Liputan6.com, Jakarta - Jakarta diteror. Rentetan tembakan dan bom terjadi di kawasan Sarinah Thamrin, Kamis 14 Januari 2016. Ibu Kota pun terguncang. Sebanyak 31 orang menjadi korban: 7 tewas dan 24 lainnya mengalami luka. Dari 7 tewas, 5 di antaranya adalah pelaku teror, 1 warga negara Kanada dan 1 lagi warga negara Indonesia.
Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi pukul 10.55 WIB. Awalnya pelaku menyerang Starbucks Coffee di Gedung Djakarta Theater.
"Saya ingin menjelaskan kejadian kasus bom bunuh diri dan penyerangan oleh kelompok teroris. Tepatnya pukul 11 kurang 5 menit, terjadi penyerangan dengan bom lempar oleh kelompok teroris di Starbucks, diawali dari sana," kata Budi di lokasi kejadian, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari 2016.
Kemudian, Budi menjelaskan pelaku melakukan aksi bom bunuh diri di pos polisi perempatan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Advertisement
Usai melancarkan aksi bom bunuh diri, para pelaku yang diduga berjumlah 5 orang tersebut melancarkan aksi penembakan ke arah petugas kepolisian yang sudah berada di lokasi.
"Dari 2 kejadian ini petugas Polri dari Polda Metro dan Densus mengadakan pengejaran ke TKP, terjadi kontak tembak di depan Djakarta Theater. Yang bisa dilumpuhkan, kita tembak 2 pelaku kelompok teroris tersebut," ujar Budi.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyatakan, hasil penyisiran di lokasi, ditemukan 6 bom rakitan.
"Lima bom kecil sekepalan tangan disebut granat rakitan, dan 1 bom besar sebesar kaleng biskuit," ujar Tito di Istana Negara, Kamis 14 Januari 2016.
Bom besar itu ditemukan petugas saat menyisir kawasan Sarinah. Bom yang merupakan rakitan tersebut adalah bom lempar. Kata Tito, bom tersebut biasa disebut granat rakitan tangan.
Selain bom rakitan, polisi juga menyita senjata FN rakitan dari pelaku teror yang tewas saat baku tembak dan ledakan bunuh diri.
Karena teror ini, kondisi Jakarta dinyatakan berstatus Siaga I. Status ini diberlakukan sejak pukul 11.00 WIB tadi. Kondisi ini berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.
"Terhitung mulai Kamis 14 Januari 2016 pukul 11.00 WIB, status kesiapsiagaan seluruh jajaran Polda Metro Jaya dinyatakan dalam status Siaga I sampai ada ketentuan lebih lanjut," isi surat edaran dari Polda Metro Jaya.
Pelaku Diduga ISIS
Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan mengatakan, serangan tersebut diduga dilakukan kelompok teroris Islamiq State of Iraq and Syria (ISIS). Ancaman berkode 'konser yang akan menjadi berita internasional' dari ISIS diterima polisi Desember 2015 lalu.
Tokoh dan pemimpin ISIS belum mengonfirmasi dugaan tersebut. Namun, kantor berita Aamaaq News Agency yang dimiliki kelompok teror menyampaikan pernyataan bahwa pihaknya menjadi dalang bom Sarinah.
"Militan ISIS adalah orang-orang di balik serangan bersenjata dan bom pada Kamis pagi di Jakarta, Indonesia. Target kami adalah warga negara asing dan aparat yang melindungi mereka," tulis Aamaaq News Agency dalam aplikasi Telegram seperti dilansir dari Reuters, Kamis 14 Januari 2016.
Budi Gunawan mengatakan, pelaku yang menyerang pos polisi Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pukul 10.45 WIB, masih berkaitan dengan kelompok teroris yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror jelang tahun baru kemarin di Bandung, Jawa Barat.
Budi menduga, pelaku bom hari ini adalah mereka yang lolos saat penyergapan saat itu. "Yang lolos saat tahun baru itu, pelaku saat ini," kata Budi.
Ketika ditanyakan, apakah teror ini terkait kelompok teroris ISIS, Budi Gunawan mengiyakan.
"Betul," ucap Budi. Dia mengatakan, penyerang terkait dengan Abu Jundi yang mendapatkan instruksi dari Suriah.
Jenderal bintang 3 ini menuturkan, perencana penyerangan hingga saat ini belum berhasil ditangkap aparat kepolisian.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan juga menduga kuat pelakunya adalah kelompok ISIS.
"Apa yang mereka lakukan hampir sama dengan serangan teror Paris," kata Anton Charliyan kepada Liputan6.com, Kamis 14 Januari 2016.
Anton menyebutkan, si pelaku sudah berencana akan menyerang Indonesia. Sengaja membuat Tanah Air menjadi sorotoan.
"Mereka memang akan menyerang Indonesia. Indonesia akan menjadi sorotan internasional. Sebelumnya mereka sudah menyampaikan ancaman bahwa Indonesia akan menjadi pusat pemberitaan dunia soal teroris," kata dia.
Teror Paris yang diklaim oleh kelompok ISIS terjadi pada 13 November, menewaskan 130 orang dan melukai lebih dari 360 lainnya. Dalam serangan tersebut, 4 kafe dan restoran menjadi korban, termasuk gedung pertunjukan konser Bataclan yang saat ini juga belum beroperasi.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan, serangan teror bom Sarinah dilakukan jaringan kelompok ISIS. Kelompok ISIS tersebut telah mengubah strateginya.
"Dulu operasi di Suriah, Irak. Tapi kini ada perintah Abu Bakar Baghdadi, ada perintah di luar kawasan dan kemudian dibentuk cabang-cabangnya di seluruh dunia, seperti Turki, Prancis, Afrika, termasuk di Asia Tenggara," ujar Kapolda Metro Jaya Tito.
Tito menjelaskan, kantong ISIS di Asia Tenggara terdapat di sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Di Asia Tenggara, ada pemimpin ISIS yang bernama Bahrun Naim yang ingin mengusai wilayah di Indonesia.
"Dia ingin jadi leader ISIS di Asia Tenggara, sehingga terjadi upaya persaingan leadership. Di Filipina sudah di-declare Bahrun. Oleh karena ada persaingan antara leader di Asia Tenggara, Bahrun Naim, mereka merancang serangan itu," kata Tito.
BIN Kecolongan?
Teror bom Sarinah membuat kinerja Badan Intelijen Negara (BIN) disorot. BIN dinilai gagal melakukan melakukan pencegahan.
Kepala BIN Sutiyoso yang datang ke lokasi ledakan di Starbucks, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, menyatakan pihaknya butuh waktu untuk investigasi peristiwa ini.
"Terserah kamulah mau ngomong apa," kata Sutiyoso singkat di lokasi, Kamis 14 Januari 2016.
Sutiyoso yang mengenakan batik merah lengan panjang berubah ekspresinya begitu ditanya soal peristiwa ini. Terlebih, saat intelijen diduga kecolongan atas kasus ini.
"Lebih baik kita waspada semua hari ini. Tetap saja yang perlu, pergi saja enggak masalah," kata Sutiyoso.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan meminta semua pihak tidak menyebut BIN kecolongan atas kejadian ini.
"Kita jangan mengatakan intelijen kecolongan atau tidak," ucap Luhut di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari 2016.
Kata Luhut, kejadian ini seperti operasi militer melawan gerilya. Para pelaku memanfaatkan kelengahan untuk melancarkan aksinya.
"Jadi pas kita lengah atau pas kita mungkin mengendurkan kesiap-siagaan kita, mereka melakukan serangan," ucap Luhut.
"Kita banyak melihat contoh terjadi di Paris, di Mumbay, di Amerika, dan Inggris. Kita sekarang fokus saja dulu kepada penyelesaian ini. Kita jangan berspekulasi kecolongan dan lain lain," kata Luhut.
Meski demikian, keamanan di daerah lain setelah kejadian di Ibu Kota ini masih terkendali dengan baik. Dia berharap tak ada kejadian susulan di daerah lain.
"Keamanan daerah semua terkendali dengan baik. Saya baru dari Pontianak, saya tidak melihat hal macam-macam," ujar Luhut.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution mengatakan, tim gabungan dari berbagai lembaga tengah bekerja menyelidiki teror yang terjadi di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat.
Tim tersebut terdiri dari BNPT, Densus 88/Antiteror, Intelijen, dan Laboratorium Forensik (Labfor) Polri.
"Kita sabar menunggu hasil dari penanganan kasusnya," kata Saud di Istana Negara, Kamis 14 Januari 2016.
Menurut Saud, ancaman terkait aksi teror sudah sering disampaikan kelompok teroris. "Tinggal ada kesempatan atau tidak. Akan ada 'konser', kan itu sudah niat," ujar Saud.
Disinggung mengenai target yang disasar kelopok teroris adalah simbol asing, Saud menjawab diplomatis. Menurut mantan Kepala Densus 88/Antiteror ini, sasaran yang ditargetkan kelompok teror tersebut bergantung pada kesempatan yang didapat para teroris.
"Tergantung pada kesempatan, di mana berbuat, target itu mana yang memungkinkan penyerangan. Di sini ada pos polisi, dan di Starbucks, ada yang sarapan, lagi makan, di situ mereka beraksi," jelas Saud.
Saud membantah aparat lemah dalam mengantisipasi teror di tengah Ibu Kota ini. "Tidak juga, namanya mencari titik lemah. Kita luas sekali wilayahnya, kita sudah berupaya," ujar Saud.
Reaksi Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi langsung bereaksi atas peristiwa bom Sarinah. Dia mendatangi lokasi teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Jokowi tiba di lokasi pukul 16.10 WIB.
Jokowi datang didampingi Menko Polhukam Luhut Pandjaitan, Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Menko PMK Puan Maharani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Jokowi terlihat berdiskusi dengan Ahok. Ia juga tampak memberi instruksi kepada Kapolri dan Panglima TNI.
Ia juga sempat terlihat berbincang dengan Badrodin dan Luhut. Setelah beberapa menit berbincang di depan mobil dinas RI 1, Jokowi lalu berjalan menuju pagar Starbucks didampingi Luhut dan Badrodin.
Setelah 10 menit di lokasi, Jokowi pamit kepada Ahok untuk kembali ke Istana Kepresidenan.
Pengamanan Jokowi terlihat ketat. Anggota Brimob dan TNI melakukan sterilisasi Gedung Djakarta Theater. Semua orang yang tidak berkepentingan dilarang mendekat ke Jokowi dengan jarak 10 meter.
Sebelumnya, melalui juru bicara Johan Budi, Jokowi meminta masyarakat dan seluruh pihak untuk tidak berspekulasi mengenai siapa otak di balik penyebab terjadinya bom Sarinah dan aksi baku tembak di kawasan tersebut.
"Beliau meminta siapa pun untuk tidak berspekulasi terlebih dahulu, untuk tidak menyimpulkan apa pun dulu. Kita tunggu penyelidikan Polri untuk menuntaskan kasus ini," ujar Johan Budi, Kamis 14 Januari 2016.
Johan mengatakan, Jokowi telah memerintahkan jajaran terkait segera mencari tahu otak pelaku teror bom Sarinah dan aksi baku tembak di tempat yang sama.
"Presiden menyampaikan pada media, beliau sudah perintahkan Kapolri mengusut tuntas. Dia akan kembali ke Jakarta dan langsung menggelar rapat terbatas di Istana," ucap Johan.
Ia meminta agar masyarakat tidak menyebarkan berbagai pesan berbau provokatif dan spekulatif di media sosial, yang justru akan membuat masyarakat makin takut dan khawatir.
"Pesan dari Presiden jangan berspekulasi macam-macam. Kita serahkan pada profesionalisme Polri untuk mengusut dan menyelidiki sebenarnya apa yang terjadi, tadi tegas disampaikan," katanya.
Pengobatan Ditanggung pemerintah
Sebanyak 24 orang terluka akibat serangan bom di Sarinah. Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, para korban luka-luka teror bom di Sarinah, saat ini telah mendapatkan penanganan medis dari rumah sakit terdekat.
Pramono menjamin, seluruh biaya perawatan akan ditanggung oleh pemerintah.
"Yang jelas, bagi semua korban yang saat ini di RS sepenuhnya akan ditanggung oleh pemerintah," kata Pramono saat memberi keterangan pers di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis 14 Januari 2016.
"Pemerintah dalam hal ini telah mengendalikan secara keseluruhan keamanan dan lalin telah dibuka kembali," sambung dia.
Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menjelaskan para korban ledakan dan penembakan di Sarinah akan mendapatkan perawatan terbaik. Ini termasuk masalah biaya pengobatan para korban. Puan menegaskan semuanya akan ditanggung pemerintah.
Hal ini disampaikan Puan usai menjenguk korban teror Sarinah yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat, bersama Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Semua korban mendapatkan perawatan yang baik dan diurus oleh dokter-dokter yang berkompeten. Untuk masalah biaya dan lain-lain, pemerintah akan tanggung semua sampai para korban kembali ke rumah," ujar Puan di RSPAD, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari 2016.
Puan optimistis, tenaga ahli di rumah sakit tersebut dapat bekerja dengan maksimal. Ia berharap, semua korban bisa diselamatkan dan segera pulih.
"Alhamdulillah, mereka kondisinya stabil. Ada juga yang masih di ICU, ada yang sudah dioperasi, jadi Insya Allah korban sudah bisa diselamatkan dan dapat teratasi dengan baik," tandas Puan.*