Liputan6.com, Jakarta - Aktor Ray Sahetapy punya cerita sendiri terkait maraknya pemberitaan tentang kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Pemilik nama lengkap Ferene Raymond Sahetapy ini mengaku pernah beberapa kali mengikuti kegiatan Gafatar di Jakarta.
"Sudah lupa aku tahun berapa, sekitar 4-5 tahun lalu lah. Acaranya semacam diskusi gitu di Jakarta. Bicara tentang nusantara," ujar Ray saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (13/1/2016).
Mantan suami Dewi Yull ini mengatakan, dia bersedia mendatangi undangan Gafatar karena tema yang dibicarakan adalah tentang nusantara atau membicarakan tentang kebangsaan.
"Di situ aku jelaskan panjang lebar tentang apa itu nusantara. Tentang kesatuan berbangsa. Nggak ada bahasan sama sekali tentang paham dan ideologi. Nggak ada yang aneh," ujar dia.
Ray mengaku hanya ikut acara yang digelar di Jakarta. Pernah beberapa kali dia diundang untuk datang di acara Gafatar di daerah, tapi ditolak.
Baca Juga
"Aku hanya ikut di acara diskusi atau seminar saja, itu pun di Jakarta. Kalau acara sosial-keagamaan mereka nggak pernah ikut," ujar dia.
Meski beberapa kali terlibat dalam kegiatan yang digelar Gafatar, Ray mengaku tidak pernah ditawari untuk bergabung atau menjadi pengurus.
"Mungkin mereka tahu kalau aku ini aktor. Nggak mungkin bisalah ikut kegiatan-kegiatan seperti itu," kata dia.
Â
Ray mulai merasakan ada 'keanehan' setelah beberapa kali ikut kegiatan Gafatar. Perbincangan tentang nusantara yang menjadi alasan Ray tertarik ikut tidak pernah lagi dilakukan. Tema yang dibicarakan bukan lagi tentang nusantara atau kebangsaan.
Advertisement
"Sejak itu aku nggak pernah lagi ikut atau diundang lagi oleh mereka," ucap Ray.
Ray mengaku prihatin dengan perkembangan Gafatar saat ini. Terlebih, kelompok ini kemudian dikaitkan dengan banyaknya orang hilang di sejumlah daerah.
"Ini harus diluruskan. Nusantara itu nama sakral lho? nggak bisa dibawa-bawa untuk urusan orang hilang. Nusantara itu menyangkut tentang sebuah negara," ucap dia.
Gafatar kini menjadi perhatian. Organisasi itu dikaitkan dengan hilangnya beberapa orang di sejumlah wilayah Indonesia.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, ormas Gafatar tidak terdaftar di Kementerian Dalam Negeri sebagai organisasi yang resmi.
Ormas yang dilambangkan dengan gambar matahari bersinar itu dideklarasikan 21 Januari 2012. Organisasi ini diketuai Mahful T Tumanurung dan bergerak di bidang sosial, serta fokus isu ketahanan pangan.
Dalam website-nya, Gafatar.org yang dikutip Liputan6.com, Selasa 12 Januari 2016, terlihat salah satu aktivitas mereka adalah donor darah dan pemeriksaan gratis.
Gafatar bergerak ibarat partai politik. Susunan kepengurusannya bahkan memiliki dewan pimpinan daerah alias DPD. Sejak akhir Desember 2013, Gafatar mengklaim memiliki 34 DPD.
Gafatar ternyata didirikan orang dari komunitas Millah Abraham yang juga penjelmaan dari Al Qiyadah al Islamiyah pimpinan Ahmad Musadeq -- pria yang mengaku dirinya sebagai Nabi yang pernah dinyatakan sebagai aliran sesat.
Gafatar dinyatakan sesat oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara.