Polisi: Gafatar Kelompok Berbahaya

Gafatar berbahaya karena menyebarluaskan ideologi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 12 Jan 2016, 15:22 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2016, 15:22 WIB
20150722-TNI-Polri-Jakarta1
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charlian memberikan keterangan terkait insiden kerusuhan di Tolikara, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (22/7/2015). TNI dan Polri menegaskan insiden Tolikara merupakan perbuatan kriminal. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Rica Tri Handayani, seorang dokter asal Lampung, yang hilang sejak 30 Desember 2015 diduga terlibat aktivitas kelompok tertentu bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Organisasi ini telah digolongkan polisi sebagai kelompok berbahaya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan menyatakan kelompok Gafatar berbahaya. Meski belum ditemukan adanya deteksi ancaman teror dari kelompok ini, Anton mengatakan Gafatar berbahaya karena menyebarluaskan ideologi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

"Makanya saya bilang kelompok ini bahaya, makanya dilarang MUI. Salah satu gerakan mengatasnamakan agama, tetapi tidak sesuai agama itu berbahaya. Bukan menyerang fisik, tetapi ideologi. Mereka (Gafatar) mengaku Islam, tapi tidak salat, puasa, tidak naik haji, bahaya dari sisi ideologis," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/1/2016).

Anton menduga kelompok ini menyasar kalangan muda untuk mengikuti ajarannya. Ia mencontohkan munculnya kasus dokter Rica yang hilang lantaran mengikuti ajaran kelompok Gafatar.

"Semua kalangan mereka akan rekrut, polisi dan wartawan juga, anak-anak hingga dewasa. Kecenderungannya lebih banyak ke orang-orang muda karena dari sisi produktivitas mereka. Namun untuk kekhususan lebih ditujukan kepada eks aktivis. Salah satunya eks aktivis itu dokter Rica," ujar Anton.

Saat ini polisi telah berkoordinasi dengan semua pihak, baik dari kampus hingga ulama untuk mewaspadai jaringan ini. Ia juga meminta masyarakat aktif melaporkan kepada pihak kepolisian apabila menemukan orang-orang yang terindikasi Gafatar.

"Kita minta masyarakat hati-hati dan aktif melaporkan gerakan ini. Kita juga berterima kasih kepada wartawan. Kan, yang menemukan jaringan di Pangkaraya adalah wartawan. Karena akrab dengan polisi dilaporkan akhirnya ketemu di Palangkaraya," kata Anton.

Sebelumnya, dokter Rica Tri Handayani, warga Lampung yang hilang di Yogyakarta, sudah ditemukan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Polisi menemukan dokter Rica di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, bersama putranya, Zafran Alif Wicaksono. Dokter Rica diduga hendak bergabung dengan Gafatar.

"Ya, memang benar sudah ditemukan di Pangkalan Bun tadi malam," ujar Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti kepada Liputan6.com, Senin, 11 Januari 2016.

Sebelum pergi, Rica sempat berpamitan kepada kedua orangtuanya untuk berjuang di jalan Allah. Ia juga menitipkan surat pada Aditya yang berisi permohonan maaf karena tidak bisa bertemu langsung. Rica juga menyampaikan telah banyak bencana karena sifat umat Islam yang tidak lagi sesuai akidah.

Polisi menduga perempuan asal Lampung itu sudah merencanakan kepergian ini jauh-jauh hari. Hal itu terlihat dari isi surat yang cukup panjang. Dalam surat itu juga dokter Rica menyertai rincian keuangan.**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya