakannya berjalan-jalan.

Kamis 22 Oktober 2015 pukul 14.30 WIB, AAP meminta Rizal membawanya jalan-jalan. Ia pun mendatangi area parkir Rusun Karet Tengsin, tempat sang paman tinggal.

AAP lantas duduk di jok belakang motor Rizal dengan seragam SMP yang masih melekat di tubuhnya, mengikuti ke mana Rizal menbawa dirinya. Yang terpikir hanyalah ia akan diajak jalan-jalan dengan saudara laki-laki ibunya ini.

Setelah 5 jam menempuh perjalanan panjang dari Bendungan Hilir Jakarta Selatan, sampailah keponakan dan paman itu di Area Perhutani Jasinga Bogor pukul 20.00 WIB.

Siswi SMP itu lalu diajak Rizal masuk ke dalam area hutan yang gelap dan sepi. Tak ada lampu penerang jalan di sana, bahkan sinar bulan tak mampu menembus rimbunnya daun pepohonan yang menjulang tinggi.

Rizal yang sudah berniat buruk terhadap korban pun menghentikan laju kendaraannya di pinggir jalan yang beralaskan tanah, tanpa mematikan mesin motor agar lampu kendaraan menerangi jalan sekitar. Rizal pun langsung memaksa korban untuk mau melayani dirinya.

Korban diancam mau ditinggalkan di tengah hutan kalau tidak nurut.

Dirundung rasa takut perbuatannya ketahuan keluarga AAP, Rizal pun gelap mata mengambil sebongkah batu kali yang  berserakan di lokasi tersebut. Ia lalu menghampiri AAP dari sisi belakang lalu menghantam batu itu ke kepala bagian belakang. Saat itu AAP tengah mengancingi baju seragamnya pasca-ditelanjangi tersangka.

Panik karena korban masih sadar, Rizal pun memukul kepala bagian atas korban dengan batu tersebut hingga pingsan. Untuk memastikan korban sudah tak bernyawa, Rizal menghantam wajah korban dengan batu hingga akhirnya nyawa AAP melayang.

Rizal lalu menyeret tubuh bocah SMP itu ke dalam semak-semak yang berjarak 5 meter dari lokasi pembunuhan. Rizal pun melepas kemeja seragam AAP dan membakar seragam tersebut untuk hilangkan jejak.

5. Mayat dalam Kardus Bikin Gempar

Polda Metro Jaya menangkap AD, tersangka pembunuhan bocah PNF di Kalideres, Jakarta Barat yang dibuang di dalam kardus, Jakarta, Sabtu (10/10/2015).  (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sesosok jasad ditemukan terbujur kaku dengan posisi badan tertekuk di dalam sebuah kardus di gang pinggir Jalan Sahabat Kampung Belakang, Kamal, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat 2 Oktober malam.

Jasad itu akhirnya diketahui bernama F, sosok bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat ditemukan sekelompok pemuda yang tengah melintas, kondisi jasad F sangat mengenaskan. Mulut dilakban, tangan dan kakinya juga dililit lakban.

Polisi resmi menetapkan A sebagai tersangka. Dari pengakuan tersangka, korban dibunuh usai pulang sekolah dan melintas di depan warung tersangka pada Jumat 2 Oktober 2015. Tersangka A memanggil korban masuk.

Di dalam warung, A membekap mulut korban dengan kaos kaki dan diikat kabel charger handphone. Kemudian tersangka membuka paksa pakaian korban. Tersangka kemudian melakukan perbuatan cabulnya hingga membuat alat vital korban berdarah.

Tersangka kemudian menjerat leher korban menggunakan kabel listrik hingga meninggal. Kemudian kaki korban dilakban dan mayatnnya dibungkus kardus beserta jilbab warna putih.

6. Sakit Hati Berujung Hilangnya Nyawa Rian XL

 

Asisten Presdir XL Hairyantira atau Ryan yang menjadi korban pembunuhan. (www.twitter.com)

Misteri hilangnya Asisten Presiden Direktur PT XL Axiata Hayriantira (37) alias Ryan selama 8 bulan, akhirnya terungkap. Ryan tewas di tangan kekasihnya sendiri Andy Wahyudi.

Kepada polisi pria itu mengaku menghabisi nyawa Ryan, dengan cara membekap mulut dan hidung korban lalu menenggelamkan ke dalam bak mandi berisi air panas di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat pada 30 Oktober 2014.

Pengakuan Andy sesuai keterangan Kapolres Garut AKBP Arif Rahman yang mengatakan, jasad perempuan ditemukan mengambang di bak mandi berisikan air panas di Hotel Cipaganti pada 31 Oktober 2014. Posisi jasad tersebut telungkup dan tidak berbusana.

Sebelumnya, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti mengatakan, tersangka Andy mengakui perbuatannya berkat kesabaran orangtua Ryan.

Rukmila rajin mengunjungi Andy di Rutan Mapolda Metro Jaya dan menanyakan keberadaan Ryan secara baik-baik. Pendekatan Rukmila itulah yang menjadi awal terkuaknya peristiwa pembunuhan Ryan.

Kepada polisi Andy mengaku menghabisi nyawa Ryan dengan cara membekap mulut dan hidung korban lalu menenggelamkannya ke dalam bak mandi di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat, pada 30 Oktober 2014.

Andy mengaku membunuh Ryan karena sakit hati. Kata-kata Ryan, membuat tersangka tega menghabisi nyawa teman spesialnya 2 tahun belakangan ini.

"Kamu homo ya?" kata Andy menirukan kata-kata Hayriantira.

Menurut dia, makian kasar serta kalimat cemoohan terus dilontarkan Ryan saat dia enggan berhubungan intim. Pada akhirnya, dia membekap wajah Ryan dengan bantal sampai wanita itu tidak bernyawa.

Alasan ini berbeda dari keterangannya beberapa hari lalu. Saat pertama kali ditanya mengenai alasannya membunuh Ryan, dia mengaku kesal karena korban mencemooh tentang ukuran alat vitalnya.

Makam Ryan dibongkar sebagai jasad yang tak dikenal, lantaran kondisi jenazah sulit dikenali. Dia dimakamkan di lahan RSUD Dokter Slamet Garut, tepatnya di Kampung Cibunar, Kecamatan Tarogong Kidul.

Kondisi makam Ryan sudah tak terurus, bahkan tak ada batu nisan sebagai penanda.
Pembongkaran makan juga untuk keperluan pengambilan sampel DNA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya