Liputan6.com, Manado - Keluarga anak buah kapal (ABK) Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan, terus berharap sanak saudara mereka bisa dibebaskan. Sudah 6 hari sejak 10 ABK kapal Brahma 12 yang mengangkut batu bara di perairan Filipina dibajak pada Sabtu 26 Maret 2016.
"Kita sangat berharap upaya-upaya pembebasan sandera ini terus dilakukan. Baik oleh pemerintah maupun pihak perusahaan. Termasuk memenuhi permintaan uang tebusan," ujar Charlos Barahama, ayah dari Kapten Kapal Brahma 12, Peter Tonsen Barahama saat ditemui di Manado, Rabu 30 Maret 2016 sore kemarin.
Baca Juga
Charlos sangat berharap, perusahaan kapal anaknya bekerja yakni Patria Maritim Line lebih memikirkan keselamatan 10 ABK yang disandera, yaitu dengan memberikan uang tebusan sebagaimana yang diminta kelompok militan, Rp 14 miliar.
Hingga kemarin, Charlos bersama istrinya Sofitje Salemurung (60) mengaku belum pernah dihubungi secara resmi pihak perusahaan anak mereka bekerja. "Termasuk dari pemerintah daerah maupun pusat, belum ada yang menghubungi," tambah Sofitje.
Charlos menambahkan, putranya itu sudah bekerja hampir 10 tahun di sektor pelayaran. Sedangkan di perusahaan Patria Maritim Line putranya sudah bekerja sekitar 3 tahun.
Sebanyak 10 awak kapal Brahma 12 yang mengangkut batu bara dibajak kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina, Sabtu 26 Maret 2016. Pembajak meminta tebusan sekitar Rp 14 miliar untuk membebaskan seluruh awak kapal. Menurut informasi keluarga awak kapal, korban pembajakan dalam keadaan sehat.