5 Fakta tentang Geng Golf Pejabat DKI

Geng ini dulu sangat dominan, tapi sekarang keberadaan geng ini mulai terkikis dan hanya menyisakan beberapa orang.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 26 Apr 2016, 08:11 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2016, 08:11 WIB
20150728-Jak Book 2015, Ahok Marah karena Ada Kecurangan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram dengan harga barang di JakBook dan Edu Fair 2015 lebih mahal dari harga pasaran, Jakarta, Senin (27/7). Ahok menghimbau agar warga tidak lagi belanja dipameran tersebut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta heboh geng. Bukan sembarang geng, tapi geng golf. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengungkap keberadaan geng istimewa ini.

Menurut dia, geng golf merupakan kumpulan para pejabat Eselon I dan II Pemprov DKI Jakarta yang hobi bermain golf dan sering bepergian ke luar negeri bersama.

Geng ini dulu sangat dominan, tapi sekarang keberadaan geng ini mulai terkikis dan hanya menyisakan beberapa orang. Ahok mengaku sudah menggusur pejabat-pejabat yang menjadikan golf untuk lobi jabatan.

Ahok, sebenarnya tidak terlalu pusing dengan pejabat yang hobi golf. Namun, dia tidak suka jika hobi itu dijadikan ajang lobi.

Seperti apa geng golf? Berikut sejumlah faktanya.

Pejabat Eselon I dan II

20160319-Ahok-Nonton-Bareng-Pemain-Comic-8-Jakarta-HZ
Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama alias Ahok memberikan keterangan usai menonton film Comic 8 di Djakarta Theatre, Jakarta, Jumat (18/3). Film comic 8 tersebut menembus lebih dari satu juta penonton. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ahok membeberkan geng golf adalah sekumpulan pejabat tertinggi di lingkungan Pemprov DKI, yakni Eselon I dan II yang gemar bermain golf bersama. Hobi ini direalisasikan paling tidak dua kali dalam seminggu.

Kadang, untuk mencari suasana baru, anggota geng golf juga bermain di padang golf luar negeri.

Karena hanya diikuti oleh sekumpulan pejabat, Ahok menyebutnya geng. Menurut dia, saat geng ini masih berjaya, yakni saat Gubernur DKI sebelum Jokowi, olahraga mahal itu sangat berpengaruh pada kedekatan hingga kenaikan pangkat seorang PNS.


Ada Sebelum Gubernur Jokowi

Dua mantan Gubernur DKI yaitu Sutiyoso dan Fauzi Bowo termasuk pejabat yang hobi bermain golf di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Semua main golf, Bang Yos main golf, Foke main golf, dulu pejabat-pejabat kita rata-rata main golf," kata Ahok di Balai Kota DKI, Senin 25 April 2016.

Pemilik nama Basuki Tjahaja Purnama itu tidak mempermasalahkan soal mahalnya olahraga tersebut. Namun, dia mempersoalkan golf yang kerap dijadikan ajang lobi-lobi sehingga berujung korupsi.

"Mereka main golf itu dulu ada perkumpulannya. Kalau main golf kan kayak lobi, lebih dekat. Ngobrol, akhirnya lebih kenal. Kalau main golf dekat kan, sering bareng. Ngobrol. Bayangin, satu bola dipukul, waktu jalan ke bola ngobrol kan?" ujar Ahok.

Pengaruh Pangkat

Ahok itu bercerita, saat DKI dipimpin gubernur sebelumnya, pengaruh permainan golf sangat besar untuk menentukan jabatan seseorang.

Ahok mencontohkan kasus Kepala Badan perencana Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budi Hartono. Dahulu, kata dia, Heru susah untuk naik jabatan karena tidak dapat bermain golf.

"Dulu si Heru enggak bisa naik pangkat karena enggak bisa main golf. Jadi dulu jangan harap kalau enggak bisa main golf di Jakarta. Karena gubernurnya (juga main) golf," ujar pria berkacamata itu di Balai Kota DKI Jakarta, Senin 25 April 2016.

Meski begitu, Mantan Bupati Belitung Timur itu mempersilakan pejabat era gubernur sebelumnya untuk bermain golf. Dengan syarat, kinerjanya tetap baik.

"Tetapi saya enggak masalah kamu golf kek, mau mijit kek, mau ke mana itu hak Anda. Tetapi pekerjaan harus beres," ucap Ahok.

Tinggal Rustam Effendy

Ahok menyatakan Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi merupakan satu-satunya anggota geng golf yang masih menjabat sebagai pejabat teras di DKI. Menurut dia, anggota geng golf sudah distafkan sejak dia dan Jokowi menjabat pada 2012.

"Semua main golf dulu, Bang Yos main golf, Foke main golf, dulu pejabat-pejabat kita rata-rata main golf," kata Ahok.

Dia mengaku bingung lantaran candaannya kepada Rustam yang dituding pro-Yusril Ihza Mahendra dianggap serius. Meski begitu, Ahok tidak merasa bersalah.

"Saya enggak merasa bersalah, justru saya bingung dia sakit hati. Yang lain ketawa, saya bercanda kok di situ," ujar Ahok.

Menurut dia, sakit hatinya Rustam bukan karena kurangnya koordinasi antara dirinya dan bawahan. Melainkan karena sejak awal Rustam adalah bagian dari Geng Golf.

Geng tersebut, menurut Ahok, adalah kumpulan para pejabat eselon II yang hobi bermain golf dan sering bepergian ke luar negeri bersama. Sedangkan Ahok mengaku tak suka dengan pejabat yang membentuk geng atau kelompok-kelompok tertentu.

"Begitu selesai saya lantik (2 Januari 2015), sudah bisik-bisik tuh, termasuk dia (Rustam) juga. Eh, mau main golf di mana nanti? Ini geng golf sebetulnya. Saya enggak bisa, dong. Semua geng golf saya singkirkan," kata Ahok.

Wagub-Sekda Tidak Tahu

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku tidak tahu mengenai geng golf di lingkungan pejabat teras Pemprov DKI Jakarta.

Hanya, Djarot menilai wajar bila PNS memiliki hobi golf asal tidak mengganggu kinerjanya.

“Orang punya hobi main golf, ketika dia bisa membiayai sendiri, kenapa tidak? Dan tidak mengganggu kerjaan dia. Misalnya, saya mancing. Melanggar nggak? Kalau nggak mengganggu kerja saya, ya nggak dong. Golf juga,” ujar Djarot di Balai Kota DKI, Senin 25 April 2016.

Menurut mantan Wali Kota Blitar itu, pandangan golf adalah olahraga mahal itu relatif. Sebab, bisa jadi para PNS sudah menjadikan golf hobi sejak lama.

"Mahal tidaknya, saya nggak tahu. Kalau dia dari dulu sudah punya stik. Mau main boleh nggak? Boleh. Asal nggak mengganggu,” kata dia.

Selain itu, Djarot menilai adalah sesuatu yang wajar apabila ada orang yang memiliki hobi golf berkumpul dengan orang-orang yang memiliki hobi golf.

Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Saefullah, mengaku tidak tahu-menahu soal adanya perkumpulan pejabat DKI Jakarta untuk bermain golf.

"Saya enggak tahu, enggak ngerti saya. Sekarang sudah enggak ada lagi kayaknya," ujar Saefullah di Balai Kota Jakarta, Senin 25 April 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya