Ribuan Sopir Angkutan Umum Demo, Penumpang Terlantar

Penumpang menumpuk, salah satunya di Terminal Blok M menunggu angkutan umum seperti Metro mini dan mikrolet.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 14 Mar 2016, 10:42 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2016, 10:42 WIB
20151219-Metromini Menghilang di Terminal Blok M-Jakarta
Suasana terminal bus Blok M yang tampak sepi dari bus Metromini, Jakarta, Sabtu (19/12). Sejumlah sopir angkutan umum berwarna oranye tersebut memilih libur, lantaran khawatir terkena razia Dishubtrans DKI Jakarta. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan sopir ‎taksi, bus kota, dan bajaj yang tergabung dalam Persatuan Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) m‎enggelar unjuk rasa di Balai Kota DKI Jakarta, Kementerian Informasi dan Komunikasi, serta Istana Kepresidenan, Senin (14/3/2016) pagi.

Unjuk rasa sopir angkutan darat tersebut membuat sebagian warga yang biasa menggunakan angkutan umum seperti Metro Mini, bajaj, dan taksi menjadi terlantar. Pantauan Liputan6.com, penumpang menumpuk di Terminal Blok M, Jakarta Selatan.

Puluhan warga menunggu angkutan umum seperti Metro mini dan mikrolet yang biasanya mengantre di terminal untuk mencari penumpang.

"Saya udah nunggu Metro Mini tapi dari tadi yang ke arah Sudirman belum muncul juga," ucap Wijaya yang bekerja di sebuah kantor pengacara di Jalan Jenderal Sudirman.

Akibat demo, Terminal Blok M pagi ini lebih lengang dari biasanya. Tidak terlihat antrean panjang bus kecil, sedang maupun besar yang biasa memenuhi terminal pada jam-jam sibuk.

Selain di Terminal Blok M, penumpukan penumpang terjadi di beberapa persimpangan jalan yang biasanya menjadi tempat naik dan turunnya penumpang. Salah satunya di di persimpangan Jalan RS Fatmawati, Cilandak. Terlihat warga menunggu angkutan Metro Mini maupun angkutan kecil yang mengarah ke Blok M dan Jalan TB Simatupang di kedua arah.

Tidak hanya penumpang angkutan umum, warga yang biasa menumpang taksi juga mengalami nasib sama. Selly, salah seorang pekerja perempuan yang biasa menumpang taksi mengaku sudah menunggu selama 20 menit, namun belum ada taksi yang lewat.

"Ini tumben jarang banget, sekalinya lewat, ada penumpang. Tadi ada yang lewat, tapi penuh, pas disetop, bilang mau demo," ucap perempuan yang bekerja di perusahaan swasta di kawasan Setia Budi.

Selain di 2 titik tersebut, banyak penumpang juga menunggu angkutan umum di Jalan Raya Ciledug, Jakarta Selatan dan sekitar Tugu Pemuda di sekitar kawasan Senayan. ‎

Kasubdit Bin Gakum Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Budiyanto dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, sasaran unjuk rasa ini antara lain Balai Kota DKI Jakarta, Istana Negara, dan kantor Kemenkominfo.

Para pengunjuk rasa terdiri dari pengemudi angkutan taksi 800 orang dan sopir angkutan bus kecil 200 orang. "Dan pengemudi angkutan lingkungan 800 orang, serta pengemudi bus kota 200 orang," kata Budiyanto.

Menurut dia, para sopir ini datang dari berbagai wilayah di Ibu Kota. Antara lain dari Kali Deres, Kampung Melayu, dan Duren Sawit.

"Pukul 09.00 WIB massa berkumpul di titik kumpul IRTI. Kendaraan bus, Metro Mini, Kopaja diparkir di IRTI dan Monas. Massa bergerak menuju Balai Kota DKI Jakarta," kata dia.

Para sopir taksi memaksa pengemudi taksi yang masih beroperasi untuk bergabung saat aksi sweeping di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (14/3). Ribuan sopir taksi dan bus kota akan menggelar unjuk rasa di Istana. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dia menyebutkan, perwakilan massa juga sudah dipersiapkan 15 orang yang akan menemui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Mereka akan menolak apabila diterima oleh Kadishub DKI.

"Perwakilan akan menyampaikan aspirasi terkait Revisi Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang usia kendaraan (peremajaan)," ujar Budiyanto.

Pada pukul 12.00 WIB, kata dia, rencananya massa bergerak ke Istana, disepakati melalui pintu Monas barat daya atau patung kuda. Perwakilan juga sudah dipersiapkan 15 orang untuk menemui Presiden Joko Widodo atau Mensesneg Pratikno.

Aspirasi yang akan disampaikan terkait keberadaan angkutan ilegal menggunakan pelat hitam yang difasilitasi perusahaan jasa aplikasi.

Mereka juga mendesak pemerintah untuk mengeluarkan segera perpres atau inpres yang mengatur persoalan transportasi yang sebelumnya diatur oleh UU Nomor 2 Tahun 2009 tentang lalu lintas.

"Aksi juga dilakukan serempak di wilayah Jabodetabek, dalam bentuk pemasangan kain hitam di lengan kiri, yang menandakan matinya transportasi di Indonesia. Alat peraga yang akan dibawa spanduk, poster," papar Budiyanto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya