Liputan6.com, Jakarta - Kamar Udara Bertekanan Tinggi (KUBT) Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo meledak, Senin 14 Maret 2016 siang. 4 Orang meninggal dunia dalam kejadian tersebut.
Keluarga korban menolak autopsi. Tim Disaster Victim Identification (DVI) pun hanya mengidentifikasi 4 jenazah korban.
Selain itu ada pula berita tentang apa itu chamber hiperbanik. Alat terapi yang menewaskan 4 orang serta hasil penyelidikan polisi soal es teh limbah di Monas. Berita-berita itu menyedot perhatian Liputan6.com.
Berikut 3 berita terpopuler yang dirangkum dalam Top 3 News:
1. Identifikasi Korban Kebakaran RSAL Mintohardjo Usai Dilakukan
Sebanyak 4 orang meninggal dunia dalam peristiwa meledaknya Kamar Udara Bertekanan Tinggi (KUBT) Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo pada 14 Maret 2016.
Keluarga korban menolak autopsi. Tim Disaster Victim Identification (DVI) pun hanya mengidentifikasi 4 jenazah korban.
Hasilnya, "Keempatnya sesuai dengan identitas yang disebutkan kemarin," kata Direktur Eksekutif DVI Kombes Anton Castilani ketika dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (15/3/2016).
Menurut Anton, identifikasi selesai dilakukan Selasa pagi. Namun untuk detailnya, lanjut dia, penyidik yang berhak mengungkap.
Selengkapnya...
2. Ini Chamber Hiperbarik yang Tewaskan 4 Orang di RSAL Mintohardjo
Advertisement
Kebakaran di Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lama Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo di Jalan Bendungan Hilir Nomor 17, Pejompongan, Jakarta Pusat, mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, pada Senin 14 Maret 2016.
Kebakaran ini diduga akibat korsleting listrik yang menimbulkan percikan api di dalam chamber, atau ruangan yang digunakan untuk terapi hiperbarik oksigen (HBO).
Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com melalui laman resmi RSAL Mintohardo, Selasa (15/3/2016), chamber hiperbarik adalah ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfer normal (1 atm atau 760 mmHg).
Selengkapnya...
3. Ini Hasil Penyelidikan Polisi Soal Es Teh Limbah di Monas
Kepolisian Sektor Gambir, Jakarta Pusat menyatakan dengan tegas, kalau es teh yang dijual oleh pedagang yang digelandang Satpol PP dari Monas ke kantor polisi tak menggunakan air got, air limbah AC dan air kotor lainnya.
"Setelah kami selidiki, kami interogasi, kami datangi rumahnya (pedagang yang diduga memakai air kotor untuk es teh), tidak ada indikasi mereka memakai air comberan," ujar Kapolsek Gambir Bambang Y Salamun pada Liputan6.com, Minggu 13 Maret 2016.
Menurut dia, pedagang yang kedapatan oleh Satpol PP itu tengah menuangkan air teh hangat yang sudah jadi ke gelas-gelas yang sudah diisi es.
"Mereka itu menuangkannya (membuat es teh) di dekat pinggir got dan kalau Mas lihat foto yang ada Satpol PP-nya itu, nampak kalau jerigen yang mereka gunakan terletak cukup jauh dari limbah itu," lanjut Bambang.
Selengkapnya...