Liputan6.com, Jakarta - Abdul Azis ditetapkan sebagai tersangka kasus prostitusi Kalijodo. Rencananya pria yang karib disapa Daeng Azis ini dipanggil untuk menjalani pemeriksaan pertama pada Rabu besok, 24 Februari 2016. Namun sejak TNI-Polri dan Satpol PP DKI menggelar Operasi Penyakit Masyarakat (Ops Pekat) pada Sabtu pekan lalu, pentolan Kalijodo itu menghilang.
"Polisi tahu (keberadaan Daeng Azis) tapi polisi enggak ngomongkan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (22/2/2016).
Krishna menjelaskan, polisi belum memutuskan menahan Daeng Azis usai pemeriksaan pertama karena agenda pemeriksaan esok adalah pemenuhan alat bukti, "Periksa dulu, dicukupi alat bukti," lanjut dia.
Proses hukum Daeng Azis ini, ujar Krishna, mencakup kepemilikan senjata tajam yang ditemukan aparat di tempat hiburan malam milik Azis, Intan Cafe, dan beberapa kafe di Kalijodo, serta masalah bisnis esek-esek yang dikelola Azis Cs.
Baca Juga
"Nanti kita akan identifikasi, pertama masalah senjata tajam yang ditemukan di kafe-kafe kita tanyakan, miras yang periksa di Pemda, dan masalah prostitusi mucikari yang kami amankan," terang mantan Kapolsek Penjaringan yang pernah meratakan perjudian dan pelacuran di Kalijodo 15 tahun lalu ini.
Azis menghilang sejak Rabu 16 Februari 2016 dari zona merah tempatnya mengais rezeki. Daeng Azis itu tak menunjukkan kehadirannya di tengah masyarakat Kalijodo yang galau karena menjadi korban penertiban Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Lima atau empat hari yang lalu masih lihat, tapi sejak ramai-ramai di media (Kalijodo) mau ditertibkan sudah nggak kelihatan," ujar Nurlaela (50), pemilik warung yang lokasinya berjarak 3 rumah dari Intan Cafe milik Daeng Azis, Kalijodo, Jakarta Utara.
Sementara itu Bibi Nurlaela mengatakan, Daeng Azis tak begitu dekat dengan warga meski ditokohkan. Perempuan tua yang dikenal dengan panggilan Nenek Fira itu bahkan berpendapat sikap Azis dikenal kasar. Warga biasa di Kalijodo segan dengannya, bahkan cenderung takut mengajak Azis berinteraksi.
"Galak orangnya (Daeng Azis). Nggak ada yang berani negur dia orang sini," kata nenek yang enggan menyebutkan namanya itu saat ditemui di Kalijodo.