Liputan6.com, Jakarta - Beberapa fakta menarik muncul saat Gubernur DKI Jakarta melakukan 'cuci gudang' pejabat DKI Jakarta. Salah satu yang kontroversial adalah jabatan lurah termuda di Jakarta yang diisi Debby Novianti Andriani.
Tercatat, Debby mengisi posisi Lurah Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada usia 27 tahun.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku memiliki pertimbangan sehingga memilih anak muda untuk mulai mengisi posisi strategis di DKI Jakarta. Jiwa muda mereka diharapkan bisa menggenjot kinerja para PNS yang selama ini dinilai lamban.
"Kebetulan tes-tes yang muda yang mau, ya sudah kita berikan kasih kesempatan," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin (11/1/2016).
Baca Juga
Mantan Bupati Belitung Timur itu memang sejak lama bertekad memberi beberapa jabatan kepada anak muda. Hanya saja aturan golongan membuat rencana ini terhambat. Sehingga cara yang digunakan adalah menjadikan lurah sebagai estate manager yang bertanggung jawab penuh atas wilayah mereka.
Para suku dinas (sudin) dan dinas sifatnya seperti kontraktor yang siap bergerak bila ada permintaan dari lurah -- di samping tugas utama mereka di masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
"Memang kalau bukan karena ada golongan, saya pikir sudah banyak orang (golongan) IVB, IVC saya buang. Sekarang banyak ketemu bagus eh golongan IIID atau IVA. Kalau mau jadi kadis itu minimal IVB, enggak bisa. Makanya caranya, sabar nunggu, begitu ada pangkat golongan muda naik, saya stafin yang males. Mesti gitu caranya," tutur Ahok.
Kemana Gaji?
Ayah 3 anak itu juga menaruh curiga kepada para pejabat yang sudah terbilang lama mengisi jabatan tersebut. Menurut sang gubernur, mereka bukan lagi mencari gaji tapi penghasilan lain dari korupsi.
"Sekarang gini ya kita bukan suudzan, misalnya gini kamu jadi pejabat di Jakarta sudah punya simpanan Rp 10 miliar sampai Rp 20 miliar nilep. Kamu deposito bisa Rp 60 juta dari Rp 10 miliar, kamu masih pengin enggak gaji Rp 20-30 juta? Kamu enggak pengin. Kamu pengin dapat posisi, punya kesempatan buat nilep lagi," ucap Ahok.
Belum lagi sederet alasan yang selalu disampaikan lurah kepada Ahok. Segala keluhan sudah dipenuhi mulai penambahan pekerja hingga pengadaan alat berat dan mobil pengangkut sampah. Nyatanya, masih belum bisa mengubah keadaan.
"Lurah sekarang saya tanya, kenapa wilayah kotor? Oh saya enggak ada orang buat ngurusin. Saya kasih PPSU. Kenapa masih banjir? Karena banyak saluran tertutup enggak bisa bongkar, Pak. Kan bisa panggil sudin? Sudin enggak mau nurut, Pak. Ah ngeyel macam-macam lah. Saya beliin lagi alat breaker," semprot dia.
"Ini kenapa sampah kotor? Kami enggak punya mobil pick up, Pak. Kita susah Pak, mesti swasta. Kita beliin lagi pick up tetap aja enggak bersih, kalau saya Sabtu-Minggu ke kawinan kan kelihatan nih got dibersihin apa enggak. Kalau enggak bersih ya diganti (pejabatnya)," pungkas Ahok.
Advertisement