Soal Peringatan Dini Tsunami di Mentawai, Ini Penjelasan Geolog

Ahli geologi Ade Edward menilai ada persoalan dari tsunami early warning system (INA Tews) yang terpasang saat ini.

oleh Erinaldi diperbarui 03 Mar 2016, 16:17 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2016, 16:17 WIB
20160303-Preskon Kondisi Gempa Mentawai-Jakarta
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan terkait gempa di perairan Mentawai di Kantor BNPB, Jakarta (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Padang - Gempa bumi 7,8 skala Richter (SR) yang mengguncang Mentawai, Sumatera Barat, Rabu 2 Maret 2016 malam tidak menyebabkan gelombang tsunami. Meski Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis ancaman tsunami, lembaga tersebut kemudian mencabut peringatan dini tsunami sekitar 3 jam pascagempa Mentawai.

Menurut Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia cabang Sumatera Barat, Ade Edward, gempa Mentawai tersebut tidak berpusat di zona subduksi (megathrust). Sekalipun gempa terbilang dangkal -- di kedalaman 10 kilometer --  namun tidak menimbulkan gelombang tsunami.

"Sesar geser tidak membangkitkan tsunami yang berbahaya. Gempa (Mentawai) kemarin berada di lempeng Samudera Hindia pada kompleks IFZ (Inspector Fault Zone) yang merupakan kompleks sesar geser dan sesar transform," ucap Ade Edward kepada Liputan6.com, Kamis (3/3/2016).

Menurut Ade, pusat gempa kemarin tidak bisa memicu gelombang tsunami yang mengancam. Kondisi berbeda akan terjadi jika pusat gempa berada di sesar naik (megathrust) Mentawai yang merupakan tempat tumbukan antar lempeng Samudera Hindia dengan lempeng eurasia.

Ia menilai ada persoalan dari tsunami early warning system (INA Tews) yang terpasang saat ini, sehingga tidak memberikan peringatan dini yang bersifat akurat. Kondisi ini, menurut dia, perlu dievaluasi untuk memberikan peringatan dini yang efektif.

"Software aplikasi permodelan untuk parameter pengambilan keputusannya (INA Tews) dibangun pada 2006 dengan basis data riset tahun 2006," beber Ade.

Kondisi tersebut, imbuh Ade, tidak sesuai dengan perkembangan riset geotektonik dan tsunami genik kawasan Mentawai selalu berkembang sejalan dengan aktifnya riset di kawasan tersebut.

"Karena basis datanya kurang akurat, menyebabkan keputusan peringatan dininya juga kurang akurat," ujar tim ahli Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Sumbar ini.

Menurut laporan warga di Siberut, Mentawai, sirine tsunami berbunyi setengah jam pascagempa. Kondisi ini yang membuat sejumlah warga di Sikakap mengungsi ke dataran lebih tinggi. "Setengah jam setelah gempa sirene di Muara Siberut berbunyi, ada petugas Tagana cek air laut, ambulans siaga," kata Mariadi, warga Padang yang sedang berada Sikakap.

Di Padang, menurut rilis yang dikirim pihak Pemkot, Kepala BPBD-PK Dedi Henidal mengatakan, 45 sirene yang ada berbunyi sebanyak 3 kali saat gempa Mentawai pada Rabu 2 Maret 2016 malam.


*** Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV, dan Indosiar pukul 06.00-09.00 WIB. Klik di sini.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya