Seskab: Dalang Pembakaran Permukiman Gafatar Diburu

‎Pramono mengatakan, penyerangan yang dilakukan warga sangat tidak dibenarkan.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 20 Jan 2016, 16:23 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2016, 16:23 WIB
20151001- Pramono Anung-Jakarta
Sekretaris Kabinet Pramono Anung usai melakukan pertemuan tertutup dengan Ketua DPR Setya Novanto di Gedung DPR, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (1/10/2015).(Liputann6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan warga menyerang permukiman Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Desa Moton, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa 19 Januari 2016 sore. Massa membakar 10 rumah yang dihuni sekitar 700 anggota Gafatar itu.

Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung mengatakan, pemerintah telah mengambil tindakan merelokasi ratusan orang yang mengaku mantan anggota Gafatar setelah pembakaran. Sejak tadi malam hingga siang ini, pemerintah terus memantau proses relokasi yang dipimpin TNI

"Kita ‎berkoordinsi dengan Menko Polhukam, Mendagri, Mensesneg, dan juga sudah kontak ke lapangan, hal yang berkaitan dengan kelompok Gafatar di Mempawah. Dan TNI sudah merelokasi mereka dan kita memang tidak mau tindakan intoleransi itu dilakukan oleh siapapun," ujar Pramono Anung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, (20/1/2016).

‎Pramono mengatakan, penyerangan yang dilakukan warga sangat tidak dibenarkan. Menurut dia, ada cara-cara lain yang lebih etis tanpa harus menggunakan cara-cara yang anarkis. Untuk itu, saat ini aparat hukum tengah mencari siapa otak dibalik penyerangan tersebut.

"Kita boleh berbeda, tapi tidak boleh melakukan tindak kekerasan terhadap siapapun. Tentunya relokasi sudah terjadi dan di lapangan sudah bisa dipadamkan, selanjutnya pemerintah akan tetap melihat mempelajari dan mencari siapa dalang dari hal tersebut," kata Pramono.

Kendati mantan ratusan anggota Gafatar tersebut telah menetap di Mempawah tanpa ada pemberitahuan, Pramono tetap menyalahkan aksi warga. Selain melakukan tindak kekerasan, menurutnya apa yang dilakukan oleh warga telah melanggar kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. ‎

Semestinya, kata dia, warga dapat lebih bersabar dan menunggu hingga waktu yang telah disepakati yaitu 4 hari ke depan, para anggota Gafatar diwajibkan untuk meninggalkan wilayah yang telah mereka tinggali.

"Karena sebenarnya kan sudah ada negosiasi minta waktu 4 hari untuk merelokasi. Tetap memang kan 4 hari belum terpenuhi tapi mereka sudah diserang," ucap dia.‎
‎‎
Permukiman eks anggota Gafatar di Dusun Moton Asam, Desa Antibar, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Provisi Kalimantan Barat, yang dibakar massa. (Liputan6.com/Raden AMP)

Desas-desus penyerangan sudah beredar sejak sehari sebelumnya. Dari pantauan Liputan6.com, Selasa 19 Januari 2016, massa mulai menyerang permukiman sejak sekitar pukul 15.20 waktu setempat.

Massa makin beringas, penyerangan dan pembakaran berlangsung hingga petang. Penghuni yang juga terdiri dari nenek-nenek dan anak-anak hanya bisa berlarian sambil menangis.

"Kalau tidak diusir nanti lama-lama bisa mempengaruhi warga sekitar," kata seorang warga.

Akhirnya aparat gabungan mengevakuasi warga kompleks itu dan mengamankannya ke Mapolda Kalimantan Barat. Sebelumnya Bupati Mempawan Ria Norsan tak kuasa menenangkan massa. "Mohon semuanya tenang dan sabar," kata dia, namun tak digubris warga.‎

Dari catatan Pemkab Mempawah, warga pengikut Gafatar itu berjumlah sekitar 749 orang. Dari informasi yang dihimpun, mereka datang sejak 6 bulan lalu. Kegiatan yang tampak adalah bercocok tanam.  ‎Kepada Liputan6.com, seorang warga mengaku datang dari Banyuwangi, Jawa Timur. Ada juga mahasiswa Teknik Elektronika dari Surabaya.‎

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya