Ceritakan Derita Allya, Ayah Korban Chiropractic Teteskan Airmata

Genggaman erat sang bungsu kepada orangtuanya seakan menggambarkan rasa sakit yang tengah dirasakan Allya.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 08 Jan 2016, 17:13 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2016, 17:13 WIB
20160107- Klinik Chiropractic First-Jakarta-Helmi Afandi
Suasana di depan Klinik Chiropractic First, Pondok Indah, Jakarta, Kamis(7/1/2016). Klinik tersebut tutup setelah ada laporan dari keluarga korban tentang malapraktik yang dilakukan Klinik Chiropractic First (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Meski Allya Siska Nadya sudah meninggal sejak 7 Agustus 2015 lalu, kesedihan masih meliputi keluarga korban, terutama sang ayah, Alfian Helmi Hasyim. Helmi mengaku hingga saat ini dirinya masih diselimuti rasa emosi.

Allya merupakan korban dugaan malapraktik di klinik Chiropractic First, Pondok Indah Mall 1, Jakarta Selatan. Ia melakukan pengobatan sehari sebelum menghembuskan nafas terakhir.

"Saya minta maaf sebelumnya kalau saya sampai saat ini masih emosi. Maaf kalau saya emosi membuat saya menitikkan airmata. Murni karena saya sangat sedih," ujar Helmi di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (8/1/2016).

Dalam keterangannya, Helmi menceritakan detik-detik sebelum anak bungsunya meninggal dunia. Ia menceritakan kronologi kematian anaknya dengan wajah muram dan nafas tersengal-sengal.

"Saya melihat sendiri Allya sampai di UGD RSPI sampai dia berpulang. Saya melihat bagaimana dia merasakan sakit luar biasa pada seputar leher, lengan, dan di belakangnya. Dia berteriak mengatakan sakit, sakit, sakit," kenang Helmi.


Jelang meninggal, kedua orangtua terus mendampingi. Genggaman erat sang bungsu kepada orangtuanya seakan menggambarkan rasa sakit yang tengah dirasakan Allya.

"Kemudian dia mengambil tangan mamanya, mengambil tangan saya, lalu memegang erat-erat yang menandakan sakit luar biasa. Kondisi itu kemudian menurun sampai pukul 05.45 WIB saya sudah melihat di monitor detak jantungnya sudah mendatar," kata Helmi.

Saat itu Helmi meyakini anaknya sudah meninggal. Namun pihak dokter RS Pondok Indah masih melakukan upaya dengan alat pengejut jantung.

"Dokter minta izin pompa jantung. Itu dilakukan 30 menit. Sehingga pukul 06.15 WIB dinyatakan meninggal dunia. Kenapa saya begitu bersedih karena ini adalah anak bungsu saya yang memberikan semangat dan warna di dalam kami sekeluarga," pungkas Helmi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya