Jejak Gafatar di Berbagai Daerah di Indonesia

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) telah menancapkan kakinya di berbagai daerah di Indonesia.

oleh Edhie Prayitno IgeDian KurniawanPramita TristiawatiZainul ArifinYandhi DeslatamaReza Efendi diperbarui 13 Jan 2016, 19:29 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2016, 19:29 WIB
4 Ciri Ajaran Gafatar yang Perlu Kamu Tahu Agar Tak Terjebak
Gafatar lagi heboh banget diomongin. Organisasi ini diyakini aliran sesat. Kenali ciri-cirinya biar kamu gak terjebak.

Liputan6.com, Malang - Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) telah menancapkan kakinya di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan hampir di setiap provinsi, mereka telah melakukan aktivitasnya bersama masyarakat.

Seperti yang mereka lakukan di Sumatera Utara. Menurut Kabid Pembinaan Politik Dalam Negeri Kesbangpol dan Linmas Sumut Achmad Firdausi Hutasuhut, organisasi ini telah terdaftar pada 5 Desember 2011 lalu.

Dalam gerakannya, organisasi ini aktif dalam bidang sosial masyarakat seperti pembersihan masjid, penghijauan, gotong royong dan olahraga serta kegiatan bermanfaat lainnya.

"Nah, lambat laun ‎dalam beberapa tahun terakhir, Gafatar ada membentuk pengajian. Sekitar 10 ribuan orang tercatat dalam organisasi ini," kata Achmad di Medan, Rabu (13/1/2016).

Namun kini, kata dia, organisasi itu dikabarkan telah ditutup. Pihaknya akan meminta Gafatar Sumut untuk menunjukkan surat terkait pembubaran itu.

"Sejauh ini, kita belum mendengar adanya anggota mereka yang melapor kehilangan keluarga," ujar Achmad.

Tak hanya di Pulau Sumatera, Gafatar juga terdeteksi di Provinsi Banten. Sinyal gerakan ini tertangkap di Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Kegiatan mereka pun dipantau oleh polisi.

"Mereka (Gafatar) terus diawasi. Jika ada yang melanggar undang-undang dan norma, maka akan langsung berhadapan dengan kami (polisi)," kata Kapolda Banten Brigjen Boy Rafli Amar, Banten, Rabu (13/01/2016).

Dekati Ulama

Untuk menangkal gerakan itu, masyarakat yang kurang memahami agama diminta untuk senantiasa mendekati para kiai, ustaz, maupun ulama yang benar-benar memahami ajaran Agama Islam.

"Jangan pernah malu apalagi sungkan untuk mendekati ulama yang sudah dikenal di lingkungan sekitar. Kalau sudah kenal kan bisa diarahkan kepada yang benar-benar lurus," ujar Boy.

Sementara di Tangerang, Gafatar hanya 'hidup' selama setahun. Yaitu 2011 hingga 2012. Hal ini menyusul adanya surat edaran Kemendagri mengenai organisasi Gafatar yang masih dalam pengawasan.

"Semenjak itu segala macam kegiatan Gafatar tidak lagi kami gubris," ujar Kepala Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Salman Fariz, di Tangerang, Rabu (13/1/2016).

Padahal, pascaturunnya surat dari Kemendagri tersebut, Gafatar masih saja berkirim surat kepada pemkot setempat kala mereka hendak melakukan kegiatan. Mereka umumnya menggelar kegiatan yang bersifat sosial.

"Waktu itu mereka mengeluarkan surat pemberitahuan untuk mengadakan bakti sosial. Tapi oleh kami tidak digubris," kata Salman.

Larangan pemberian izin kegiatan Gafatar juga dilakukan TNI setempat melalui Kodim 05/06 Tangerang. Sehingga, segala macam bentuk kegiatan Gafatar tidak akan mendapat izin dari Pemkot Tangsel.

Izin Pemkab Malang

Di Malang, Jawa Timur, Gafatar juga pernah bertandang ke kantor Badan Kesejahteraan, Kebangsaan dan Politik (Bakesbangpol) pada pertengahan 2015. Saat itu ada 3 pengurus yang datang untuk memperkenalkan diri ke instansi Pemkab Malang.

"Istilahnya mereka saat itu kulo nuwun atau permisi ke kami untuk memperkenalkan diri apa itu Gafatar. Mereka berbicara tentang visi dan kegiatan organisasi yang lebih ke kegiatan sosial yang sudah mereka lakukan," kata Kepala Bakesbangpol Kabupaten Malang, Choirul Fathoni, Malang, Rabu (13/1/2016).

Menurut Choirul, penampilan mereka terbilang sopan dan tak mencurigakan. Saat datang, mereka membawa sejumlah brosur yang memuat foto sejumlah pejabat terlibat dalam kegiatan itu. Mereka juga tak membawa dokumen organisasi yang layaknya bertujuan meminta pengesahan.

"Setelah kedatangan itu, tak ada lagi pengurus Gafatar yang berkunjung ke kami. Saya baru tahu hari ini dari media bahwa Gafatar difatwa terlarang oleh Majelis Ulama Indonesia," ujar Fathoni.

Ia menambahkan, hasil pantuan Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) Kabupaten Malang sejauh ini tak terlihat adanya gerakan Gafatar di Kabupaten Malang. Meski demikian, Bakesbangpol dan Kominda yang terdiri dari unsur intelijen TNI, Polri dan Kejaksaan tetap akan mewaspadai gerakan Gafatar.

"Pantuan kami, wilayah Kabupaten Malang aman dari gerakan Gafatar ini. Tapi kami tetap mewaspadai gerakan ini," ujar Fathoni.

Sedangkan di Surabaya, Gafatar belum terdaftar sebagai organisasi di Jawa Timur. Hal itu ditegaskan Kepala Bidang Integrasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jatim Cahyo Widodo.

"Kalau di Jatim, Bakesbangpol belum terdaftar. Dulu pernah audiensi tapi belum terlaksana," kata Cahyo di Surabaya, Rabu (13/1/2016).

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf meminta kepada kiai atau ulama agar mewaspadai gerakan ekstremisme yang saat ini masuk di Indonesia.

Kewaspadaan tersebut, kata dia, sangat beralasan, mengingat banyak organisasi yang menyampaikan ajaran menyimpang dari aqidah Islam.

Bangunan Gafatar Semarang

Kegiatan Gafatar di Semarang juga meninggalkan jejaknya. Gerakan yang selalu ramai saat menggelar kegiatan ini, pernah beroperasi dengan menempati sebuah bangunan 2 lantai di Jalan Karanggawang RT 02 RW 06 Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Namun rumah bercat abu-abu itu kini sepi dan tidak terlihat atribut Gafatar di luar, hanya saja ada spanduk tulisan "Nusantara Property". Di sebelah kanan, kiri, depan, maupun belakang rumah itu merupakan lahan kosong.

Di dalam rumah, terdapat sejumlah ruang rapat dan ruang administrasi. Terdapat juga spanduk "GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara) dan di bawahnya bertuliskan "Ketahanan dan Kemandirian Pangan". Tulisan itu mengambil font bentuk buah. Sementara di lantai 2 ada empat kamar dengan beberapa barang yang masih tertinggal.

Menurut Suhartono, Ketua RT setempat, bangunan itu disewa dua laki-laki muda pada 2015 lalu. Pria yang dipanggil Tono itu tidak begitu ingat nama mereka namun berasal dari Solo. Kegiatan yang dilakukan Gafatar di rumah itu tidak mencurigakan karena berkisar kegiatan sosial.

"Sejak tahun 2015, kegiatannya itu kayak tanam pollybag, pengobatan gratis, pas bulan puasa kemarin ada layar tancap nonton film Soekarno," kata Tono di Semarang, Rabu (13/1/2016).

Kantor Gafatar itu juga dimanfaatkan menjadi kantor Nusantara property dengan penyewa yang sama. Namun bulan Desember lalu penghuni pindah rumah tidak tahu entah kemana.

"Usung-usung (angkat-angkat) barang perginya. Ke mana tidak tahu," kata Suhartono.

Saat ini, di rumah tersebut masih tertinggal sejumlah barang seperti spanduk Gafatar, kasur, beberapa kursi plastik, rukuh, rak dan bukunya, serta barang-barang lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya